Hampir tiga menit lamanya kedua orang itu hanya silih memandang, dengan Tristan yang tak mengerti bentuk ekspresi apa yang ditunjukkan Kian padanya. Mata itu asing untuk Tristan kini, itu bukan Kian yang Ia kenal. Tristan akhirnya melangkah mendekat perlahan, tangannya di dekat saku bersiap-siap menarik senjata jika sesuatu mengancam nyawanya. Pria di depannya itu tak bisa ditebak, meski tangannya memegang sebuah bola baseball, Tristan tak bisa memastikan bahwa Ia tak bersenjata.
"Dimana Gia dan Mama? Lepasin mereka. Urusan Lo sama Gue."
Kian menaikkan sebelah alisnya arogan, "Merasa pahlawan? Atau cuma mewakili keluarga?" tanyanya.
"Gak usah banyak basa-basi. Lepasin mereka, Kita bicara. Apa mau Lo, apa mau Gue."
"Kemauan Gue udah terpenuhi dengan Lo datang kesini."
"Terus apa?"
"Seperti yang Gue bilang ..." Kian mendekati Tristan, berhenti di jarak sekitar tiga langkah dari Tristan, "Semua ini harus impas. Alias ..."
