Chereads / Unhappy Without U / Chapter 29 - Bagian 29

Chapter 29 - Bagian 29

Happy reading!

"Lo kenal Rafa?" tanya Riesa pada Arga yang sedang fokus menyetir.

"Kenal," jawab Arga tetap menatap lurus ke depan.

"Sejak?" tanya Riesa semakin penasaran.

"Dulu," jawab Arga.

"Dulunya kapan?" tanya Riesa.

"Rumah lo dimana?" tanya Arga mengalihkan pembicaraan.

"Di bumi," jawab Riesa sekenanya karena kesal.

"Alamatnya," ucap Arga.

"Nanti di depan itu, belok kanan." Riesa menunjuk pertigaan yang ada di depan.

Arga pun hanya menurut. Riesa yang tadinya hendak bertanya lagi ia urungkan karena sudah sampai di rumahnya.

"Rumah gue warna biru langit yang itu." Lagi lagi Riesa menunjuk letak rumahnya.

Arga menghentikan laju mobilnya di depan rumah berwarna biru langit tersebut. Riesa pun turun disusul oleh Arga. Tiba-tiba Riesa mendengar suara lemparan dan pecahan kaca dari dalam rumahnya.

"Ga makasih udah nganterin gue ya. Gue masuk dulu," ucap Riesa dan hendak masuk ke dalam rumahnya. Namun, tangannya di tahan oleh Arga.

"Gue ikut," ucap Arga.

"Gak usah. Mending lo pulang aja," tolak Riesa. Karena ia tau pasti ada sesuatu yang buruk terjadi pada Mamanya.

"Tapi di dal-"

"Gue gapapa. Mending lo pulang oke," ucap Riesa memotong perkataan Arga.

Arga pun hanya mengangguk dan masuk ke dalam mobil. Tak lama kemudian mobil Arga telah hilang dari pandangan Riesa.

Riesa bergegas masuk ke dalam rumah. Betapa terkejutnya ia melihat Mamanya yang sedang melempari semua benda seraya menangis. Dengan perasaan khawatir, Riesa menghampiri Mamanya.

"Ma, nama kenapa?" tanya Riesa dengan suara bergetar.

Namun Mila tidak menanggapi Riesa dan terus melempari benda yang ada di sekitarnya.

"Mama kenapa Ma? Mama ngga boleh kayak gini," ucap Riesa yang sekarang sudah memeluk Mila sambil menangis.

"Ayah kamu pergi sama wanita lain," ucap Mila dengan sesenggukan.

"Mama ngga boleh nangisin pria kayak dia Ma. Pria kayak dia ngga pantes buat Mama tangisin. Dengan ini Mama jadi tau kan gimana dia sebenarnya," ucap Riesa pada Mila.

"Sekarang lebih baik Mama istirahat ya," ucap Riesa dan Mila hanya mengangguk.

"Bi tolong bersihin ya," ucap Riesa pada pembantunya.

Riesa pun mengantar Mila menuju kamarnya.

"Mama tidur ya, Riesa sayang Mama." Riesa memakaikan selimut pada Mila yang sedari tadi diam.

Riesa menghela nafas dan pergi menuju kamarnya. Ia segera membersihkan badannya.

Setelah itu, Riesa menuju kamar Mila. Ia ingin melihat keadaan Mamanya itu. Saat sampai di kamar Mila, Riesa lega melihat Mila sudah tertidur pulas. Mungkin karena lelah menangis dari tadi.

Riesa pun keluar dari kamar Mila dan beniat menemui Bi Darmi, pembantunya.

"Bi," panggil Riesa pada Bi Darmi yang sedang membersihkan pecahan kaca yang dilempar oleh Mila tadi.

"Iya non ada apa?" tanya Bi Darmi menghampiri Riesa yang sedang duduk di sofa.

"Sini duduk deh Bi. Di samping aku aja," ucap Riesa menepuk nepuk sofa di sampingnya yang masih kosong.

"Gapapa non saya di sini aja. Gak sopan," tolak Bi Darmi.

"Sini aja Bi. Aku maksa loh," ucap Riesa dan akhirnya dituruti oleh Bi Darmi.

"Mama kenapa bisa kayak gitu Bi?" tanya Riesa.

"Saya juga engga tau non. Tadi sewaktu nyonya Mila pulang dari kantor langsung melempari barang non, kayak tadi. Saya udah coba nenangin tapi nyonya Mila ngga mau berhenti," jawab Bi Darmi.

"Ya udah makasih ya Bi. Aku balik ke kamar dulu," ucap Riesa dan beranjak dari duduknya menuju kamar.

Riesa menghempaskan tubuhnya ke kasur. Memikirkan apa yang Mamanya lihat tadi. Ia sangat khawatir dengan keadaan Mila yang seperti tadi.

