Chereads / Unhappy Without U / Chapter 19 - Bagian 19

Chapter 19 - Bagian 19

Happy reading!

"Ra lu akhir-akhir ini kayak beda gitu," ucap Luna menatap Sierra dengan tatapan serius.

"Beda gimana? Gue tambah cakep ya?" tanya Sierra membuat Luna mendengus kesal.

"Gue serius Sierra," balas Luna yang terlihat benar-benar khawatir dengan keadaan Sierra.

"Gue gapapa Lun, lu tenang aja deh gue kan anti banting," jawab Sierra dengan sedikit terkekeh di akhir perkataannya.

"Lu udah nentuin mau lanjut kuliah dimana?" tanya Luna mengingat bahwa mereka beberapa bulan lagi akan meninggalkan masa putih abu-abu mereka.

"Gue belum kepikiran Lun, lu sendiri?" tanya balik Sierra kepada Luna.

"Sama, ya paling ntar gue nurut pilihan orang tua aja gimana," jawab Luna.

"Kebiasaan lu kayak gitu terus, sekali sekali lu harus lakuin apa yang bener bener lu pengen. Hidup lu bukan buat muasin orang tua doang."

---

"Lo pulang sama siapa Ra?" tanya Luna. Saat ini mereka berdua tengah berjalan bersama menuju gerbang sekolah.

"Sama Rizky, tadi gue udah ngechat dia," jawab Sierra dan dibalas anggukan kepala oleh Luna.

"Ya udah gue duluan ya, udah dijemput."

Sierra mengangguk kecil dan beralih menunggu Rizky. Ia merogoh sakunya, niatnya ingin mengambil handphone miliknya. Namun, handphonenya tidak ada di sakunya.

"Aduh pasti ketinggalan di laci nih," ucap Sierra dan terpaksa harus kembali ke kelas.

Saat tengah berjalan di koridor kelas, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berlari ke arahnya dan menarik tangannya.

"Heh ngapain lo?!" ucap Sierra yang terkejut.

Sierra melihat ke belakang, ternyata ada dua orang yang tengah mengejarnya. Oh tidak, maksudnya mengejar laki-laki ini.

"Berhenti den!" ucap dua orang pengejar tersebut.

Laki-laki tersebut berlari menuju lorong kelas yang sepi dan masuk ke dalam sebuah kelas bersama Keyna.

Sierra melihat name-tag laki-laki tersebut yang ternyata bernama Alfian Nugraha.

"Lo ngapain sih lari-lari segala, pake nar-"

"Ssst," ucap Alfian membekap mulut Sierra.

Sierra bisa mendengar di luar ada dua orang yang mengejar Alfian tadi.

Setelah dua orang tersebut pergi Alfian langsung melepaskan tangannya dari mulut Sierra.

"Lo dikejar-kejar rentenir ya?" ucap Sierra menunjuk Alfian.

"Hah?" ucap Alfian bingung.

"Gue tau lo pasti banyak utang terus gak bisa bayar, jadi lo dikejar kejar kan?"

"Pake bawa bawa gue segala lagi," lanjut Sierra kesal.

Sierra pun keluar dari kelas tersebut dan berjalan menuju kelasnya. Di sepanjang jalan ia terus menggerutu kesal. Tiba-tiba dua orang yang mengejar Alfian tadi ada di depannya.

"Masnya bisa gak jangan ngehalangin jalan? Saya mau lewat nih," ucap Sierra.

"Kamu yang tadi sama den Alfian kan?" tanya salah satu orang yang berbadan besar.

"Hah, Alfian siapa? Salah orang kali mas," ucap Sierra bersikap bodoamat.

"Saya gak salah lihat tadi pasti kamu. Sekarang kasih tau saya dimana den Alfian?"

"Apaan sih mas orang saya gak tau, udah ya saya mau lewat," ucap Sierra menahan kekesalannya.

"Beri tau dulu dimana den Alfian."

"Dibilang saya gak tau," ucap Sierra keukeuh.

Sierra hendak berjalan, namun dua orang tersebut malah berjalan maju membuat Sierra ketakutan. Tanpa pikir panjang Sierra langsung berlari.

Sierra terus berlari tanpa memperhatikan apa yang ada di depannya. Sehingga ia menabrak seseorang.

"Aduh, sial banget gue hari ini," ucap Sierra mengusap-usap keningnya.

"LO?!" ucap Sierra kaget saat melihat yang ditabraknya barusan adalah Alfian.

Sierra melihat ke belakang, ternyata dua orang tersebut masih mengejarnya. Sierra segera menarik tangan Alfian dan berlari keluar dari sekolah.

Alfian yang tadinya ditarik Sierra sekarang menarik Sierra karena langkah Sierra sangat lambat untuk disebut lari.

Alfian melihat sebuah gedung yang sedang direkonstruksi, tanpa pikir panjang lagi ia berlari ke dalam gedung tersebut.

Gedung tersebut terlihat sangat gelap dan banyak kayu, semen, dll di dalamnya. Alfian mendorong tubuh Sierra ke tembok pelan agar tak terlihat oleh orang yang mengejarnya tadi.

Alfian sedikit merapatkan tubuhnya ke Sierra, takut jika Keyna terlihat. Gedung tersebut terlalu gelap, sampai sampai Sierra tak bisa melihat wajah Alfian. Namun Alfian bisa melihat wajah Sierra dari cahaya senja yang menerobos masuk.

Alfian menatap wajah Sierra, meneliti setiap inchi dari wajah Sierra. Untuk pertama kali, Sierra mampu menyihirnya untuk terus menatap mata indahnya. Sierra menutup matanya dan menutup mulutnya sendiri saat pengejar itu sudah dekat.

Alfian juga merasa jantungnya menjadi berdetak lebih cepat. Bukan karena dikejar oleh orang-orang itu, tapi karena berdekatan dengan Sierra.

"Sepertinya den Alfian gak ada di sini," ucap salah seorang pengejar itu.

"Ya sudah kita cari di tempat lain."

Dua orang tersebut pun pergi, dan akhirnya Alfian bisa bernapas lega.

"Orangnya udah pergi belum?" tanya Sierra berbisik dan mengintip keluar.

"Udah," jawab Alfian dan langsung menjauhkan dirinya dari Sierra.

"Mereka siapa sih?" tanya Sierra.

"Orang orangnya bokap gue," jawab Alfian mengusap wajahnya frustasi.

"Loh? Jadi bukan rentenir?" tanya Sierra membuat Alfian terkekeh kecil.

"Mereka kan nyarinya lo kenapa gue yang dikejar," ucap Sierra kesal.

Sierra berjalan keluar gedung diikuti Alfian.

"Astaga gue lupa! Hp gue masih di sekolahan!"

to be continued...