Aku percaya, setiap kali aku melakukan sesuatu, aku akan mendapatkan hasil dari apa yang aku lakukan itu.
Remid usai, aku mendapat nilai diatas 75, aku merasa puas karena apa yang aku lakukan selama satu minggu ini membuahkan hasil.
Kini yang ada dihadapan ku iyalah tentang jam tambahan, Untuk beberapa hari ini mungkin kami semua akan pulang agak terlambat, yang biasanya pulang jam 4 sore, kini harus mengakhiri kelas dijam 6 atau 7 sore.
Aku juga tetap meminta ibu guru Nur untuk mengajari diriku, karena aku yakin berlajar tambahan dengan banyak orang tak lah efisien.
"Harusnya kamu mengambil subjek yang ini lalu kamu jumlahkan dengan bilangan negatif, cara ini ibu yakin lebih mudah."
Pergi kesekolah pukul 6 pagi, disaat yang lainnya masih dirumah, aku sudah berangkat ke sekolah sepagi mungkin, tibanya disana aku meminjam kelas kosong untuk belajar, karena kalau memakai kelas ku itu tak efektif karena aku yakin dalam 30 menit kedepan kelas akan menjadi ramai.
kemudian saat bell masuk berbunyi, aku pun seperti murid biasanya, mengikuti kegiatan belajar sebagai mana mestinya.
setelah itu, kami langsung mengikuti sesi kelas tambahan, yang dilaksanakan setiap senin sampai rabu, dari berkahirnya kelas belajar sampai jam 6 sore atau pun pukul 7 sore.
lalu aku tak berhenti disitu saja, malam harinya aku pergi kerumah ibu nur, dengan penuh kesabaran beliau mengajariku sampai aku bisa mengerjakan soal-soal yang beliau berikan.
"Bu, maaf bila ini lancang untuk aku tanyakan. sejauh yang aku lihat dirumah ini hanya ada ibu seorang, maksudku suami ibu mana?" tanyaku, dengan tetap mata fokus ke lembar soal yang ia berikan.
"Apakah ibu setua itu? hingga kamu mengatakan bahwa seolah-olah ibu harusnya sudah bersuami?" ujarnya cekikikan, lalu ia menjelaskan bahwa saat ini umurnya masih lah 25 tahun, dan beliau juga adalah guru baru yakni baru 3 tahun yang lalu jadi guru, beliau berkata bahwa untuk saat ini beliau belum memikirkan untuk menikah.
Saat aku mendengarkan perkataan beliau, aku teringat dengan keluargaku, yakni ayah dan ibu yang kata kakek dan nenek, mereka (ayah dan ibu.) menikah muda.
"tapi, disaat ini lumrah bukan untuk menikah muda?"
tiba-tiba beliau tertunduk lesu, aku langsung sadar bahwa perkataanKu itu pasti menyakiti perasaan beliau, aku pun meminta maaf atas apa yang aku katakan itu.
Hari berikutnya, les lagi... huh...
"Di!" panggil ibu nur, aku pun cepat-cepat menghampiri beliau, beliau bilang bahwa malam ini beliau tak bisa mengajariku, karena harus pegi kerumah orang tuanya, dengan sebab yang tak beliau katakan.
"Baiklah."
Akhirnya aku belajar sendiri dirumah, mempelajari apa yang tadi diajarkan dikelas.
hari-hari berlalu begitu saja, tanpa kusadari januari akan berganti febuari.
TO akan kami adakan di awal bulan Febuari, yang artinya disaat itu aku bisa menguji kemampuanku yang selama ini telah aku asah sedemikian tajam.
Ibu nur tak pernah lelah mengajariku, kini aku tahu bahwa kalau aku ingin berhasil aku haruslah bekerja sangat keras.
"Di, besok sabtu kamu ada acara? kalau tidak yuk kita pergi."
seketika itu aku tak bisa berbicara, aku terdiam memikirkan sesuatu.
apa yang aku lakukan selama ini?
aku mulai menjauh dengan kesenangan masa remaja yang tak bisa ku ulangi diwatu yang akan datang.