Chereads / Caraku, Mencintaimu / Chapter 14 - Tamu Tak Diundang

Chapter 14 - Tamu Tak Diundang

Mendambakan pelukan kasih sayang dari suami adalah keinginan Yoona selama menikah. Ia terharu, sampai ingin menangis kalau dipeluk oleh suaminya.

"Kak, Kak Naufal peluk aku?" sampai ia bertanya bahwa Naufal memang memeluknya saat itu. 

Merasa malu, Naufal melepaskan pelukannya. Kemudian langsung meminum kopinya kembali. Dengan sangat apik Naufal mampu mengontrol emosinya, dan kembali ke Naufal yang lama.

"Cuma ingat sesuatu saja, tentang Laila gitu. Maaf jika aku langsung memelukmu tanpa izin terlebih dahulu," ucap Naufal sibuk memainkan wadah kopinya.

"Heh, gitu?" Yoona menghela napas. 

Malam semakin larut, udara juga semakin dingin. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanannya menuju pulang. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Yoona terus saja menggenggam tangan suaminya dengan erat, seolah-olah, Naufal akan pergi meninggalkannya.

Sesampainya di rumah, keduanya saling bergantian membersihkan diri dan solat isya' berjamaah. Kemudian, memasak bersama untuk makan malam. Mereka sengaja tidak jajan di luar, sebab mengetahui betapa susahnya mencari resto halal di Kota itu. Sementara, resto miliknya juga sudah tutup jika hampir tengah malam.

"Setelah ini aku mau langsung tidur saja. Menyetir selama itu, membuat seluruh tubuhku pegal-pegal. Besok banyak kerjaan yang harus aku selesaikan," ucap Naufal. 

"Istirahat lah, kak. Besok aku libur, jadi aku akan membantumu di restoran. Apakah boleh?" tanya Yoona. 

Naufal menganggukkan kepala dan tersenyum. Menyetujui istrinya ikut serta membantu di restoran miliknya. Sementara Yoona sangat bahagia, karena semenjak pulang dari vila, Naufal selalu baik kepadanya. Bahkan malam itu, Naufal juga tidur tidak memasang pembatas (bantal guling) lagi. Yoona sudah diperbolehkan untuk memeluknya. 

"Kak," panggil Yoona, kala mereka sudah berada di atas ranjang. 

"Dalem," jawab Naufal dengan lembut. 

"Kakak belum jawab pertanyaan yang aku ajukan tadi," sambung Yoona

"Yang mana?" tanya Naufal. 

"Yang itu, soal Kak Laila. Jika kak Naufal nggak pernah mencintainya, kenapa kamu mau dinikahkan, dan setia sampai bertahun-tahun gitu?" tanya Yoona penasaran. 

"Ohh, dah ah tidur sudah malam juga, 'kan?Bismika Allahumma, ahya wabismika amut, malam istriku," 

Seperti biasa, Naufal selalu menghindari pertanyaan Yoona jika menyinggung masalah Laila, almarhum istrinya terdahulu. Iya! Dirinya masih bingung harus jawab apa, karena Naufal hanya perlu melakukan dan menjalankan perjodohan itu. Tak penting ia mencintai Laila atau tidak, namun bagi Naufal, Laila adalah gadis yang sangat baik.

"Kenapa kamu seperti ini, Kak? Sepertinya belum mau cerita tentang Kak Laila. Ya sudah jangan dipaksa. Aku takut malah kamu berubah lagi," ucap Yoona dalam hati. 

Yoona akhirnya terlelap dalam tidurnya. Hingga pada waktu dini hari, alarm mereka berdering. Sementara ponsel Naufal, tengah ada tengah memanggilnya. 

"Kak, ada telpon tuh. Angkat gih, jam segini siapa juga yang telpon?" Yoona berusaha membangunkan suaminya. 

Dengan mata yang masih sayu, Naufal berusaha membaca dengan pasti siapa yang saat itu menelponnya. Rupanya Triyono, teman dari kakak ipar Naufal yang selalu di samping kakak ipar nya itu. Namun, Triyono juga sahabatnya sudah sejak beberapa tahun lalu. 

"Triono? Kenapa dia?" Batin Kabir.

"Assalamu'alaikum, ada apa telpon jam segini. Ganggu orang la--" ucapan Naufal terhenti kala Triyono langsung nyerocos begitu saja. 

"Fal, aku sudah di loby. Cepat sedikit, aku sudah kedinginan di sini. Huh, cuaca memang sedingin begini atau gimana, sih?" ucap Triyono dengan suara gemetar. 

"Hah?" Naufal terkejut sampai langsung berdiri dari tempat tidurnya. "Aduh," keluh Naufal saat itu. Naufal ini memiliki riwayat darah rendah. Jadi, jika rebahan langsung bangun pasti akan pusing.

