Naufal masih duduk termenung di sofa. Ia merenungi apa yang saat itu terjadi. Lalu, sampai akhirnya ia menerima telfon dari restoran menginginkan dirinya segera datang secepatnya.
"Katakan!" ucap Naufal.
"Tuan, segeralah datang. Ada dua orang yang akan melakukan pengiriman bahan mentah."
"Istri saya sakit, saya tidak mungkin datang. Sebaiknya minta koki kepala untuk meng-handle semuanya!" perintah Naufal.
Setelah menutup telponnya, Naufal langsung melemparkan diri ke sofa. Menghela napas panjang lagi dan mulai berperang dengan hatinya.
"Yoona …,"
"Susahnya mencintaimu. Aku sudah terbiasa dengan dirimu kecil beberapa tahun lalu. Dari adik menjadi kakak? Ahhh, semua ini membuatku lelah!" gumamnya.
"Andai saja kau dulu bukan adik tiriku." desis Naufal. Menatap potret Yoona waktu pertama kali datang dalam keluarganya.
Ketika Naufal sibuk memainkan ponselnya, terdengar suara Yoona minta tolong dengan berteriak keras. Naufal bergegas ke kamar dan melihat apa yang telah terjadi.
"Yoona!" Naufal terkejut melihat tubuh Yoona sudah ada dibawah tepi ranjang.
"Aduh, bisakah Kak Naufal menolongku?" ucap Yoona mengulurkan tangannya dengan meringis kesakitan.
Segera Naufal membantu Yoona berdiri kembali. Naufal begitu sangat khawatir dengan keadaan istrinya, namun ia juga terlihat menahan tawa karena posisi Yoona jatuh sangatlah lucu.
"Kamu baik-baik saja? Apa perlu aku membantumu berdiri?" tanya Naufal.
"Jangan mendekat! Aku bisa berdiri sendiri!" tegas Yoona.
Naufal mengerutkan dahinya, karena semakin penasaran, Naufal pun mendekatinya seraya bertanya, "Kamu kenapa, sih?"
"Kubilang jangan mendekat, ya jangan mendekat, Kak!" seru Yoona mengarahkan telapak tangannya.
Kemudian, ketika Yoona hendak berdiri, selimut yang sebelumnya ia gunakan untuk menutupi tubuh bagian bawahnya melorot. Terlihat-lah lembah cinta miliknya yang masih belum terjamah oleh suaminya itu.
"Apa kau sudah puas melihatnya. Entahlah dari hadapanku, balik badan!" teriak Yoona melempar bantal kepada Naufal.
Awalnya Naufal sampai tertegun kalau melihat lembah cinta milik istrinya yang belum ia jamah sama sekali. Namun, saat sadar, ia langsung membalikkan badannya seraya menjawab teriakan Yoona, "Aku tidak melihat apapun. Kenapa kamu mesti berteriak?"
Tapi dalam situasi itu, Naufal yang sudah jarang tertawa ini bisa tersenyum tipis kalau melihat kekonyolan istrinya. "Kami ini kenapa, sih? Sudah suami istri juga. Masa iya masih malu?" tanya Naufal masih menahan tertawa.
"Nggak lucu! Tolongin!" Yoona mulai merengek.
"Ya bagaimana mana aku bisa nolongin kamu. Wong kamu aja nggak mau di lihat, kok!" seru Naufal bingung sendiri.
"Y-ya, boleh deh lihat. Tapi sedikit, ya. Jangan sampai banyak lihatnya. Papah aku ke kasur dan ambilkan aku celana," Yoona masih manja sekaki dengan Naufal. Masih beranggapan bahwa Naufal adalah kakaknya yang selalu bermain menemaninya.
Kini, Naufal berbalik badan, kemudian menggendong istrinya. Dengan memejamkan mata, sesuai permintaan Yoona, Naufal membawa Yoona ke tempat tidur dan setelah itu Naufal mengambilkan celana panjang untuk sang istri.
"Lain kali, bilang kalau mau minta tolong. Kemarilah, biarkan aku yang memakaikan celananya, lukamu juka sudah mulai kering, bukan?" ujar Naufal menawarkan bantuan.
"Em, aku bisa memanfaatkan keadaan ini untuk mengikat cinta Kak Naufal. Dia suamiku, aku harus membuatnya jatuh cinta. Dia tidak mungkin akan tega melihatku menderita, 'kan?" gumam Yoona dalam hati.
Yoona mengangguk, tanpa pikir panjang lagi, Naufal memakaikan celana panjang longgar untuk sang istri. "Apa-apaan? Kenapa senyum-senyum? Angkat peach kamu!" pinta Naufal sedikit ketus.
