Desa kayu terdapat di sebuah negeri Neptunus. Di sana terdapat hutan pinus yang cukup lebat sekali. Namun terdapat sebuah kastil putih didalamnya.
"Ikutlah denganku!" Pangeran Leon pun mengajak Aza menuju ke sebuah kastil putih rahasia. Untuk sementara waktu Aza harus tinggal di sana karena banyak orang yang akan mengincar dia. Apalagi keturunan dari generasi Neptunus dengan keturunan yang memiliki simbol petir.
Aza hanya mengangguk mengiyakan karena dia tidak tahu apa-apa. Dia mengikuti langkah kedua kaki Pangeran Leon. Kemudian dia pun naik ke punggung belakang Pangeran Leon ketika menjadi di serigala putih yang memiliki sayap emas.
Mendadak Aza mengendus aroma yang begitu wangi sekali. Kemudian dia meminta agar Pangeran Leon menghentikan perjalanannya."Darah!"
Pangeran Leon pun tahu kalau seorang keturunan dari generasi petir dan generasi Neptunus bersatu maka terjadilah sesuatu. Bahkan perempuan yang sedang mengandung keturunan dari dua generasi tersebut tidak akan bisa mengontrol nafsunya untuk menyesap darah.
Pangeran Leon pun mendampingi Aza untuk berburu binatang. Di sana ada seekor Kijang yang sedang berjalan. Kemudian pangeran Leon pun segera melakukan perburuannya bersama dengan Aza.
Seekor Kijang pun berhasil pangeran Leon Dan Aza buruh. Kemudian Aza dengan lahap sekali menyesap darah dari seekor Kijang itu hingga kering. Kemudian dia segera mengusap secara kasar mulutnya dengan punggung telapak tangannya. Dia merasa dahaganya terpenuhi.
"Sebaiknya kamu harus bisa mengontrol nafsu kamu. Jangan sampai ada orang yang tahu tentang jati dirimu ini. Jika tidak maka kaulah yang akan menjadi sasaran bagi mereka semua. " Pangeran Leon pun berusaha untuk memperingatkan Aza tentang semuanya. Bahkan dia pun mencoba menyembunyikan Aza dari orang-orang sekitarnya. " Kau akan memiliki seorang keturunan yang spesial dibandingkan generasi Neptunus yang lain. Jangan sampai orang tahu. "
Aza hanya mampu mengangguk mengiyakan karena dia benar-benar tidak bisa berpikir diluar nalar kalau sesuatu itu benar-benar terjadi. Dia juga tidak menyangka kalau memiliki sebuah kekuatan yang aneh dalam tubuhnya Bahkan dia mulai tidak bisa mengontrol emosinya ketika mencium aroma darah.
*
Aroma perempuan bergaun merah itu benar-benar membius seluruh gairah dari Emilio. Seluruh isi kepalanya pun selalu ada bayang bayangan tentang perempuan bergaun merah itu. Dia berusaha mencari tahu tentang perempuan bergaun merah itu yang pernah melakukan sebuah malam panas itu.
Setiap pulang kerja dia selalu menyempatkan diri untuk melukis sketsa wajah perempuan bergaun merah itu. Dia mulai terpikat dengan semua yang dimiliki oleh perempuan bergaun merah itu. Bahkan dia ingin mengulang malam itu kembali bersama dengan perempuan bergaun merah itu.
Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruangan tempat Emilio melukis. Kemudian dia menghentikan kegiatannya untuk membuat sketsa lukisan tentang perempuan bergaun merah itu yang terus berlari-lari dalam imajinasinya. Dia mulai beranjak dari tempat duduknya lalu ia pun berjalan perlahan-lahan menuju ke pintu ruangan tempat dia melukis.
Cklek! Pintu ruangan mulai terbuka lebar. Emilio melihat neneknya yang sudah berdiri di hadapannya. Dia sudah berfirasat sangat buruk sekali apabila kedatangan neneknya. Dia sudah tahu kemana arah pembicaraan neneknya.
"Apa boleh nenek duduk di sini dulu dan berbincang denganmu?"
Emilio hanya mengangguk mengiyakan. Kemudian dia mempersilakan neneknya masuk ke ruangan tempat dia melukis di Sebuah kanvas.
