Chereads / Unexpected Wedding: Tuan CEO yang Posesif / Chapter 5 - Ditolong dan dibuang

Chapter 5 - Ditolong dan dibuang

Melvin langsung berenang menghampiri Alexa yang mulai tidak sadarkan diri, kemudian membawanya menuju ke tepian kolam. Dia merebahkan gadis itu dan melangkah duduk di atas perutnya, kemudian menekan-nekan bagian dadanya hingga beberapa kali.

"Kamu harus bertahan!" geram Melvin sambil menekan-nekan dada Alexa.

Hingga beberapa kali mencoba akhirnya Alex terbangun dan langsung batuk kemudian memuntahkan air yang sempat tertelan. Napasnya terengah-engah hingga kesadaran dirinya mulai terkumpul seratus persen kemudian menatap pria yang duduk di atas perutnya. Gadis itu langsung mendorong sang pria hingga tersungkur di lantai. "Apa

yang kamu lakukan?" tanyanya panik.

"Aku menolong mu, Bodoh!" jawab Melvin agak kesal.

Seketika Alexa terdiam dengan tatapan canggung dan akhirnya dia berkata, "eh ...maaf ... terima kasih."

"Lain kali jika sedang tidak sehat jangan bekerja!" seru Melvin kemudian menyibakkan rambutnya sendiri.

Alexa hanya mengangguk dengan duduk meringkuk.

Melvin segera melepas pakaiannya yang basah, memperlihatkan bagian atas tubuhnya yang kekar dengan perutnya yang sixpack, dan lengannya yang kekar terdapat tonjolan otot yang kokoh. Dia menatap ke arah sekitar dan menyadari telah diperhatikan oleh beberapa pengunjung dan pelayan restoran itu. Siska dan Tara pun menghampirinya nya. 'Hanya memperhatikan tapi tidak mau menolong. Dasar dungu!' batinnya.

"Astaga, Alexa! Kenapa kamu bisa sampai jatuh ke kolam sih?" Siska tampak marah pada Alexa lalu dia menatap Melvin yang sedang mengeringkan bagian atas tubuhnya yang hanya bertelanjang dada dengan handuk yang diberikan oleh pelayan. "Maaf karena kecerobohan sekretaris saya, anda jadi basah seperti ini," ucapnya.

"Tidak apa-apa ini hanya insiden kecil," balas Melvin kemudian menyerahkan handuk itu ke pada Alexa. "Sebaiknya kamu pulang saja setelah ini. Saya tahu kamu masih pusing."

Alexa mengangguk dan merasa heran kenapa Melvin mengetahui bahwa dia masih pusing.

"Jika kamu sedang tidak enak badan, seharusnya kamu tidak perlu bekerja," seru Siska menatap Alexa yang tampak pucat dan menggigil.

"Iya, Bu," sahut Alexa dengan menundukkan kepalanya. 'kamu berkata begitu tapi kamu sendiri yang tidak memperbolehkan aku cuti sehari saja hanya karena aku memiliki hutang di perusahaan,' batinnya kesal.

Melihat Alexa yang masih menggigil dengan pakaian yang basah kuyup dan sedikit menerawang memperlihatkan bra berwarna hitam, Melvin pun beranjak berdiri mengambil tuksedo nya yang berada di sofa. Dia kembali mendekati Alexa kemudian memakaikan tuxedo itu.

"Terima kasih," ucap Alexa canggung.

Melvin mengangguk dengan tatapan datarnya namun masih memberi perhatian. Dia beralih menatap Siska yang tampak tidak nyaman atas kejadian ini.

"Karena meeting kita hari ini sudah selesai, lebih baik anda segera mengantar sekretaris anda untuk kembali ke rumahnya," serunya.

"Sekali lagi saya minta maaf atas kejadian ini," ucap Siska.

Melvin hanya mengangguk kemudian kembali ke sofa dan meminta Tara untuk mengambilkan pakaian cadangan yang selalu tersedia di mobilnya. Dia duduk santai sambil meminum kopinya yang masih tersisa, dan menatapi Alexa yang diajak pulang oleh Siska.

___

Saat Baru beberapa meter dari restoran, Siska meminta sopir untuk menghentikan mobilnya. Dia menoleh menatap Alexa yang basah kuyup hingga membasahi jok mobilnya, membuatnya geram.

"Kamu kenapa sih bisa sampai tercebur ke kolam? Kenapa kamu selalu ceroboh?" tanyanya kesal.

"Maaf, Bu. saya tadi benar-benar mendadak pusing. Saya juga tidak ingin mengalami kejadian seperti ini," jawab Alexa dengan menekuk wajahnya.

