Sesuai janjiku pada kak Ares, aku akan menghadiri pesta pernikahannya. Namun bukan Elmeira namanya, jika tidak mendapatkan amukan dahulu dari tuan Ares Farrand. Aku sengaja menunda keberangkatanku tepat pada hari pernikahan kakakku itu.
"Elmeira! Kamu itu kan sudah kakak bilang pulang sehari sebelum acara, kenapa baru sekarang sampai?" tanya kak Ares dengan wajah emosinya. Sedangkan aku bukannya takut, malah asik menyeruput kopi susu dihadapanku.
"Aku baru bisa dapat izin hari ini kak, lagi pula aku kan mengambil penerbangan malam agar bisa tiba subuh di sini." Balasku santai.
"Tapi sayang, tidak bagus anak gadis malam-malam berkeliaran di Bandara." Ucap mommy menasehati.
"Ya-ya, maafkan Elmeira kalau gitu." Ucapku mengalah.
"Kamu itu ga berubah ya, tetap saja keras kepala." Ucap kak Ares.
"Lah jangan salahin aku, dong. Salahin daddy yang turunin sifatnya ke aku." Balasku sambil memeletkan lidah pada kak Ares.
"Lho, kok jadi daddy yang kena?" tanya daddy yang baru datang.
"Ga tau, ah. Elmeira capek," ucapku yang bangkit dari duduk menuju kamar.
"Tau gini, sekalian ga usah datang aja." Gerutuku pelan agar tidak didengar oleh kak Ares, mommy dan daddy.
"Apa kamu bilang, Elmeira?!" seru kak Ares membuatku berlari menuju kamarku.
Kamu sudah membangunkan singa tidur, Elmeira. Tapi ga pa-pa lah, hitung-hitung bantu kak Ares biar ga gugup besok. Aku termasuk adik yang baikkan kalau gitu?
Drrt..
From : Novi
Ra, kamu habis dari nikahan kakak kamu, pasti balik ke sini, kan?
"Aduh nih bocah, takut banget aku tinggal." Kekehku membaca pesan dari Novi.
To : Novi
Iya, Noviku.. aku pasti balik lagi, kok. Ga akan aku biarin mereka nahan aku di neraka ini. Wkwk
From : Novi
Syukur deh kalau gitu. Oh iya, sampein happy wedding buat kakak kamu ya, Ra.
To : Novi
Sip, thanks.
Sudah hampir jam 3 subuh. Aku tidak ngantuk sama sekali. Lelah? Mungkin tidak. Aku sudah terbiasa. Terbang kesana kemari dan bermalam-malam di pesawat itu malah menyenangkan, bukan melelahkan seperti yang mereka-mereka katakan.
Sebenarnya aku bisa izin lebih dari 3 hari. Tapi aku malas berlama-lama disini. Aku juga tidak terlalu dekat dengan mereka para sepupu atau kolega-kolega daddy dan kakak. Pernah aku bertemu mereka di pesta pernikahan daddy dan mommy, tapi hanya sekedar 'say hello' saja. Setelah itu anggap tak pernah mengenal mereka.
"Elmeira," panggil mommy dari balik pintu kamarku. Aku berpura-pura tidur hingga suara itu tak terdengar lagi.
"Mommy tahu kamu belum tidur, sayang." Ucap mommy membuatku menghela nafas dan bangkit dari tidurku.
"Ada apa, mom?" tanyaku langsung.
"Boleh mommy masuk?" mommy menawarkan diri dan aku hanya bisa pasrah mengangguk pada ratu dikeluargaku.
"Jadi ada apa mommy jam segini menemuiku?" tanyaku saat kami sudah berada ditempat tidur.
"Mommy rindu kamu, sayang." Ucap mommy sembari membawaku ke dalam pelukannya.
"Mommy khawatir sama kamu. Apa putri mommy tidur nyenyak? Apa putri mommy makan teratur? Apa putri mommy tidak kekurangan?" mommy menangis. Aku merasakan bahuku basah.
Perlahan, aku membalas pelukan mommy dan mengusap punggungnya mencoba menenangkan. Aku tidak tahu kalau wanita yang telah melahirkanku ini segitu rindu dan khawatirnya padaku, putri satu-satunya.
"Maafkan Elmeira, mom." Lirihku. Kemudian pelukan itu terlepas. Mommy membelai pipiku lembut.
"Kenapa tidak pernah mengabari mommy? Hm?" tanya mommy.
