Alvan turut memajukan tubuhnya sejajar dengan posisi Rako. Lantas, setelah ia mengamati raut wajah Rako, sejenak kemudian ia kembali berkata, "Kalau itu yang mengganjal perasaan lo selama ini. Ya, lo boleh kok ngomong berdua sama Megha. Gue yakin, Megha juga gak akan keberatan kalau lo singgung masalah itu lagi untuk ditutup dengan permintaan maaf. Gue rasa lo benar, Ko. Kalian harus bicara sebelum mengambil langkah selanjutnya untuk kehidupan kalian masing-masing."
Rako tersenyum mendengar ucapan kakaknya. "Makasih, Kak. Lo udah mau ngertiin gue. Boleh lo yang nanti sampein ke Megha, kalau gue minta waktunya?"
Alvan mengangguk-angguk. "Oke. Nanti akan gue sampein ke Megha pesan lo."
'Drrt drrt drrt'
Alvan melihat ponselnya yang berada di atas meja bergetar. Ia ambil ponsel itu, lalu diterimanya sebuah panggilan yang ternyata berasal dari Megha.
"Iya, Gha. Udah sampe?" tanya Alvan langsung.