Naufal tipe orang yang tidak suka berkumpul dengan orang yang berisik seperti teman-teman istrinya. Jadi, ia mengajak Yoona untuk sarapan bersamanya di kamar, lalu segera pulang dari tempat liburan itu.
"Kenapa sih kita sarapan disini? Kenapa nggak bareng yang lain? 'Kan enak kalau kita sarapan bersama seperti di rumah, Kak," tanya Yoona sedikit manja.
"Oh, kamu maunya sama teman-teman kamu, terus gosip dengan bahasa yang tidak aku ketahui. Terus, ada cowok ganteng itu juga, kamu mau tebar pesona? Ya udah sana kalau kamu mau gabung dengan mereka!" ketus Naufal dengan menegakkan badannya.
"Hehe, tidak begitu, Kak. Aku tak sama Kak Naufal aja udah cukup. Pokoknya Kak Naufal lah, lope-lopeku tok!" Yoona mulai berani menggoda suaminya.
"Bocah! Cepat makan, setelah ini kita pulang. Apa ini, belum apa-apa … kamu dah terluka saja!" seru Naufal melahap roti bakarnya.
Yoona merasa heran. Suaminya mengajak pulang dan memasang wajah juteknya lagi. Ia pun bertanya, "Kenapa gitu?"
"Kita hanya akan liburan berdua. Kenapa? Kalau kamu nggak mau ya sudah. Aku akan pulang sendirian aja, biar kamu bisa berduaan sama dengan cowok cantik itu," Naufal tidak merasa bahwa dirinya sedang cemburu.
"Cowok cantik? Siapa? Di mana?" tanya Yoona tidak paham siapa yang dimaksud suaminya.
"Ya itu, yang putih dan ngotot mau ajak kamu jalan terus. Bahkan dia juga bilang kalau dia suka sama kamu," jelas Naufal.
Ciri-ciri yang Naufal jelaskan, memang sama persis dengan perawakan Arnold. Menyadari suaminya sedang cemburu, Yoona terus saja menggodanya dengan menceritakan semua kebaikan yang ada pada diri Arnold, hingga membuat Naufal cepat menyelesaikan sarapannya dan segera mengajak pergi dari villa itu.
"Aku mamamnya belum habis loh, Mas Naufal," celetuk Yoona dengan manja.
"Mas? Kamu panggil aku dengan sebutan, Mas?" Naufal menghentikan langkahnya, mendekati istri kecilnya dengan tatapan seolah ia ingin melahapnya.
Wajah mereka begitu dekat, bahkan Naufal sampai bisa mendengar detak jantung istrinya yang sedang berdebar. Ia tak paham dengan perasaannya saat itu. Yang Naufal tau, dia kesal jika Arnold terus mendekati istrinya.
"Yoona, berhenti memanggil pria cantik itu, siapa namanya? Botol? Iya, si botol itu. Aku benci kami terus dekat dengannya, paham!" hardik Naufal, sembari menatap mata Yoona yang saat itu dapat ia lihat dengan dekat.
"Arnold, bukan botol," jelas Yoona.
"Aku tida peduli. Menjauhlah darinya, atau kamu akan mendapatkan hukuman dariku, mengerti?" desis Naufal.
"Cie cemburu--" goda Yoona menyentuh pipi Naufal yang mulus seperti kulit bayi itu.
"Yoona!"
"Iya, Mas … ayo pulang."
Tak ingin membuat suaminya menjauh lagi, Yoona pun langsung membereskan semua barang-barangnya. Bahkan ia juga langsung menuruti apa yang suaminya katakan di bandingkan dengan ajakan Tae yang sebelumnya mengajak dirinya berkeliling di taman belakang villa.
-------
Di meja makan, Arnold, Tae, dan Ae Ri sedang membicarakan yoona dan suaminya. Arnold masih tidak percaya jika Naufal itu adalah suaminya. Arnold merasa bahwa Yoona takut dengan Naufal.
"Aku masih ragu jika laki-laki itu adalah suami, Yoona," kata Arnold menyeritkan alisnya.
"Apa lagi yang kamu ragukan, Oppa? Jelas-jelas mereka sudah menikah, ada cincin di jari mereka. Cincinnya pun warna dan bentuknya sama!" seru Ae Ri mulai menjadi kompor.
"Cincin itu tidak bisa di jadikan simbol begitu saja. Ada yang tidak beres, aku harus bertemu dengan Yoona sekarang. Atau, akau akan kehilangan dia untuk selamanya," Arnold masih saja keras kepala.