"Maaf, mom. Elmeira hanya tidak ingin kalian membawa Elmeira kembali ke France. Elmeira sudah nyaman dengan hidup Elmeira sekarang." jelasku.
"Tapi tidak dengan kabur tanpa jejak, sayang. Walaupun daddy tahu keberadaan kamu, daddy tidak pernah mengizinkan mommy untuk menjenguk kamu. Saat mommy tanya alasannya, daddy selalu menghindar." Ucap mommy. Aku yang mendengarkan mengangguk. Setidaknya daddy mengerti kemauanku. Thanks, dad.
"Sudahlah, mom. Tidak apa-apa. Kan Elmeira sudah disini. Dan akan disini selama 3 hari kedepan untuk menjadi putri keluarga ini lagi." Ucapku menenangkan mommy dan menghapus sisa air matanya.
"3 hari? Kenapa begitu cepat?" tanya mommy.
"Hanya itu batas izin yang diberikan, mom." Jawabku.
"Baiklah tak mengapa. Yang penting kamu sudah disini bersama mommy, daddy, dan kakakmu." Ucap mommy yang aku balas anggukan.
"Ya sudah, sebaiknya mommy istirahat. Besok kita akan sibuk karena acara anak bujang mommy yang mau lepas lajang itu." ucapku meledek kak Ares.
"Haha, iya sayang. Kalau begitu selamat malam. Sleep well." Ucap mommy mencium keningku dan berjalan keluar dari kamar. Sedangkan aku memejamkan mataku untuk sesaat sebelum menghadapi acara kakakku satu-satunya yang akan menjadi suami dari wanita pilihannya.
"Selamat kakak!" seruku saat kak Ares berhasil mengucapkan janji didepan Altar tadi. Kini kami semua berada pada pesta resepsi yang diadakan cukup mewah disalah satu hotel berbintang.
"Terima kasih adik kecilku." Ucap kak Ares sambil mengacak rambutku.
"Argh! Kak! Rambutku jadi berantakan lagi." Gerutuku sambil menepis tangannya dan memperbaiki tatanan rambutku.
"Selamat kakak ipar." Ucapku beralih pada pasangan kakakku.
"Terima kasih adik ipar." Ucapnya dengan senyum mengembang. Pantas kak Ares jatuh hati, orang kakak ipar cantik begini.
"Elmeira, ayo kemari sayang. Kita akan foto keluarga." ucap mommy yang aku angguki. Aku berdiri disamping kakak dan kami pun foto bersama.
Setelah sesi foto bersama, aku langsung mengasingkan diri. Aku tidak terlalu suka suasana seperti ini. Lebih baik mendekam di kosan dengan tugas-tugas dari dosen, daripada berjalan tanpa arah begini.
"Hai!" sapa seorang pria entah siapa?
"Hm." Balasku singkat.
"Ke sini sendiri?" tanyanya.
"Rombongan." Jawabku.
"Really?" tanyanya.
"Yup!" balasku.
"Lalu kenapa kau sekarang sendiri?" tanyanya.
"Mereka semua sibuk diatas sana." Balasku.
"Atas mana?" tanyanya lagi. Kepo sekali pria ini!
"Di sana! Yang menjadi mempelai prianya adalah kakakku." Jawabku sambil memutar bola mata malas.
"Ah, jadi kamu adiknya Ares." Ucapnya sambil melirik keatas panggung.
"Aku Johan." Ucapnya tanpa mengulurkan tangan.
"Elmeira." Balasku.
"Ternyata dia berhasil membawamu kemari, gadis kecil?" tanyanya membuatku mengernyit.
"Maksud anda?" tanyaku balik.
"Jo!" seru suara yang sudah ku hapal.
"Hai Will!" balas pria disampingku.
"Gimana tugasmu?" tanya pria itu.
"Sukses. Walau harus membuat keributan kecil." Jawab Will.
"Keributan kecil?" tanya Johan.
"Yup. Tapi bukan apa-apa. Ah iya, kau lihat gadis kecil itu?" tanya Will.
"Aku disini, asal kau tahu." Ucapku tanpa berpindah dari tempatku berdiri.
"Ah, disana rupanya kau gadis kecil!" serunya membuatku memutar bola mataku.
"Ada apa?" tanyaku datar.
"Maaf, karena kemarin aku sedikit menyebalkan. Tapi itu semua karena kakakmu itu. Kalau bukan bos, pasti aku tidak akan mau." Jelasnya.
