Pertemuan untuk pertama kalinya lagi Megha dan Metha dengan Papa Agung hari itu amat memuaskan hati masing-masingnya. Sesuai dengan rencana, mereka pun memakan Bakmi favorit yang sebelumnya sudah di beli bersama-sama. Bahkan sesekali mereka tertawa kala Megha atau Metha menceritakan masa kecil di tengah suasana makan itu. Sungguh kekompakan yang indah, yang terkhusus Megha tak pernah ia dapatkan sebelumnya.
"Megha sih waktu di rumah Eyang yang dulu paling jago manjat pohon, Pa." Metha bercerita penuh semangat setelah satu suapan Bakmi ia telan.
"Oya. Hehehe. Masih kelihatan sih tomboinya sampai sekarang," ucap Papa Agung.
"Metha paling cengeng, Pa. Dikit-dikit nangis, susah diajak becandanya," Megha membalas. "Baperan!" Lalu langsung melahap lagi potongan mie di atas sendoknya.
"Iyalah! Gue kan perempuan berhati lembut. Wajar aja gue gampang nangis."
"Lembut apanya? Orang lo juga galak!'