Di dapur Aza masih membuatkan secangkir kopi hangat untuk disajikan di hadapan suaminya. Dia menggunakan satu takaran sendok makan sebagai gulanya. Lalu dia mengaduknya bersama dengan serbuk kopi dengan satu arah jarum jam.
Setelah Aza selesai membuatkan secangkir kopi untuk suaminya lalu dia segera menuju ke ruangan tempat di mana suaminya sedang yang bersama dengan anaknya. Dia melihat dengan kedua matanya jika mereka terlihat sangat akrab kali. Senyuman di mata keduanya begitu terpancar hangat.
"Aku yakin jika kalian memiliki ikatan sedarah. Antara ayah dan anak tidak akan pernah mungkin terpisahkan." Aza menggumam dalam hati kecilnya sambil melangkahkan kedua kakinya diri mereka berdua yang sedang duduk bersama. Dia melihat pemandangan di mana suaminya mengecup ujung kepala putrinya. Dia juga melihat wajah yang hampir mirip dan tidak akan pernah bisa untuk dipungkiri kalau mereka berdua adalah sedarah.