FLASHBACK
Masa SMA Naufal.
Di taman kota, dimana Laila dan Naufal saat itu sedang bolos sekolah. Mereka sudah akrab sejak masuk sekolah menengah atas. Dulu Naufal sangat gembul, gemuk di sekolah. Dia juga selalu menjadi bahan bully di kelasnya.
Satu-satunya teman perempuan yang mau berteman dengannya hanyalah Laila. Seorang gadis yang ramah dan baik hati. Murah senyum, dan tutur katanya sangat lembut. Sebelum lulus sekolah, Laila belum mengenakan niqab seperti saat pernikahan.
"Kenapa kita bolos? Apakah tidak apa-apa?" Kalau kita di marahi besok bagaimana?" tanya Naufal kala itu.
"Nggak papa, dong. Kamu kan takut jarum suntik, bukan? Hari ini ada cek kesehatan di sekolah, jadi aku mengajakmu bolos untuk menghindari pemeriksaan itu," celetuk Laila memberikan ice cream kepada Naufal.
"Sekalian, biar Abang yang jadi korbannya. Rasain aja tuh Abang, habis dia selalu bikin kesal, sih!" ucap Naufal membuka ice cream pemberian Laila.
Abang adalah kakak sepupunya yang diangkat anak oleh orang tuanya, sebab ibunya meninggal dunia saat melahirkannya. Namanya Agam. Usia Agam sama dengan Naufal, hanya saja, dia adalah anak dari kakak Ibunya Naufal, jadi Naufal harus memanggilnya dengan sebutan 'Abang'.
Disisi lain, Naufal juga memiliki kembaran yang bernama Raffa. Ia sekolah di tempat yang berbeda kala itu.
Laila dan Naufal sendiri sempat dekat selama tiga tahun. Mereka terpisah dan hilang komunikasi ketika Naufal mulai masuk kemiliteran. Saat itu, Laila masih sehat-sehat saja, penyakit bawaannya belum ketahuan, ia masih aktif ke sana-kemari.
Lamunan Naufal terpecah saat mendengar telfon dari saudara kembarnya. Raffa yang mengetahui bahwa saudaranya itu belum menerima Yoona sebagai istrinya, ia selalu saja mengingatkannya untuk bisa menerima Yoona dengan sepenuh hati. Juga memberikan nafkah batin yang belum Naufal tunaikan juga.
"Wa'alaikumsallam, ada apa? Kenapa telpon di jam segini? Aku sibuk!" karena terkejut, Naufal jadi kesal.
"Bagaimana? Ada perkembangan dengan Yoona? Kalian udah hampir empat bulan loh di Koreannya, belum kabar gembira gitu?" goda Raffa.
"Ck, aku dan dia sama-sama belum siap. Sudahlah, jika kau menelfon cuma ingin menanyakan itu, lebih baik aku tutup telfonnya. Wassallam." Kesal Naufal dengan pipi memerah.
Raffa sebagai ustadz muda memberi pencerahan kepada saudaranya itu agar menunaikan kewajibannya sebagai suami layaknya menurut islam. Yaitu memberikan nafkah. Dimana nafkah adalah hak wajib seorang istri dari suaminya,lalu menggauli Istri dengan baik. Selain nafkah lahir, istri juga membutuhkan nafkah batin yang diwujudkan dalam hubungan suami istri yang mesra dan penuh kasih sayang. Menjaga Aib Istri, membimbing Istri dan memperlakukan Istri dengan baik.
Naufal sendiri memang sudah menerima Yoona sebagai istrinya. Namun, perlakuannya kepada Yoona masih layaknya perlakuan Kakak kepada adik perempuannya.
----------
Yoona sampai tertidur menunggu suaminya yang lama di dapur. Naufal sendiri juga merasa bahwa ia sudah terlalu lama meninggalkan Yoona dikamar.
"Aku sangat menyayanginya, tapi untuk mencintainya … Aku belum tau apakah aku bisa atau tidak. Maafkan aku Yoona." ucap Naufal melihat sang istri dalam lelapnya.
Dengan sangat hati-hati, Naufal meletakkan mangkuk di meja dekat ranjang. Lalu, Naufal segera mengobati lutut sangat istri yang sedang terluka. Melihat kaki mulus nan putih milik Yoona, munculah dua peran malaikat dan setan di samping Naufal.
"Udah sikat aja, jika kamu penasaran, tuntaskan kewajibanmu saat ini juga. Mumpung dia lagi tidur," setan.
