Kian dan Gia berjalan di koridor rumah sakit, hendak menjenguk Tristan sore sepulang mereka bekerja. Tidak perlu heran, belakangan ini kedua orang itu kembali mengakrabkan diri setelah sekian lama. Ya, sebelum Gia yang meminta bertemu dengan Kian waktu itu, keduanya terpisah begitu saja. Selama tiga tahun, tanpa kata putus, tanpa apapun keputusan yang memperjelas. Keduanya hanya menarik jarak satu sama lain, bagaikan hiatus automatis.
Tapi lihat sekarang, jauh lebih yakin. Kian menggenggam tangan Gia sejak tadi, meski Gia masih sibuk dengan ponselnya. Maklum, jam kerja yang fleksibel membuatnya terlalu fleksibel, tak kenal waktu kerjanya itu.
Tak lama kemudian, mereka sampai di ruangan Tristan. Kian membuka pintu, tampak Tristan duduk di kasur tempat tidur bersama laptop di meja. Dilihat-lihat detektif itu sudah jauh lebih baik dari kemarin; sangat pucat dan jelas menahan sakit.
"Eh? Mbak, Bang. Gak bilang mau dateng?" ujarnya kemudian.
