Chereads / Sexy Woman / Chapter 19 - Rasa Nyaman

Chapter 19 - Rasa Nyaman

"Kamu lagi datang ke sini?"

Semula Dika sangat gugup saat ditanya seperti ini oleh Mira. Ia takut kalau identitasnya akan terbongkar. Namun, sepersekian detik, Mira malah menggamit lengannya dan mengajak untuk jalan-jalan bersama di tempat ini.

"Kamu mau wanita yang kemarin, ya?"

Wanita yang dimaksud oleh Mira adalah Leony. Karena Leony adalah wanita yang paling sering dicari di tempat ini daripada yang lain. Alhasil, Dika menganggukkan kepala, membenarkan pertanyaan tersebut.

"I–iya ...."

"Ayo, mari ikut aku."

Mira masih saja menggamit lengan Dika sampai ke depan pintu kamar Leony. Alhasil, Dika jadi gugup dibuatnya. Belum bertemu langsung, tapi sudah berdebar seperti ini.

'Aku kenapa, ya?'

Mira lebih dulu masuk ke dalam dan terdengar sayup-sayup tengah berbincang-bincang sebentar dengan Leony. Kemudian, Mira ke luar dari kamar, lalu mempersilahkan Dika masuk ke dalam.

"Jangan lupa, nanti bayarannya agak mahal, ya," ujar Mira sambil mengedipkan sebelah mata pada Dika.

"I–iya ...."

Dengan langkah cepat, Dika masuk ke dalam menemui Leony. Sepertinya Leony sudah tahu tentang keberadaannya. Pria itu segera melepaskan masker duckbill.

"Kamu gak terkejut lagi liat aku?" tanya Dika.

"Buat apa kamu ke sini lagi?"

Deg!

Pertanyaan itu membuat Dika mati kutu. Ternyata Leony tidak 'welcome' padanya. Wanita itu berwajah sinis dan berkata ketus. Pun Dika langsung duduk di sampingnya.

"Apa sih dekat-dekat, Dik?!"

"Ayolah ... aku datang ke sini buat ketemu sama kamu."

Leony tertawa renyah mendengar ucapan Dika. Bisa-bisanya pria itu datang ke sini hanya untuk bertemu dengannya saja.

"Tadi ayahnya, sekarang anaknya pula yang datang ke sini. Astaga, Tuhan ...." Leony memegang keningnya sendiri, lalu kedua bola matanya berputar-putar.

"Tadi Ayah pulang ke rumah langsung marah-marah, memangnya apa yang terjadi?"

"Biasalah. Ayah kamu pengen ngajak aku nikah mulu. Padahal aku sudah nolak berkali-kali," jawab Leony.

Keduanya duduk bersebelahan. Jantung Dika begitu berdebar-debar saat dalam keadaan sedekat ini. Wanita secantik Leony memang sudah membuatnya tergoda.

Jujur saja, Leony juga merasakan hal yang sama, yaitu merasa rindu pada pria itu. Dika memanglah pria yang tampan dan berwajah manis. Ia juga tak sanggup menolak pesonanya. Namun, Leony harus bisa menjaga image-nya di depan Dika. Dirinya juga menjawab ucapan Dika dengan seadanya.

"Ony?"

"Ya?"

Tatapan mata Dika begitu lekat terhadapnya. Leony makin merasakan debaran jantungnya semakin menggila. Ia merasa salah tingkah sekarang. Hanya dengan perlakuan kecil seperti ini, sudah mampu membuatnya tak berkutik.

Leony sama sekali tak bergerak atau bahkan menolak ketika bibir manis Dika menempel pada bibirnya. Sentuhan tangan dari pria itu juga bergerayang ke sana kemari membuatnya merasa diperlakukan begitu sedemikian rupa. Alhasil, Leony pun melayani hasrat yang Dika tahan sedari tadi.

"Ony ...."

"Iya ...?"

"Layani aku, boleh?"

Tak ada penolakan yang terucap dari bibir Leony. Alhasil, wanita itu mengangguk patuh terhadapnya dan berkata 'iya'.

Secepat kilat, Dika membawa tubuh Leony naik ke atas ranjang. Kemudian, melanjutkan kembali pergumulan bibir di antara keduanya yang semakin panas. Leony terus memberikan perlawanan yang sengit di atas ranjang. Membuat pria itu jadi melengkungkan senyuman tipis.