"Beruntung klien saya itu baik. Andai dia marah dan memutuskan hubungan kerja dengan perusahaan kita, kamu akan saya jadikan budak seumur hidupmu!" ucap Siska dengan bersungut-sungut. "Sekarang kamu keluar!"

"Keluar?"

"Ya. Kamu naik taksi atau angkot atau ojek saja. Saya tidak sudi mengantar kamu sampao ke rumahmu!" Siska memperjelas dan memalingkan wajahnya.

"Tapi, Bu ...."

"Sana cepat keluar!" Siska mendorong tubuh Alexa hingga kepalanya sedikit terbentur kaca mobil.

Alexa menarik napasnya dalam-dalam kemudian hembuskan perlahan. Dia mencoba untuk bersikap tenang meski bosnya bersikap seenaknya sendiri mentang-mentang dia mempunyai hutang banyak dia perusahaannya. Gadis itu mengambil tas miliknya kemudian segera keluar dari mobil.

'Andai aku tidak terlilit hutang padamu, mungkin aku sudah resign dan mencari pekerjaan lain,' batinnya dengan penuh sesal karena keadaan memaksanya untuk tetap bertahan menjadi sekretaris bos nya yang bermuka dua. Bersikap sok peduli dan anggun di hadapan klien, lalu malah menurunkannya di jalanan dalam keadaan basah kuyup. 'Dia benar-benar tidak memiliki hati nurani samasekali.'

Alexa membuka tasnya dan melihat isi dompetnya yang hanya berisi uang senilai Rp.200.000. 'Gajian masih akan turun 5 hari lagi, lebih baik aku menghemat dengan naik angkot atau bis yang lebih murah daripada untuk membayar biaya taksi yang pasti mahal,' batinnya kemudian menyimpan dompetnya lagi.

Dengan keadaan basah kuyup dan agak pusing, Alexa berjalan menuju halte yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dia berjalan dengan langkah lamban tanpa memperdulikan beberapa pengendara atau pejalan kaki yang memperhatikan penampilan nya.

Drettt .... drett ....

Tiba-tiba ada dering ponsel dari arah saku tuxedo yang dikenakannya. Alexa segera mengambil ponsel itu dan melihat ada panggilan masuk dari kontak bernama"Joey" yang memperlihatkan gambar seorang gadis cantik berwajah kebulean.

"Astaga. Ponselnya tertinggal di tuxedo ini dan sekarang ada gadis cantik yang menelponnya. Pasti gadis ini pacarnya," gumam Alexa sambil menatapi ponsel canggih berwarna hitam itu. "Aku harus bagaimana?"

Karena tidak ingin terjadi kesalahpahaman, Alexa tidak menjawab panggilan itu. Dia kembali berjalan dan berpikir akan mengembalikan ponsel itu lain waktu. Gadis itu kembali berjalan menuju halte.

Drettf ... Drettt

Ponsel itu kembali berdering. Alexa merasa kasihan pada penelpon dan berpikir untuk memberitahu keadaan yang sebenarnya.

"Hallo ...," Sapa Alexa agak canggung.

"Hallo ... ini siapa? Tidak biasanya Melvin membiarkan orang lain menjawab ataupun membawa ponselnya." Terdengar suara seorang perempuan dari telpon itu.

"Em .. ponselnya tidak sengaja tertinggal di tuxedo nya yang dia pakaikan padaku," jelas Alexa.

"Dia memakaikan tuxedo nya kepadamu? Apa kamu pacarnya ... Wah, lain kali kita harus bertemu. Atau aku akan memaksa Melvin untuk mempertemukan kita!"

"Eh, aku bukan ..." Alexa belum sempat menyelesaikan perkataannya, namun sudah disela oleh perempuan di telpon itu.

"Katakan pada Melvin bahwa masalahku dengan Dante sudah selesai. Kalau begitu, aku matikan dulu telponnya. Semoga kita bisa segera bertemu ..."

Alexa terdiam dengan heran dan sambungan telpon itu terputus. Dia mengantongi ponsel itu lagi dan memijat kepalanya yang makin pusing karena malah dikira pacar Melvin.

"Pria itu sangat tampan, dan aku seperti pernah bertemu dengannya ... Tapi entah di mana," gumam Alexa sambil berjalan dan mengingat paras Melvin yang begitu tampan dan memiliki postur tubuh yang ideal sebagai suami idaman.

Alexa terpaksa berhenti ketika sebuah mobil mewah berwarna putih berhenti di dekatnya. Dia menoleh menatap seseorang yang baru keluar dari mobil itu dengan kagum hingga membuatnya lupa untuk berkedip.