"Ya-ya, whatever." Balasku tak perduli.
"Ayolah gadis kecil, aku sebenarnya menyenangkan. Tapi jika sudah ditugaskan seperti itu, aku memang bisa menjadi menyebalkan." Ucap Will yang tak aku hiraukan.
"Aku tak perduli, asal anda tahu." balasku.
"Sudahlah, yang penting aku sudah meminta maaf." Ucap Will.
"Lalu kenapa kau tidak berada disana bersama keluargamu? Kenapa berdiri disini sendiri?" tanya Johan.
"Untuk apa berdiri disana kalau untuk dikucilkan?" tanyaku balik dengan wajah menantang.
"Sudahlah, untuk apa aku berbincang dengan teman kakakku? Tidak ada gunanya." Ucapku berjalan menjauh dari mereka.
"Hei gadis tidak tahu diri!" ucap seorang wanita diikuti anaknya.
"Hai tante Mey." Balasku.
"Ternyata kau datang?" tanyanya membuatku hanya balas senyum sekilas.
"Tentu saja, dia kakakku. Aku pasti datang." Balasku.
"Kakak? Kau itu hanya anak pungut!" ucap Jenny-anak tante Mey.
"Lalu? Apa masalahmu?" tanyaku.
"Kau tak pantas diacara elit seperti ini!" jawab tante Mey.
"Lalu anda pikir, anda pantas? Anda dan keluarga anda kemari karena semua kebutuhan anda ditanggung oleh keluarga Steven dan Rianti. Padahal suami anda bekerja di perusahaan besar, masa untuk membeli tiket PP saja tidak sanggup?" ledekku.
"Lo kurang ajar ya, sama nyokap gue!" ucap Jenny sambil menunjukku dengan jarinya. Sedangkan aku hanya tersenyum sinis dan menggenggam jarinya kuat.
"Lo jangan macam-macam sama gue, kalau lo ga tau apa-apa tentang gue! Nyokap lo dan lo sama aja! Ga bisa ngaca!" ucapku tajam dan menghempaskan jarinya kuat. Sebodo amat sama tuh jari kalau patah!
Plak!
Shit!
"Jaga omongan kamu ya, anak pungut!" seru tante Mey setelah tamparan itu mengenai pipiku.
"Terima kasih." Ucapku dengan senyum sinis dan memilih pergi, sebelum acara ini kacau akibat sandiwara tante Mey dan putrinya itu.
"TAXI!" seruku saat aku berada dipinggir jalan besar. Kemudian sebuah taxi berhenti dan membawaku menuju rumah. Aku akan pulang hari ini juga! Aku tidak perduli lagi dengan amukan kak Ares.
"Tunggu sebentar, pak. Saya tidak akan lama." Ucapku meninggalkan taxi didepan rumah dan masuk ke dalam hendak mengambil barang-barangku.
"Non! Non Elmeira mau kemana?" tanya mbok Minah.
"Aku pergi ya, mbok. Bilang sama mommy, daddy, dan kak Ares. Elmeira sayang sama mereka, walaupun Elmeira hanya anak pungut." Ucapku dengan air mata yang sudah tumpah.
"Non! Non bukan anak pungut. Non anak kandung tuan dan nyonya." Ucap mbok Minah membuatku tersenyum dan menggeleng.
"Tidak, mbok. Aku hanya anak yang dipungut oleh keluarga ini dan mendapatkan kemewahan yang tak selayaknya aku dapatkan." Ucapku.
"Aku pergi, mbok." Pamitku. Kemudian aku pun menggeret koperku menuju taxi yang sudah menunggu diluar.
"Tolong saya, pak." Ucapku sambil memberikan koperku pada supir taxi. Ku tatap sejenak rumah yang ada disampingku dan kemudian tersenyum.
"Ayo jalan pak." Ucapku dan kemudian taxi bergerak menuju bandara.
"Terima kasih, pak." Ucapku saat tiba di bandara. Aku pun melangkahkan kaki memantapkan diri meninggalkan mereka.
To : Mommy & Daddy
Mommy, daddy. Maafin Elmeira yang belum bisa buat kalian bahagia. Maaf sudah merepotkan kalian selama ini. Elmeira pamit..
To : Kak Ares
Kak Ares dan kak Resya, selamat menempuh hidup baru, ya. Kalian harus setia sampai akhir hayat nanti. Jangan lupa berikan keponakan yang lucu-lucu untuk Elmeira. Elmeira pamit..