Dengan berat hati, Dika pun ke luar dari kamar Leony. Pria itu mengembuskan napas panjang dan merasa sesak di dada. Dika lagi-lagi menerima penolakan dari Leony, padahal ia sudah berusaha untuk meminta maaf dengan tulus. Dika memundurkan langkah perlahan, tapi pandangan matanya lurus menatap ke arah Leony.
Leony pun lekas berlari dan mendorong tubuh Dika agar segera pergi dari sini. Ia sudah tak mau lagi melihat wajah itu, wajah yang sudah menghancurkan perasaannya jadi berkeping-keping.
"Aku gak mau lagi lihat wajah kamu! Aku muak sama kamu Dika!"
"Leony, beri aku satu kesempatan lagi. Aku janji, gak akan ngulangin kesalahan yang sama," ucap Dika dengan penuh permohonan.
"Gak akan! Itu sama aja aku masuk ke dalam lubang yang sama."
Saat Leony hendak menutup pintu, tiba-tiba tangan Dika menahan dengan keras. Pintu itu masih terbuka, dengan sebelah tangan Dika yang menjadi penyangga.
