Sekitar lima menit Naufal baru melepaskan ciumannya. Pipinya memerah, ia juga menjadi salah tingkah. Mendapatkan apa yang diinginkannya, Yoona merasa bahagia. Segera bergegas mengganti pakaiannya.
Sementara Naufal masih duduk di atas ranjang dengan tangan menyentuh dadanya. Ada hal lain dalam tubuhnya, ia merasakan debaran yang belum pernah ia rasakan. Di panah oleh panah asmara Yoona yang telah dilumuri racun cinta.
"Kak, bagusan yang mana baju yang cocok aku pakai?" tanya Yoona dengan dirinya hanya memakai pakaian dalam saja.
"Astaghfirullah hal'adzim. Kamu ini kenapa hanya pakai daleman saja, sih? Ingatkah, di rumah ini bukan hanya kita berdua saja, Yoona!" tegus Naufal segera menutup pintu kamarnya yang baru saja ia buka.
"Halah, Kak Naufal kan juga pernah menggantikan pakaianku saat aku pingsan. Bahkan sudah melihat asetku dengan jelas, 'kan?" goda Yoona mendekati suaminya dengan manja.
"Lagian, pintu sudah ditutup, 'kan? Kita bahkan membiarkan pintu terbuka saat kita berciuman tadi. Kenapa sekarang--" Yoona tak henti-hentinya menggoda Naufal yang sudah mulai memerah pipinya.
"Ciuman? Ah, aku tunggu di ruang tamu ya, cepat sebelum Yoona datang" Kata Kabir gugup dan langsung keluar dari kamar.
Yoona tertawa sampai suaranya ngik-ngikan. Ia menandai note di ponselnya sendiri. Sebab, misi ciuman itu berhasil ia dapatkan dari suaminya. Rupanya, Yoona sedang menjalankan misi membuat suaminya jatuh cinta padanya.
Saat Naufal keluar dari kamar, ia mendapati Triyono sedang santai di sofa dengan memainkan ponsel miliknya. "Rapi amat, Bro? Kau mau kemana?" tanyanya.
"Cari angin," jawab Naufal ketus.
Triyono langsung berdiri, semangat sendiri dan merangkul Naufal dengan tawa yang membuat Naufal sebal. "Ikut," rengeknya.
Belum juga Naufal menjawab, Yoona sudah siap keluar dari kamar. "Sudah siap, kak. Yuk, segera berangkat. Nanti bisa-bisa kita pulang kemalaman pula!" ujarnya sembari membenarkan lengan bajunya.
"Lah, aku di rumah sendirian ini? Tega banget kalian, mbok aku ikut--" rengekan Triyono lagi-lagi terputus.
"Assalamu'alaikum, baik-baik di rumah," bisik Naufal melepas rangkulan Triyono.
"Assalamu'alaikum, Kak Tri. Kita tinggal dulu, ya. Makanya jangan jomblo, biar bisa jalan-jalan sama pasangan," sahut Yoona menggandeng lengan suaminya.
"Heleh!" kesal Triyono ngambek seperti anak kecil dengan menghempaskan diri ke sofa.
"Wa'alaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh, jajan jangan lupa!" teriak Triyono mengalah.
Saat keduanya keluar, mereka melihat Moza juga sudah menunggu di depan lift. Entah sengaja atau tidak, Moza nampak sangat kesal melihat Yoona sengaja sengaja menggandeng lengan Naufal dengan mesra. Meski Yoona melakukan itu untuk membuat Moza panas hati, tetap saja sejak awal Moza sudah merasakan kebakaran hati.
"Dasar, bocah!" sindir Moza.
"Fal,Istrimu senewen, kah? Ini di tempat umum, berjilbab tapi nggak ada akhlak seperti itu," ketus Moza.
"Ya biarkan saja. Lagian juga di sini kita bertiga, 'kan? Nggak ada orang lain juga, lagian halal saja jika Yoona memelukku, dia kan istriku," jawab Naufal dengan santai.
"Cuma kita? Hello Naufal yang tampan
… Noh, kau lihatlah di setiap sudut, ada cctv. Kenapa kamu jadi ketularan aneh gini, sih?" cetus Moza cemburu.
Di dalam lift juga Yoona sengaja bermesraan dengan Naufal. Meskipun Naufal tidak meresponnya, tetap saja ia tidak menolak. Moza tidak terima dan berniat untuk mengikuti mereka.
"Sial! Kenapa mereka malah semakin mesra, sih?" umpat Moza. "Aku harus mengikutinya!" lanjutnya dengan emosi yang menggebu-gebu.
