Seminggu sudah aku menghindari kak Ares dan pasukannya. Haha, pasukan. Bukan pasukan, tapi ebih tepatnya, teman nya yang aneh itu. Tidak sulit bagi kakakku yang satu itu untuk melacak keberadaanku. Tapi aku juga tak sebodoh yang dia pikirkan. Aku bersembunyi di rumah Novi selama ini. Kebetulan Novi mengizinkanku karena dia tinggal sendirian.
"Lo kenapa sih, Ra?" tanya Novi saat kami berada di kantin. Aku yang sibuk menulis tugas dari bu Salma pun hanya membalasnya dengan gidikan bahu.
"Ish! Aku sampai takut ke kosan kamu tahu! Banyak banget body guard nya. Mana badannya gede-gede," gerutunya membuatku mengeluarkan senyum tak enak hati.
"Maaf, Nov. Aku ngerepotin kamu. Tapi aku lagi ga mau ketemu sama kakak Ares. Karena kalau itu terjadi, aku pastikan kita ga akan ketemu lagi." Ucapku sembari menjeda tulisanku.
"Hah? Kamu serius Ra?" tanya Novi tak percaya. Sedangkan aku hanya balas mengangguk dan kembali melanjutkan tulisanku. Bu Salma memang riweh, kenapa harus tulis tangan coba?
"Kalau gitu, aku rela deh ditatap sama body guard itu, asal kamu ga ke mana-ke mana." Ucap Novi yang aku balas anggukan.
"Good girl!" ucapku sembari memperbaiki letak kaca mataku.
Cukup lama aku berkutat dengan tulisanku, hingga akhirnya tulisan itu selesai juga sebanyak 5 lembar double folio. Bu Salma memang tidak tanggung-tanggung memberikan tugas. Tapi aku bersyukur, setidaknya ada yang bisa aku kerjakan dari pada bengong doang di kantin.
"Ish! Berisik banget sih!" gerutu Novi sambil melihat kearah depan kantin.
Damn!
Itu pria kemarin!
"Nov, please. Tolongin aku. Itu teman kakak aku. Dia pasti mau nyeret aku dari sini," ucapku sedikit panik karena kemunculan tiba-tiba dari pria kemarin.
"Hah? Kamu serius, Ra?" tanya Novi yang aku balas anggukan cepat.
"Aku sembunyi di bawah dan kamu pura-pura sendiri, oke?" ucapku yang langsung bersembunyi di bawah meja.
Bersyukur dan untungnya meja kantin ini seperti meja kantor yang tertutup bagian depannya. Semoga mereka tidak melihatku bersembunyi di sini.
Sial! Ngapain mereka sampai datang ke kampus? Ada apa sih kak Ares mencariku? Bukannya dia sudah tidak perduli lagi denganku? Apa terjadi sesuatu pada keluargaku?
"Permisi, nona." Ucap seseorang pada Novi yang aku yakini pria kemarin.
"I..ya, ada apa?" tanya Novi terdengar gugup.
"Apa anda temannya Elmeira?"
"Elmeira? Siapa? Di sini ada banyak nama Elmeira." Ucap Novi.
"Elmeira Ferrand."
"Ah, Elmeira Ferrand." Novi mulai terdengar gugup dan sedikit panik.
"Ya, apa anda melihatnya?"
"D..dia baru saja ke ruangan bu Salma mengantarkan tugasnya." alibi Novi. Good job, Nov!
"Baiklah, jika anda berbohong. Konsekuensinya akan anda terima nanti."
Sial! Novi mulai diancam. Kalau seperti ini keadaannya, mau tidak mau aku harus menyerah.
"Aku di sini." Ucapku keluar dari persembunyianku dengan wajah kesal.
"Ada apa kalian mencariku sampai membuat kebisingan?" tanyaku tak suka.
"Maaf jika itu mengganggu. Tapi Ares mau bertemu denganmu sekarang." ucap pria itu.
"Baiklah bawa aku ke kakakku." Ucapku yang dibalas anggukan oleh pria itu. Kemudian aku pun berjalan mengikuti pria itu dan beberapa body guard yang dia bawa tanpa melihat kearah Novi lagi.
