"Gimana keadaan Megha, Pen? Dia udah bangun tidur?" sekitar pukul dua siang, Alvan menelepon Setepen untuk memastikan kondisi Megha yang ada di rumah. Entah itu panggilan telepon yang sudah ke berapa kalinya yang Alvan beri pada Setepen, orang kepercayaan di rumahnya itu.
"Mbak Megha udah bangun, Mas. Cuma lebih banyak di kamar."
"O ya?"
"Iya, Mas. Tadi keluar cuma buat makan siang aja, habis itu masuk kamar lagi."
"Hm... tapi dia baik-baik aja kan, Pen?"
"Setepen lihat baik-baik aja, Mas."
"Oke. Ya sudah kalau begitu. Nanti kalau perlu info soal Megha, saya hubungin kamu lagi ya."
"Baik, Mas."
Alvan lantas mengakhiri pembicaraannya dengan Setepen. Rasa gundah kembali menyelimutinya. Mempertanyakan apa yang sebetulnya terjadi pada Megha. Sampai-sampai wanitanya itu jadi betah meringkuk di dalam kamar.