Sampailah mereka ke restoran halal satu kenalan dari Naufal. Bisa dibilang, restoran itu juga bentuk kerja sama antara dirinya dengan sang pemilik.
"Pesan lah, di sini makanannya semua halal untuk kita," ucap Naufal.
"Serius? Darimana kak Naufal tau?" tanya Yoona.
"Pemilik tempat ini adalah temanku, ya teman lama Kak Rifky," jawab Naufal.
"Siap dah kalau gitu!" Yoona semangat dalam hal makanan, ia memesan jenis menu makanan yang spesial di sana.
Mereka memesan makanan yang nantinya akan disabotase oleh Moza. Moza diam-diam ke dapur dan menyamar menjadi salah satu pelayan dengan menggunakan masker. Kemudian, tangan jahatnya menabur sedikit bubuk putih kedalam minuman Naufal. Tanpa ia ketahui, jika itu minuman yang Yoona pesan.
"Hahaha, setelah Naufal mabuk nanti, aku akan mencari ide lagi untuk membawanya ke apartemenku. Si alay itu pasti nangis bombay karena suaminya selingkuh denganku," gumam Moza dalam hati.
"Setelah Yoona minta pisah dengan Naufal, aku akan berusaha masuk kedalam hati Naufal menggantikan nyonya dalam hidupnya," imbuhnya.
Setelah menunggu, akhirnya makanan yang dipesan sudah datang. Moza terkejut karena minuman yang ia taburi dengan serbuk putih, ternyata bukan milik Naufal. Melainkan milik Yoona. Membuat Moza Ingin menggagalkan tetapi tidak mungkin mendekati mereka.
"Sial, ternyata minuman itu milik Yoona. Ck, susah sekali sih mau memperjuangkan Naufal saja! Andai saja ... dulu Laila tidak hadir, pasti saat ini yang ada di sisi Naufal adalah aku," gerutu Moza dalam hati. Rencananya gagal total. Ia pun pergi dengan perasaan kecewa.
Kebahagiaan telah meliputi hati Yoona malam itu. Ia sampai banyak bercerita kepada suaminya dan kali itu Naufal hanya diam mendengarkan celoteh istrinya yang mulai manja itu.
Ketika Yoona sedang asik bercanda dengan Naufal, tiba-tiba Arnold datang bersama dengan Tae menyapa mereka. "Yoona?" Tae memanggil Yoona.
Yoona menoleh, ia senang jika sahabatnya juga datang malam itu. Tapi tidak bahagia untuk Naufal. Ia memasang wajah masamnya saat menyambut Arnold dan Tae.
"Tae, Kak Arnold, kalian juga datang kemari? Ada rangkaian acara apa?" Yoona begitu ramah kepada mereka berdua, hingga membuat Naufal merasa kesal.
"Malam, kak Naufal," sapa Tae juga kepada Naufal.
Masih dengan wajah masamnya, Naufal hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya kepada Tae. Akan tetapi, berbeda saat dengan Arnold, ia memalingkan wajahnya yang tak ada masin-manisnya itu.
"Kak, salamin, dong!" pinta Yoona berbisik. "Mereka kan teman aku, jangan pasang wajah begitu, ih!" baru kali itu Yoona menegur Naufal di tempat umum.
"Kamu ... menegurku? Di tempat umum?" sulut Naufal.
"Kak--" paksa Yoona.
Naufal menghela napas panjang dengan memutar kedua bola matanya ke kiri. Ia terpaksa memenuhi permintaan istrinya dengan mau berjabat tangan dengan Arnold. Meski dalam hatinya ia berkata, "Aku rasa dia sengaja datang untuk mengacau malamku bersama, Yoona. Awas saja kau nanti!"
"Ayo, kalian bergabung saja dengan kami. Makanlah apa yang kita pesan dulu sembari menunggu makanan kalian datang," ajak Yoona dengan ramah.
"Haha, kami tidak mungkin mengganggu kencan kalian. Kami akan duduk di sebelah sana saja," tolak Tae.
"Tae, kamu menolakku? Ayolah, suamiku ini baik, dia pasti tidak keberatan kalian duduk bersama kami. Bukan begitu, kak?" Yoona memanfaatkan keadaan itu untuk membuat Naufal cemburu.
Tanpa bisa menolak lagi, Naufal akhirnya meminta Tae dan Arnold untuk bergabung. Dengan cepat, Naufal menghabiskan makanannya dan langsung mengajak Yoona pulang segera. Padahal, jarang sekali Naufal makan secepat itu jika bukan karena cemburu kepada senior istrinya.