---

Sebenarnya hari ini Riesa ingin izin tidak berangkat sekolah karena mau menjaga Mila. Namun nyatanya sekarang di sinilah ia berada. Di dalam mobil milik Arga yang sedang melaju menuju sekolah. Ya, tadi pagi Arga menjemputnya tanpa mengatakan terlebih dahulu. Akhirnya dengan terpaksa, Riesa berangkat ke sekolah dan bersama Arga.

"Lo ngapain jemput gue segala sih?" tanya Riesa kesal menatap ke luar jendela.

"Pengen aja," jawab Arga.

"Padahal gue kan ngga mau masuk," ucap Riesa.

"Hari ini acara 17-an. Lo panitia, lupa?" ucap Arga dan membuat Riesa baru menyadarinya.

"Emang iya?" tanya Riesa memastikan dan dijawab deheman singkat oleh Arga.

"Tadi malam, kenapa?" tanya Arga penasaran dengan apa yang terjadi tadi malam di rumah Riesa.

Riesa menatap Arga, mengapa Arga harus bertanya hal itu. Terpaksa Riesa harus berbohong. Tidak mungkin kan ia membuka aib keluarganya sendiri pada orang lain.

"Emang kenapa? Gak kenapa napa kok," jawab Riesa sambil tersenyum simpul.

"Gue tau senyum lo palsu," ucap Arga dalam hati.

Tak lama kemudian, mereka sampai di sekolah. Cukup ramai saat ini. Sudah banyak siswa siswi yang berangkat untuk mempersiapkan lomba.

"Makasih ya," ucap Riesa dan dibalas anggukan kepala oleh Arga.

Riesa pun berjalan menuju kelasnya terlebih dahulu. Tiba-tiba ada seseorang yang menahan tangannya. Ia Rafa.

"Rafa," ucap Riesa.

"Lo berangkat bareng Arga?" tanya Rafa yang sekarang sudah berjalan beriringan bersama Riesa.

"Iya. Emang kenapa?" tanya Riesa.

"Kagak suka aja liatnya," jawab Rafa.

"Emangnya kenapa sih Raf?" tanya Rirsa lagi.

"Gak tau males," jawab Rafa dengan nada penuh candaan.

"Rafa beneran ih," ucap Riesa sambil mencubit pinggang Rafa.

"Awwws. Aduh sakit Sa, tega lo." Rafa mengelus elus pinggangnya.

"Kan gue nanya serius. Lo malah bercanda," ucap Riesa kesal.

"Udah ah ke kelas." Rafa berjalan meninggalkan Riesa.

Mera hanya mengendikkan bahu acuh.

"Sebenarnya Rafa sama Yoga kenapa sih?" tanya Mera dalam hatinya.

Saat ini Riesa sedang berada di lapangan. Ya! Tentu saja untuk mengatur lomba 17-an hari ini. Riesa tidak terlalu dilelahkan oleh tugasnya karena banyak anggota osis lain yang saling membantu. Lomba ini banyak memgundang tawa, karena kelucuan dari para peserta yang mengikuti lomba.

Pukul 14.30 semua perlombaan baru saja selesai. Untung tidak ada halangan atau pun masalah dalam pelaksanaannya.

Dan di sinilah Riesa. Di kantin bersama ketiga sahabatnya. Mereka tidak sedang makan, hanya saja bercanda dan bergosip ria bersama.

"Lo lagi deket sama Arga ya?" tanya Tasya pada Riesa.

"Iya akhir akhir ini gue sering lihat lo bareng sama Arga," ucap Reta.

"Engga ah. Biasa aja tuh," jawab Riesa.

"Biasa aja tapi berangkat sekolah bareng," ucap Reta menggoda Riesa.

"Apaan sih Ret. Cuma sekali ini doang juga," ucap Riesa.

"Pulang yuk," ajak Lina dan disetujui oleh lainnya.

Mereka berempat pun berjalan beriringan menuju ke parkiran sekolah. Saat Riesa hendak masuk ke dalam mobil milik Lina, tiba-tiba ia melihat sosok Papanya bukan Ayah tapi Papa kandungnya di depan sekolahan.

"Girls gue ngga pulang bareng deh," ucap Riesa membuat ketiga sahabatnya mengernyitkan dahi bingung.

"Kenapa Sa? Mau pulang bareng Arga?" tanya Reta dengan nada bercanda.

"Bukan elah. Gue dijemput Papa," ucap Riesa. Ketiga sahabatnya pun hanya mengangguk dan meninggalkan Riesa.

Riesa berjalan menuju ke arah mobil Papanya. Dimana Papanya itu sedang berdiri di depan mobil.

"Papa."

to be continued...