Namun, Tae menahan tangan Arnold untuk mengejar Yoona. Dirinya berjanji akan membantu kakak sepupunya itu mendapatkan hati Yoona tanpa harus menyakiti siapapun.
"Aku tidak setuju, Oppa. Jangan kejar wanita yang sudah menjadi milik orang lain," Ae Ri masih berusaha.
"Ae Ri, kenapa kamu tidak mengerti?" Tae menggebrak meja untuk membuat Ae Ri diam.
"Seharusnya kita itu marah dengan Yoona, karena kita itu telah dibohongi oleh-nya. Dia telah menikah tapi dia juga tidak mengatakan akan statusnya itu," dengus Ae Ri.
"Aku mencintainya, aku harus mendapatkan dirinya, Tae. Tolong bantu aku," harap Arnold dengan memohon kepada Tae.
"Oppa, aku mohon mengertilah. Untuk saat ini, jangan ganggu Yoona dulu. Susana hatinya sedang baik dengan suaminya. Lalu, kau tidak akan pernah terlihat olehnya, Oppa,"
Ucapan Ae Ri tersela. "Apa yang kamu maksud ini? Kamu hanya akan menambah masalah saja, untuk apa kau ikuti campur urusan Arnold Oppa? Dia mencintai Yoona, apa salahnya?" sulut Tae.
"Tae, untuk apa Arnold Oppa membuang-buang waktu memperjuangkan hal yang tidak mungkin bisa digenggam?" Ae Ri mencoba membuat Tae mengerti.
"Juga jangan pernah berpikir, menjadi pelangi untuk seseorang yang sudah memiliki mentari dalam hatinya, percayalah … Arnold Oppa tidak akan terlihat oleh orang itu," lanjutnya Ae Ri dengan tegas.
Arnold pergi begitu saja, ia sangat marah Karena wanita yang ia cintai, selama itu ternyata sudah menikah.
"Sampai saat ini, aku selalu berharap bahwa aku bisa meraih cintanya Arnold Oppa. Apakah dia tidak bisa melihat ketulusan cintaku ini, Tae?" lanjut Ae Ri mulai menangis.
"Kau mencintainya? Bukankah kau yang mengatakan sendiri, jika kau tidak akan menjadi kepada seseorang yang telah memiliki mentari dalam hidupnya? Kau gila, Ae Ri?" sulit Tae.
"Tae, kau sahabatku sejak kecil. Kenapa kau tidak pernah memihakku? Kenapa kau malah terus memihak kepada Yoona yang baru kau temui selama kita masuk universitas?" kesal Ae Ri.
"Sudahlah, Aku lelah berdebat dengan dirimu, Ae Ri. Kau seharusnya cukup sadar diri, Arnold Oppa itu tidak menyukaimu, dia lebih menyukai Yoona!" ungkapan Tae itu membuat Ae Ri terluka.
"Jika kamu mencintai pria lain, bahkan aku pun akan mendukungmu dan membantumu mendapatkan pria itu. Kenapa kamu masih harus keras kepala, sih?" Tae beranjak darimu meja dan meninggalkan Ae Ri sendiri.
Ae Ri mengepalkan tangannya. Masih dengan penuh amarah dan terus menyalah Yoona. Baginya, kehadiran Yoona memang telah merubah semuanya.
Sejak kecil Ae Ri dan Tae bersahabat, dan juga Ae Ri mencintai Arnold sudah sejak dirinya masuk ke sekolah dasar. Lalu, semuanya berubah begitu saja setelah Yoona hadir.
"Bertahun-tahun kita selalu bertiga. Tapi setelah kehadiran gadis itu, semuanya menjadi berubah. Apa yang seharusnya menjadi milikku, kini telah direnggut oleh Yoona,"
"Aku membencimu, Yoona! Aku membencimu!"
Ae Ri kembali ke kamarnya, meratapi kesedihannya yang saat itu terluka karena cintanya di tolak oleh Arnold mentah-mentah. Dengan pikiran jahatnya, Ae Ri masih ingin berusaha membuat Yoona menjauh dari sahabat dan pria yang dicintainya.
Saat Arnold hendak menemui Yoona, ia berpapasan dengan Yoona yang saat itu sudah membawa semua barang-barangnya. Lalu, di susul lah oleh Naufal dari belakang Yoona.