Chereads / Sexy Woman / Chapter 15 - Perilaku Dika

Chapter 15 - Perilaku Dika

Leony mengembuskan napas lega saat mendengarkan ucapan Mira yang terlontar beberapa saat lalu. Wanita yang menjadi seorang muncikari itu tak ingin dirinya pergi dari sini. Alhasil, Leony spontan mengucapkan rasa terima kasih karena Mira sudah menolak keinginan Arif itu.

Ia tak ingin menikah dengan pria tua bangka itu. Harusnya Arif sadar diri karena sudah punya keluarga. Istrinya pun sedang sakit-sakitan di rumah. Namun, pria itu tak peduli sama sekali dengan anak dan istri.

Mira melakukan hal ini semata-mata karena tak ingin kehilangan tambang emasnya. Kalau Leony menikah dan tak di sini lagi, maka para pria langganannya akan kurang berminat. Walaupun masih banyak gadis cantik nan seksi di sini, mereka hanya menyukai kecantikan Leony saja.

"Gak usah ge'er ya kamu. Aku melakukan hal ini karena gak mau uangku berkurang karena kamu gak ada ntar."

"Iya, Mi. Aku paham, kok."

Dengan langkah angkuh serta melenggak-lenggokkan tubuh sintalnya, Mira pergi berlalu dari kamar Leony. Wanita yang usianya tak muda lagi itu memberinya sedikit rasa tenang.

"Syukur aja Mami gak setuju dengan permintaanya Mas Arif dan gak rela melepaskan aku pergi.

***

Tanpa sepengetahuan Ibu dan sang Ayah, Dika nekat ingin pergi ke tempat prostitusi itu. Ia ingin menemui Leony dan berbincang sebentar di sana. Ia akan berpura-pura sebagai pria yang memesan Leony demi mendapatkan sebuah informasi.

Ia berjalan mengendap-endap layaknya seorang pencuri. Dika tak ingin kalau sang Ibu tahu dan melarangnya pergi ke mana-mana. Arif juga sedang tak ada di rumah, entah ke mana.

Tak lupa ia gunakan masker untuk menutupi sebagian wajah. Alhasil, Dika tak mau membuang lebih banyak waktu lagi. Ia segera merogoh kunci mobil dan masuk ke dalam.

***

Akhirnya, Dika sudah sampai di tempat prostitusi itu. Dari depan ruangan ini memang tak kelihatan sama sekali kalau di dalam sana ada sebuah pekerjaan yang terlarang. Dika juga sengaja mengenakan setelan jas agar terlihat lebih rapi dan mapan, hingga tak ada penolakan untuk masuk ke dalam sana.

Ia juga menggunakan masker duckbill berwarna hitam. "Semoga gak ada yang mengenali aku di dalam sana," ujarnya sambil membenarkan letak masker.

Ia berjalan dengan langkah tegap bak seorang perwira. Matanya mendelik ke sana kemari. Dari ruang depan memang seperti salon kecantikan yang dikerubungi oleh beberapa wanita. Namun, semakin masuk ke dalam, pencahayaan pun semakin remang. Terlihat beberapa pria berbadan besar tengah menatapnya. Mereka tiba-tiba menghalangi jalannya.

Jantung Dika tiba-tiba berdebar hebat. Namun, ia berusaha untuk bersikap setenang mungkin.

"Ada yang bisa kami bantu?" tanya salah seorang dari mereka.

Dika tergagap dan tak tahu harus menjawab apa. Ia tak kenal sama sekali dengan orang-orang di sini dan hanya ingin bertemu dengan wanita itu saja.

"A–aku ingin bersama dengan seorang wanita saat ini. Apa kalian punya stok yang bagus?"

"Oh, ada. Tunggu sebentar." Seorang dari mereka sedang memanggilkan Mira.

Dika disuruh menunggu sebentar. Tak berapa lama kemudian, pria itu datang bersama dengan wanita dewasa yang bajunya terlihat sangat seksi. Dika mengenali wajahnya karena waktu itu ia pernah dimarahi oleh Mira.

Tanpa mereka sadari, Dika saat ini memamerkan senyum menyeringai di balik masker duckbill miliknya. Mira begitu fokus menatap dari atas hingga ke bagian bawah. Serta pandangannya tajam, menukik seperti ingin menelan mangsa bulat-bulat.