"Astagfirullah hal'adzim. Jangan Fal, kamu harus memperlakukan istrimu dengan baik, jangan karena nafsu, kau meruntuhkan hatimu sebagai seorang muslim sejati nantinya," bisik kata hati.
"Udah sikat aja!" setan.
"Jangan Naufal, dia istri kecilmu. Bersabarlah, tunggu hatimu siap, baru melakukannya--" kata hatinya juga ikut meronta.
"Sikat aja Naufal, ayolah. Istrimu itu cantik sekali. Putih, langsing juga seperti bihun," Setan.
"Berisik!" teriak Naufal.
Teriakannya membuat Yoona kaget dan terbangun. Spontan, Yoona langsung menutupi kakinya menggunakan selimut, karena lukanya baru saja diobati dengan obat merah, ia menjerit kesakitan saat lukanya terhempas selimut.
"Sakit …," rengek Yoona manja.
Awalnya Naufal tidak menghiraukan. Namun jika didengar suara Yoona terasa menyebalkan saat itu. Ia pun akhirnya membungkam mulut istrinya menggunakan makanan.
"Sudah cukup! Makanlah, dan jangan lagi merengek Yoona! Bahkan jika seperti kau malah akan menjadi beban saja!" tegas Naufal kelepasan.
"Apakah aku ini beban bagimu, Kak? Apakah aku selalu merepotkan dirimu? Apakah memang Kak Naufal tak bisa membuka hati untukku?" pertanyaan itu diiringi dengan air mata di pipi Yoona. Bagaimana tidak, siapa yang sakit hati jika suaminya belum bisa mencintai seorang istri dan menganggap bahwa dirinya adalah beban.
Naufal hanya diam membisu. Hatinya ingin sekali memeluk Yoona dan menenangkannya. Namun, batinnya susah untuk menggerakkan hatinya. Ia sendiri juga tak ingin hal itu terjadi.
Baginya, menyakitkan pula jika harus dipaksa mencintai seorang wanita. Apalagi, wanita yang kini menjadi istrinya, adalah adik angkatnya sendiri.
Menyaksikan seorang gadis tumbuh sampai besar, lalu menjadikannya seorang istri, bagi Naufal sangatlah membingungkan. Dirinya sudah nyaman dengan status kakak beradik, malah kini status itu berubah menjadi suami istri yang tak pernah ia inginkan.
"Aku bisa makan sendiri!" Yoona mengambil meja lipat kecil yang memang terletak di samping kasur. Tentu saja ia marah dengan suaminya itu.
Naufal hanya bisa mengalah. Ia memberikan mangkuk dan segelas susu ditangannya ke meja kecil tersebut, lalu keluar dari kamar. Pada saat Naufal hendak membuka pintu, Yoona memanggilnya.
"Kak Naufal," panggilnya.
Langkah kaki Naufal terhenti. "Ada apa lagi?" tanyanya.
"Mau sampai kapan Kak Naufal memperlakukan aku seperti ini? Aku ini sekarang sudah menjadi istrimu, Kak. Aku bukan adikmu lagi!" jelas Yoona.
"Aku tidak hanya membutuhkan nafkah lahir darimu saja, Kak. Aku juga membutuhkan nafkah batinmu. Hampir empat bulan kita menikah, tapi--" ungkapan Yoona terputus.
"Apa boleh, aku mencari kesenangan dari lelaki lain di luar sana?" pertanyaan Yoona kali ini membuat Naufal kesal. Yoona sudah hampir putus asa dengan sikap dingin Naufal kepadanya.
Naufal pun menjawab dengan tenang meski hatinya sedang tidak baik-baik saja. "Jika kamu mau berkunjung dan abadi di neraka bersamaku ... makan, lakukanlah! Assallamu'alaikum!" tutur Naufal, lalu pergi begitu saja.
"Lalu aku harus bagaimana? Aku butuh kamu Kak. Aku membutuhkanmu!" teriak Yoona yang kemudian menangis tak dapat menahan rasa sakit hatinya lagi.
Entah mengapa, sangat berat bagi Naufal untuk menerima Yoona dalam hatinya. Mencintai seseorang itu tidak mudah baginya. Setiap kali Naufal melihat wajah Yoona, ia akan terus teringat dengan mendiang istrinya pertamanya yang meninggal dalam pangkuannya.
"Yoona maafkan aku. Andaikan aja aku bisa memutar waktu dan tidak menyetujui permintaan terakhir dari Laila ... pasti hatimu tidak akan terluka seperti ini," batin Naufal.