Kedua tangan Dika juga berpelesir ke sana kemari, mulai dari menyentuh bagian atas tubuh Leony sampai ke bagian paha mulusnya. Leony sama sekali tak menolak untuk menerima rangsangan tiap rangsangan hangat yang diberi. Dika memang pria yang lihai memberikan wanita sebuah kenikmatan.

Dika berpikir untuk melakukan hal yang lebih daripada ini. Namun, ia takut kalau Leony akan menolaknya. Justru ia berpikir lagi, berapa pria yang sudah menggauli Leony.

"Ony?"

"Kenapa, Dik?"

Ciuman mereka terhenti begitu saja, karena Dika ingin bertanya tentang sesuatu hal. "Aku mau bertanya, boleh kan?"

"Apa tuh?"

"Sudah berapa pria yang menggaulimu, Ony?" Pertanyaan itu mengalir begitu saja dari mulut Dika. Tanpa merasa bersalah sama sekali karena menanyakan hal yang cukup sensitif bagi Leony.

"Ehmm ...."

"Jujur aja, gak apa-apa, kok."

Leony menatap mata Dika dengan intens. Ia pun tahu, kalau wanita itu sudah pasti telah banyak bergaul dengan para pria. Dika pun mendengkus dan menyadari akan kebodohannya.

"Sudah banyak, Dik, tapi di antara mereka semua gak ada yang aku cintai. Semuanya terasa hambar. Aku hanya menjalankan tugas aja sebagai wanita penghibur."

Entah kenapa, Dika merasa tak rela kalau Leony harus bekerja seperti ini. Ia tak mau melihat Leony harus menderita. Ia pun memutar otak untuk mencari cara agar bisa mengeluarkan wanita itu dari tempat terkutuk ini.

Suasana pun jadi hening seketika. Leony tetap fokus menatap manik mata Dika. Pria itu juga melakukan hal yang sama dengannya.

'Kok aku jadi kayak gini sama Dika? Aku nyaman sama dia.'

Dari dalam lubuk hati, Leony merasakan sebuah kenyamanan saat berada di dekat Dika. Pria itu bagaikan menyayanginya dengan tulus. Baru kali ini, ia merasakan kedamaian dalam hati.

"Dik?"

"Kenapa, Ony?"

"Kok kamu jadi diam gitu sih?"

"Jujur, aku gak rela!"

Secara tiba-tiba, tanpa aba-aba, Dika langsung merengkuh tubuh Leony dengan erat. Hingga ia kesulitan bernapas karena pelukan pria itu. Dika terlihat kesal sekarang, entah apa sebabnya.

"G–gak re–la kenapa?"

"Aku gak rela kalau kamu digauli sama pria lain, selain aku, bahkan sama ayahku sendiri."

Ia langsung melongo saat mendengar ucapan Dika. Pria itu masih mendengkus kasar dan genggaman tangan juga masih terasa erat di badannya. Saat ini, Dika merasa cemburu.

"Lalu, gimana lagi, Dik. Ini sudah tugasku di sini."

"Berhenti aja!"

"Gimana bisa? Si Mira itu ngawasin aku selama 24 jam loh. Gak ada kesempatan aku buat lolos begitu aja. Kalau pun aku ke luar, itu pun dia menyuruh anak buahnya untuk mengawasiku." Leony berbicara dengan nada pelan, karena takut ketahuan oleh Mira atau bahkan orang lain di luar sana.

"Aku akan membantumu ke luar dari sini, Ony. Percayalah sama aku." Tangan Dika terjulur untuk menyentuh pipi mulus Leony.

Mereka berdua pun melanjutkan lagi adegan bercinta. Kecupan demi kecupan terasa lebih menggairahkan saat bersama dengan Dika. Leony bahkan jadi mabuk kepayang karenanya. Perlahan-lahan, ia mulai menyukai pria itu dan cara memperlakukannya seperti ini dengan penuh cinta.

"Aku percaya sama kamu, Dik."

Dika menangkap ini sebagai sinyal positif yang Leony berikan. Ia yakin kalau wanita itu sudah mulai menyukainya. Alhasil, apa yang telah terlontarkan tadi, akan Dika usahakan dengan sebaik mungkin untuk mengeluarkannya dari tempat ini.

"Makasih ya udah percaya. Aku gak bakalan membuat kamu sedih, Ony."

"Kamu suka ya sama aku?" tanya Leony kemudian.

"Iya, sejak aku bersamamu pertama kali di kamar ini."