"Kamu ingin stok bagus, ya?" Mira sudah tahu bahwa pria di depannya saat ini ingin menghabiskan waktu bersama dan menikmati sentuhan belaian wanita. "Aku punya stok bagus dan tentunya sangat cantik."

"Iya. Aku akan bayar berapa pun biayanya. Asal aku puas," jawab Dika dengan asal-asalan.

'Semoga saja wanita yang aku cari adalah dia.'

Mira menyuruh Dika untuk mengikutinya. Ia hendak membawa pria itu menuju kepada Leony. Karena memang hanya Leony yang menurutnya cantik dan 'barangnya bagus'.

Dika terus mengikuti langkah Mira yang berlenggak-lenggok di depannya. Pria itu sudah tak sabar lagi ingin bertemu dengan Leony. Alhasil, mereka berdua sudah sampai di depan sebuah pintu kamar.

"Nah, ini kamarnya. Ayo, masuk sama aku." Mira membuka kenop pintu dan melangkah bersama Dika.

Sontak, kedatangan mereka berdua membuat Leony terkejut bukan main. Seketika itu juga ia menghentikan aktivitasnya memoles wajah cantiknya dan juga mengoleskan lipstik di bibir.

"Leony, layani dia, ya. Ini tamumu," ucap Mira.

"Tapi, Mi–"

"Gak pake tapi-tapian!"

Mira berlaku lembut dan mempersilakan Dika bersama dengan Leony di dalam kamar ini. Wanita itu lekas ke luar dan meninggalkan mereka berdua di kamar.

Leony menatap pria di depannya dengan penuh selidik, karena baru pertama kali mendapatkan pelanggan yang menggunakan masker. Aroma tubuhnya pun sangat wangi penuh pesona, begitu terasa di indra penciumannya. Dika tak serta merta langsung duduk di samping Leony, tak seperti pria kebanyakan yang langsung menggebu-gebu penuh hasrat.

"Aku datang ke sini hanya ingin bicara denganmu." Dika perlahan membuka masker duckbill miliknya dan menampilkan sosok wajahnya kepada Leony.

"Kamu?" Leony menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Tak menyangka akan kedatangan Dika ke sini.

"Tolong jangan ganggu ayahku lagi. Jangan goda dia lagi. Jangan berniat menghancurkan keluargaku!"

Leony mencebik. Padahal bukan kemauan dirinya untuk menggoda pria tua bangka itu. Namun, ini karena tuntutan pekerjaannya di sini.

"Aku sama sekali gak berniat untuk menjadi penghancur rumah tangga ayahmu. Aku masih punya hati pada ibumu. Mengerti?"

"Aku takut kalau ayah nekat dan makin menjadi-jadi. Aku gak bisa membayangkan kalau ibuku ditinggal oleh Ayah, pasti sangat hancur." Dika memasang wajah memelasnya dan perlahan duduk di tepi ranjang, bersisian dengan Leony.

Suasana jadi hening seketika. Leony pun kikuk dibuatnya. Mendadak terdiam dan tak bersuara sama sekali. Pria itu garuk-garuk kepalanya yang tak gatal, semata-mata untuk mengurangi rasa gugup.

"Ehem!" Leony berusaha mencairkan suasana agar tak tegang seperti ini. "Kamu jangan khawatir, ya. Aku gak bakalan mau sama ayah kamu, kok."

Manik mata mereka berdua saling menatap dengan dalam. Leony dan Dika tersenyum singkat.

"Baik, aku pegang janjimu," balas Dika.

Beberapa saat kemudian, suasana hening kembali menyelimuti mereka. Dika tak biasa berada dalam keadaan begini yang merasa sangat gugup. Irama jantungnya pun kian berdetak dan aliran darah kian berdesir cepat.

'Kenapa aku malah seperti ini?'

Duduk berduaan dengan Leony membuatnya merasa canggung. Wanita itu juga tak banyak bicara sejak tadi. Hanya saling diam dan melirik dalam sekejap.

"Sebentar lagi aku akan pulang." Dika akhirnya membuka percakapan.

"A–ah, baiklah kalau begitu."