"Kak Naufal pasti sayang sama aku, ya? Perhatian gini, aku suka deh! Malah jadi makin cinta," celetuk Yoona menggoda suaminya.
Naufal hanya berusaha untuk bisa mengimbangi Yoona saja. Memang Yoona masih terlalu kekanak-kanakan. Sebab itu, terkadang membuat Naufal kesal sendiri dibuat gadis kecil yang pernah menjadi adik angkatnya itu.
"Malam ini aku akan membawamu jalan-jalan," ucap Naufal.
"Yang bener, Kak? Kakak ajak aku kencan?" tanya Yoona dengan penuh semangat.
"Kencan?" kata Naufal seolah bertanya apakah itu di sebut kencan apa tidak. Yoona mengangguk cepat sekali, mirip dengan anak kecil yang ditawari permen. "Um, bisa jadi kencan, jadi bersiaplah!" lanjut Naufal.
"Beneran? Aku nggak mimpi? Kak Naufal beneran ajak aku kencan ini, senengnya …," Yoona begitu girang sampai ia mencubit-cubit pipinya sendiri.
"Udah hampir jam makan siang, aku siapin dulu makanannya untukmu. Kamu tunggu disini, nanti kalau sudah matang, aku akan memanggilmu, oke?" ucap Naufal mengusap rambut Yoona dan mencubit hidungnya. Tentu saja diiringi dengan senyuman.
"Kak Naufal senyum, senyum? Aw … dia juga menyentuh rambut dan hidungku?" kata Yoona memegang hidungnya sendiri.
Betapa bahagianya dirinya. Dengan keadaannya yang sedang sakit, Yoona biasa mendapat perhatian lebih dari suaminya seperti itu. Yoona juga akan berusaha lebih baik lagi menjadi seorang istri, agar Naufal menganggapnya istri, bukan adik lagi.
-_-_-_-_
Malam itu, Naufal memperlakukan Yoona dengan sangat baik. Bahkan ia tidak keberatan jika Yoona menggenggam tangan Kabir di sepanjang jalan. Naufal juga banyak tersenyum malam itu. Bahkan di tempat hiburan saja, Naufal mau diajak foto berdua oleh Yoona, yang selama mereka menikah, pastikan Yoona tidak akan mendapatkan itu.
Masih ingat sekali, saat senyum Naufal tiba-tiba hilang setelah kematian istri pertamanya. Lalu, harus menikah dengan gadis yang sudah ia anggap seperti adik sendiri. Meski Yoona sendiri sudah sangat lama mencintai dirinya, namun Naufal tidak memiliki perasaan itu kepada Yoona.
"Kak," panggil Yoona sambil menahan senyumannya.
"Kenapa? Takut naik kincir angin?" meski Naufal masih bersikap dingin, itu tidak membuat Yoona menyerah.
"Aku bahagia," bisik Yoona menggenggam tangan Naufal dengan erat.
"Oh, ya? Bagus kalau gitu," jawab Naufal kembali melihat pemandangan.
"Kak," panggil Yoona lagi.
"Em,"
Yoona membelai pipi Naufal dan menghadapkan wajah suaminya ke wajahnya. Lalu secara tiba-tiba Yoona mencium bibir Naufal dengan lembut. Naufal terkejut pasti, ia membelakkan matanya serasa tak percaya jika gadis kecilnya mencium bibirnya.
Tak ingin Yoona merasa terluka lagi, Naufal pun hanya diam saja. Memilih untuk tidak merespon ciuman dari Yoona daripada harus menolaknya. Yang cukup ia lakukan adalah, menebus kesalahan yang pagi tadi ia lakukan kepada sang istri kecilnya, hingga membuat lututnya terluka.
"Maaf, Kak. Aku terlalu bahagia, jadi aku__" Yoona melepaskan ciumannya.
Tak perlu didebatkan meski Naufal tak terima juga kecupan itu, Ia hanya tersenyum, lalu merangkul Yoona, meski ekspetasi Yoona adalah pelukan. Akan tetapi Naufal hanya memberinya rangkulan saja. Mereka juga membeli banyak kenangan dari tempat itu, bahkan Naufal juga mau bermain di sana, fun fair yang selalu ada di setiap malam minggu di Seoul.
Yoona sangat bahagia, akhirnya memiliki waktu kencan bersama dengan pria yang ia cintai sejak pandangan pertama. Meski sejak cinta merekah dirinya selalu tertolak, tetap saja Yoona percaya, bahwa suatu hari nanti, seorang Naufal akan dapat ia raih cintanya.
****