Setelah aku masuk ke dalam mobil. Pria itu langsung memerintahkan supir untuk melaju meninggalkan area kampus menuju Jupiter hotel. Sepanjang jalan tidak ada percakapan di antara kami, yang ada hanya keheningan hingga mobil tiba di CK hotel.
"Ayo keluar!" perintahnya membuatku membuang wajahku, namun tetap menurutinya.
"Ikut aku." Ucapnya yang aku angguki. Kemudian kami pun berjalan dengan aku dibelakangnya dan dibelakangku terdapat beberapa body guard yang berjaga-jaga takut aku kabur.
Kami memasuki lift dan aku lihat pria itu menekan tombol 5 dan seketikan pintu lift tertutup. Aku masih diam dan memasang wajah datarku. Aku tidak suka keadaan seperti ini, makanya aku kabur dari rumah.
"Masuklah." Ucap pria itu saat kami tiba di kamar nomor 275. Tumben kakak tidak menyewa kamar VVIP.
"Kenapa bengong?" tanyanya mengagetkanku.
"Sabar bisa kali, om!" ucapku sarkas dan kemudian membuka pintu kamar.
"Siapa?" tanya kak Ares yang sedang berkutat dengan benda pipih ditangannya. Lihatlah! Sikap cuek pria dingin itu tak berubah sejak aku meninggalkan rumah beberapa bulan yang lalu.
"Aku." balasku singkat. Seketika itu juga kak Ares mengalihkan perhatiaannya dari ponsel kearahku.
"Elmeira.."
"Ada apa kakak mencariku?" tanyaku to the point mencoba mengalihkan rasa rindu dihatiku.
Katakan aku pengecut. Tapi memang itu adanya, aku rindu dengan sosok dihadapanku ini. Sangat malah! Tapi ego menguasaiku untuk tidak menangis dan menghamburkan diri dipelukan kakakku.
Hug
"Tu Me Manques," lirih kak Ares dengan posisi memelukku. Aku tidak membalas pelukan itu. Aku hanya diam. Hingga pelukan itu terlepas dan aku bisa melihat raut wajah kak Ares yang penuh kerinduan.
"Untuk apa kakak mencariku?" tanyaku sekali lagi dengan raut wajah datar.
"Elmeira, apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu berubah? Kemana Elmeira gadis kecil kakak?" tanya kak Ares sambil memegang bahuku. Aku yang merasa risih, akhirnya mengendurkan tangan kak Ares dari bahuku.
"Maaf, kak. Aku tidak bisa lama-lama." Ucapku berusaha menahan air mata yang hendak tumpah. Terlihat kak Ares menghela nafasnya dan kemudian mengangguk.
"Kakak akan menikah." Ucap kak Ares membuatku menaikan alis.
"Lalu?" tanyaku.
"Kakak mohon kamu pulang." Ucap kak Ares.
Kak Ares akan menikah? Siapa perempuan yang berhasil membuat kakak ku bertekuk lutut?
"Aku usahakan." Ucapku.
"Jangan diusahakan. Tapi kamu harus ada di sana!" ucap kak Ares memaksa. Keluar sifat asli kak Ares. Sifat memaksanya yang tidak pernah berubah dari dulu. Tapi kira-kira siapa wanita yang berhasil menyentuh hati beku kakakku yang satu ini?
"Nama kakak iparmu nanti Resya. Mommy dan daddy akan ada di sana juga beserta keluarga yang lain." Ucap kak Ares membuatku menghela nafas berat.
Keluarga yang lain, ck!
"Ini bukan taktik agar aku kembali ke Prancis, kan?" tanyaku dengan mata menyipit.
"Entahlah, kakak tidak tahu. Yang pasti kakak tidak mau adik kakak yang cantik ini tidak datang di pesta bahagia kakaknya." Ucap kak Ares yang aku balas anggukan.
"Aku hanya bisa cuti 3 hari. Jadi maaf jika aku langsung pulang." Ucapku yang dibalas kerutan dahi kak Ares.
"Tidak! Seminggu! Kamu harus ada seminggu di sana!" tegas kak Ares.
"3 hari atau tidak sama sekali?" tawarku padanya. Memangnya hanya dia yang bisa menjadi manusia licik? Aku juga bisa. Jangan lupakan kelicikan daddy yang diturunkan juga padaku.
"Baiklah, 3 hari cukup." Ucapnya mengalah.
"Deal!"