Sorot Mata Bo Yucheng menggelap.
Meskipun tatapannya masih terlihat hangat, tetapi tampak ada kilat dingin di kedua sudut matanya yang panjang dan sipit itu, seindah bunga persik.
"Lan Lan." Suara Bo Yucheng terdengar jelas seperti air jernih.
Dia memandang gadis itu dengan penuh kasih sayang, tetapi arti kata-katanya yang dalam cukup membuat orang lain yang mendengarnya merinding. "Kamu adalah gadis yang patuh. Aku bisa mengabulkan semua permintaanmu selain hal ini."
Bo Yucheng membenci SMA Mingcheng.
Dia benar-benar membenci orang-orang di sekolah itu. Terutama, Shen Ruxue, wanita yang sangat licik melebihi siapapun, dan Shao Mingzhe, pria yang telah membuat Shen Qinglan tergila-gila padanya.
Bo Yucheng perlahan mengangkat tangannya dan membelai pipi Shi Qinglan dengan jari-jarinya, kemudian bibir tipisnya berujar, "Jika kamu ingin belajar, aku akan menyewakan guru privat terbaik di dunia untukmu, bagaimana?"
Shi Qinglan terdiam. Dia menggerutu dalam hati, 'Tidak perlu, terima kasih.
Keluarga Shen mengadopsi Shi Qinglan dari panti asuhan ketika dia masih kecil, tetapi mereka tidak pernah mengurusnya. Untungnya, dia memiliki IQ yang sangat tinggi. Dia selalu belajar sendiri dan telah menyelesaikan semua mata pelajaran di sekolah menengah lebih awal, bahkan sampai pelajaran tingkat universitas.
Selain itu, dia memiliki pencapaian yang tinggi di berbagai bidang mata pelajaran.
Sebenarnya dia ingin pergi ke SMA Mingcheng bukan untuk belajar.
"Ah Cheng, mari kita bicarakan lagi dengan baik-baik." Shi Qinglan menatap Bo Yucheng sambil mengayun-ayunkan lengan pria itu dengan manja.
Berdasarkan ingatannya tentang kehidupannya yang sebelumnya, mengenai peristiwa pembakaran yang tak disengaja yang dilakukan Shen Ruxue hingga hampir membuat Shi Qinglan kehilangan nyawa, kemungkinan besar wanita licik itu sedang memainkan drama keluarga di sekolah sekarang. Shen Ruxue jelas akan melakukan sesuatu untuk membuat Shi Qinglan dalam masalah lagi.
"Lan Lan, kamu harus jadi gadis yang patuh."
Bo Yucheng tidak menjawab secara langsung, tetapi tampaknya dia telah memberikan jawaban yang tegas. Nada suaranya pun tiba-tiba berubah menjadi rendah. "Wen Le."
Begitu Bo Yucheng menyebut nama itu, sebuah bayangan hitam tiba-tiba muncul di depan mereka berdua. Wen Le mengenakan pakaian formal berwarna hitam dan menunjukkan sikap hormat, namun kemudian dia membungkuk sambil tersenyum konyol. "Tuan Bo."
Wen Le menegakkan tubuhnya dan hendak mendengarkan perintah yang diberikan Bo Yucheng, tetapi tiba-tiba pandangannya bertemu dengan wajah Shi Qinglan, yang amat cantik tiada tanding dan memancarkan pesona yang menarik perhatian setiap orang yang melihatnya.
Oh My Lady Gaga….
Dari mana datangnya wanita yang memiliki kecantikan tiada tara ini? Mungkinkah akhirnya Tuan Bo tidak buta lagi dan memutuskan untuk meninggalkan Nona Shi demi cinta yang baru?
"Tuan Bo, ini… Nona ini..."
Bibir merah Shi Qinglan sedikit berkedut menahan tawa. Senyumannya itu justru semakin meluapkan pesonanya secara alami, tanpa dibuat-buat. "Kenapa? Apa kamu tidak mengenaliku?"
Perlahan, terbentuk tanda tanya di hati Wen Le.
Mana mungkin dia mengenali wanita yang teramat cantik meski dilihat dari sudut manapun seperti ini?
Beberapa kecurigaan yang menakutkan perlahan-lahan muncul di benaknya. Kemudian dia berseru dengan terkejut. "Nona… Nona Shi?"
"Hah, ya." Shi Qinglan tersenyum manis sambil mengangguk mengiyakan.
Wen Le tiba-tiba merasa otaknya berhenti bekerja. Senyuman konyol di wajahnya pun juga ikut membeku. Dia sungguh tidak bisa mempercayainya.
"Sudah cukup belum melihatnya?" ujar Bo Yucheng dengan dingin.
"Masih belum cukup… Oh tidak! Saya tidak melihatnya, saya tidak melihat apa-apa!" Wen Le segera menutup matanya. Dia tak mau mati di tangan tuannya itu.
Tapi kepalanya dipenuhi dengan senyuman Shi Qinglan yang sangat mempesona hingga seolah dapat menyebabkan kerusakan dunia. Dia merasa bahwa terlalu banyak hal di dunia ini yang sungguh di luar nalar!
Bo Yucheng hanya melirik Wen Le dengan acuh tak acuh.
"Mulai sekarang, kamu bertanggung jawab untuk mengikuti Shi Qinglan. Kau tidak boleh menolak perintah apapun darinya, kecuali kalau dia ingin pergi keluar."
"Baik." Ekspresi Wen Le masih tampak agak kaku. Dia tersenyum dengan sangat canggung. "Nona… Nona Shi, silakan."
Shi Qinglan merasa bahwa keputusan Bo Yucheng ini tidak dapat diganggu gugat. Sudah pasti bertingkah manja pun tidak ada gunanya lagi. Setelah berpikir sebentar, dia pun berjalan ke kamar dan diam-diam menghela napas dalam hati.
Wen Le hendak melangkahkan kakinya untuk mengikuti Shi Qinglan, tapi tiba-tiba ia mendengar Bo Yucheng, yang berada di sebelahnya, berkata dengan santai, "Para pelayan barusan harus disingkirkan semuanya. Sudah waktunya untuk mengganti mereka dengan orang-orang yang mengerti aturan."
Bo Yucheng menurunkan pandangannya. Dia membuka kancing mansetnya dengan gerakan yang elegan dan keren, tetapi kata-kata yang diucapkannya barusan seolah menebarkan peringatan untuk menghancurkan hidup seseorang menggunakan strategi halus. Setiap kata yang keluar dari mulutnya ibarat hukuman mati.
"Saya mengerti." Wen Le menyanggupi perintah atasannya. Dia segera melanjutkan langkah kakinya untuk mengikuti Shi Qinglan ke kamar tidur. Tetapi begitu dia baru masuk ke kamar, dia menyadari bahwa tugasnya ternyata tidak sesederhana yang dia bayangkan.