Di taman belakang. Mereka mengobrol, seraya duduk di kursi taman dengan pemandangan malam yang cantik. Malam cantik yang sengaja dicipta dari terangnya lampu-lampu taman di rumah itu.
"Gha, apa Alvan sempat cerita ke elo, kalau gue minta hubungan kita kembali baik dan jadi teman?" mula Metha di meja bundar mereka.
Megha mengangguk pelan. "Iya. Alvan cerita ke gue soal itu. Saat kalian kumpul di rumah Ongky."
Metha terdiam memberi tatapan mengarah pada luasnya taman.
"Lo... serius sama ucapan lo?" tanya Megha. "Gue nggak masalah kok, kalau lo cuma mau berdamai dengan Alvan aja."
Metha kembali menatap Megha. Sejenak kemudian ia pun menggeleng lemah. "Justru tujuan utama gue untuk berdamai itu elo, Gha."
"Gue?!"
"Iya. Maafin gue sebelumnya sangat sulit menerima kenyataan."
"Kenapa tiba-tiba lo –"
"Gha!" potong Metha. "Karena itu gue ajak lo bicara."
Megha tertegun penasaran.
"Gue mimpiin Mama Ais, Gha."