Kedua mata Monica pun mengedar melihat hasil lukisan dari Emilio. Dia melihat sosok sketsa wajah perempuan yang sangat cantik sekali bagaikan seorang bidadari dari surga. Bahkan memiliki sebuah manik mata yang begitu tajam dan mempesona sekali. Dia mulai curiga kalau Emilio sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
Kedua manik mata Monica menatap tajam ke arah Emilio."Apakah dia perempuan yang sangat kamu cintai saat ini?" Dia mulai mencondongkan pandangannya ke arah Emilio. Dia mulai mendesak Emilio untuk menceritakan tentang Siapa perempuan yang ada di sketsa kanvas tersebut.
Emilio hanya mampu menelan salivanya sendiri. Dia sendiri tidak tahu siapa nama perempuan itu. Bahkan perempuan itu seperti hilang ditelan bumi begitu saja. Tidak ada satupun masyarakat ataupun orang yang sekitar tahu tentang siapa perempuan itu sebenarnya.
"Nenek akan bantu kamu mencari tahu siapa perempuan itu. Asalkan kamu mau segera menikah dengan perempuan itu."Monica pun tersenyum seakan dia tahu siapa perempuan yang ada di dalam sketsa kanvas tersebut. Dia terlihat sudah mengenal dekat sosok perempuan yang ada di sketsa kanvas tersebut namun dia tidak akan pernah memberitahu Emilio."Apakah dia sudah bertemu?" Tanya hatinya.
*
Aza berusaha mengontrol nafsu nya yang kini mendadak berlebihan. Dia merasa sangat lapar sekali bahkan wajahnya terlihat ada sedikit guratan-guratan otot diwajahnya. Dia merasa kalau perutnya semakin membuncit. Bahkan dia merasa aneh sekali dengan dirinya sendiri.
Aza mendengar suara ketukan dari kamarnya. Dia langsung berjalan menuruni ranjangnya. Kemudian dia melangkahkan kedua kakinya menuju ke pintu kamarnya dengan tertatih-tatih. Dia pun juga mengingat apa pesan dari pangeran lewat agar bisa mengontrol nafsunya. Apalagi kehamilan di usia tua.
Kedua langkah kaki Aza berhenti di depan pintu kamarnya. Tangan kanannya pun mulai meraih gagang pintu. Kemudian pintu pun mulai terbuka. Disana berilah seorang pelayan di kastil tersebut tempat tinggal dia sementara.
Pelayan tersebut membawakan dua kantong darah untuk Aza. Karena dia tidak menginginkan makanan apapun selain darah dan darah."Ini adalah titipan dari pangeran Leon untuk tuan putri."
Aza hanya mengangguk mengiyakan selalu menerima dua kantong darah dari pelayan tersebut. Kemudian pelayan tersebut pun langsung pergi dari hadapannya.
Aza menutup kembali pintu kamarnya dan menguncinya rapat-rapat dengan sebuah mantra yang telah diberikan oleh pangeran Leon. Kemudian dia pun segera menyedot satu kantong darah hingga habis tak tersisa dilanjutkan dengan kantung darah kedua. Dia merasa sedikit segar kembali setelah meminum kantung-kantung darah tersebut.
*
Monica pun berjalan ke sebuah ruangan khusus di kamarnya yang tersembunyi. Kemudian dia pun mengambil sebuah kitab sakral yang bergambarkan petir.
Monica pun membuka sebuah halaman khusus tentang sesuatu yang menyangkut paut dengan negeri Neptunus.
"Aku akan menunggu di saat yang tepat karena aku ingin membuktikan kalau semuanya bukan kesalahan dari Negeriku." Monica pun ingin membuktikan tentang sebuah kebenaran yang terjadi di beberapa abad tersebut sebelum terjadinya peperangan di antara dua negeri tersebut.
Monica pun mencoba berpikir cara agar semuanya kembali seperti semula. Walaupun dia tahu kalau ada salah satu negeri yang memiliki keturunan ingin menghancurkan dua Negeri itu sekaligus. "Hanya dua keturunan yang akan menjadi satu yang bisa memusnahkan Pangeran Orion. "
Monica pun sudah tahu jika Emilio sudah melakukannya bersama dengan putri dari garis keturunan generasi Neptunus. Dia hanya menunggu diwaktu yang sangat tepat.
*