"Eh, ada apa, kak?" tanya Yoona ikut panik. 

"Aku ke lobby sebentar, ya. Kamu bisa salat dulu, atau mau tidur lagi juga nggak papa," jawab Naufal terbirit-birit memakai jaketnya.

Yoona menahan tangan suaminya dan menghentikan langkahnya. "Tunggu!" 

"Apa lagi, istriku Yoona …," ucap Naufal gemas. 

"Cium," Yoona sudah berani bersikap menjadi dengan Naufal. 

Tak ada waktu lagi, Naufal terburu-buru harus menjemput Triyono. Akhirnya, Naufal pun mencium kening istrinya dengan lembut.

Cup!

Kemudian segara menjemput Triono di bawah. Ketika Naufal menunggu lift turun, ia tak sengaja bertemu dengan seorang perempuan, yang ternyata adalah temannya dahulu di sekolah menengah.

"Naufal, ya?" sapa Perempuan itu.

"Anda kenal saya? Dan bisa bahasa Indonesia?" Naufal mulai bingung.

"Ya Allah Naufal. Aku ini temen sebangku Zahra. Masa iya kamu nggak ingat aku, sih? Aku Moza, Fal. Moza! Coba kamu lihat aku dengan baik," terang wanita yang mengaku bahwa dirinya adalah Moza teman sekolahnya. 

Naufal mulai mengingat-ingat akan wanita yang mengakui namanya Moza itu. Terlintas, Naufal mampu mengingat nama Moza, namun tidak dengan kondisi Moza saat itu. 

"Sorry, yang gendut itu, kah? Maaf, loh. Bukan maksud body shaming," ujar Naufal menduga-duga. 

Wanita yang mengaku namanya Moza itu tertawa. "Naufal, kamu harus ingat dong. Kamu juga gendut loh dulu," ucapnya sembari tertawa tipis. 

"Hehe kamu bisa saja. Oh, kamu di Korea toh. Lalu, kamu juga tinggal di apartemen sini?" lanjut Naufal. 

"Iya hehehe, aku sudah lumayan lama disini. Yah, tinggal bersama dengan calon suami," ungkap Moza genit. 

"Calon suami?" tanya Naufal heran. 

Ting..

Suara Lift sampai di bawah. Naufal begitu terburu-buru karena hendak menemui Triyono yang sudah menunggunya. Ia tidak bisa mengobrol lebih lama lagi dengan Moza, teman masa sekolahan itu. Tapi, karena tidak ingin berlalu begitu saja, Moza memberinya nomor ponselnya kepada Naufal. 

Begitu menerima nomor Moza, Naufal hanya tersenyum dan menyimpan di sakunya saja, tanpa tidak melihat nama, nomor, ataupun yang tertera di sana.

Setelah keluar dari lift, Naufal langsung menelfon kembali Triyono dan menanyakan kejelasan keberadaannya.

Setelah mencari dan saling mencari, akhirnya keduanya bertemu. "Apa sih kamu nih, Tri. Kenapa kamu sampai sini, tidak ngabari dulu dari jauh-jauh hari?" 

"Haduh, pertanyaanmu ini nanti aja dah. Aku sudah kedinginan, ayo masuk ke rumahmu ngapa! Aku sudah tidak tahan nahan ngantuk juga ini," Triyono memang teman yang sangat unik, baik, asik dan juga memiliki rasa solidaritas yang tinggi. 

Tanpa pertanyaan lagi, Naufal membawakan  tas milik sahabatnya itu dan mengajaknya ke apartemen miliknya. Sementara Yoona, dirinya juga tidak melanjutkan tidurnya, ia menunggu di sofa depan TV.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh, Kak Naufal. Ada apa, sih?" sambut Yoona dengan kekhawatiran. . 

"Assalamu'alaikum, Yoona hehe ...," salam Triono dengan wajah tanpa dosa.

"Astaghfirullah hal'adzim, Mas Triyono?" 

"Emang aku setan? Kenapa kamu istighfar gitu pas lihat aku. Di sambut kek, apa kek gitu!" kesal Triyono. 

"Kamu silahkan istirahat dulu, Bro. Itu kamar belum sempat aku bereskan. Kalau kamu masih mau tidur di sana, kamu bereskan sendiri saja!" seru Naufal. 

"Aku lapar ...," rengek Triyono mengusap-usap perutnya. 

"Di kulkas banyak makanan. Sudahlah, aku mau sambung tidur lagi. Ayo, Yoona. Kita tidur. Biarkan dia mau apa, besok baru kita bicara, Bro. Assalamu'alaikum," 

Naufal menarik tangan Yoona dan mengajaknya untuk kembali beristirahat.  Sementara Triyono sedang sibuk Jalan makanan di dapur