***
Arin terlihat sudah menghabiskan makan malamnya. Mina membantu merapihkan meja yang ia kembalikan ketempat asalnya lalu meletakkan nampan diatas meja samping tempat tidur.
" Mina ..!"
" emm ? kenapa ?" tanya Mina.
" gua mau jalan-jalan nyari udara .." ucap Arin.
Mina masih terdiam karena merasa ragu dengan keadaan Arin yang masih tidak stabil. Tapi melihat wajah memelas Arin membuat Mina tidak tega untuk menolaknya, mungkin saya memang ini sangat Arin butuhkan untuk melepas lelahnya.
Malam hari yang begitu sunyi, terdnegar suara jangkrik yang saling bersautan disebuah taman. Sudah hampiri 10 menit Arin dan Mina masih terdiam terhanyut dalam pemikiran mereka masing-masing.
" Mina ..."
" emm ?"
" apa boleh gua jadi orang yang egois ?" tanya Arin sambil menatap rumput dibawah kakinya yang mulai berembun membasahi kakinya.
" emm .. boleh kok " jawab Mina sambil menatap Arin.
" apa gua juga boleh yang hanya mikirkan diri gua sendiri ?".
" emm .. boleh".
" tapi .. gua takut, semua orang bakal membenci gua" ucap Arin sambil menatap Mina dengan tatapan yang menutuh rasa takut dan kekhawatiran.
" lu nggak usah khawatir ataupun mikirin apa yang bakal terjadi dimasa depan, karena kita nggak bakal tahu seperti apa masa depan .. lagian mereka cuman orang lewat dihidup lu doang, kenapa harus dipikirkan ? kalau suatu saat nanti .. nggak ada satupun orang yang berada dipihak lu, itu sama sekali bukan kesalahan lu ! dan dunia ini udah seperti ini, jadi lu nggak perlu berusaha buat merubahnya .. jadilah dirimu dengan versi dirimu sendiri karena itu hidup lu dan lu harus perjuangin hidup lu !"
Mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Mina membuat air mata Arin semakin mentes tanpa henti tanpa suara. Perasaan bersalah terhadap dirinya yang selalu menghukum dan menyalahkan diri sendiri semakin membuat air matanya mengalir hingga. Suara desahan nafas semakin terdengar jelas, Arin menangis dnegan sangat keras tak terbendungi lagi.
" nggak apa-apa .. jangan salahkan diri lu sendiri, lu hanya perlu berterima kasih pada diri lu sendiri .." ucap Mina sambil menepuk-nepuk pundak Arin dengan perlahan.
' Terkadang menangis adalah cara terbaik untuk berbaikan dengan diri sendiri disaat kata tidak lagi bisa menjadi penenang. Tapi terkadang orang selalu menahan tangisannya hanya karena tidak ingin terlihat lemah. Kenapa orang selalu mengapa kita selalu menghakimi diri kita sendiri, termasuk diriku '
Sudah sekitar 1 jam Arin menangis tersendu-sendu, mengeluarkan semua air matanya yang ia tahan selama ini hanya karena tidak ingin terlihat lemas oleh dirinya sendiri. Menghapus air mata yang masih membasahi pipinya lalu mengela nafas panjang dan ia hembuskan secara perlahan, Arin mulai tersenyum.
" udah nangis ?" tanya Mina.
" emm .." angguk Arin sambil tertawa kecil karena merasa kaadaan ini sendiri lucu.
" umm .. baguslah, sekarang udah lebih ringan ?".
" emm .. hufff .. segarnya .." ucap Arin sambil menghirup udara malam yang bercampur bauh rumput basah yang cukup menyegarkan hidungnya yang tersumbat.
" ohh iya, tapi gimana lu bisa kesini ? siapa yang kasih tahu ?" tanya Arin.
" Brian, dia langsung telepon gua pas lu lagi diperiksa dokter " ucap Mina.
" ahh .. kalau lu liat ekpresi dia, dia benar-benar kaya orang kebakaran jenggot tau, panik kebinggungan kaya orang .. yaah pokoknya aneh deh beda dari sifatnya yang kaya patung ! huff .. baru kali ini gua liat sisi Brian yang kaya gitu ?" ungkap Mina.
" masa sih ?!" Arin yang merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan Mina.
" emm, lu masih nggak nyaman didekat dia ?" tanya Mina.
" sedikit ".
" gua nggak bakal ikut campur sama masalah kalian, tapi jangan sampai lu harus inget satu hal ini, jangan pernah ngebohongi perasaan lu sendiri, disaat pikiran lu gak sejalan sama hati lu, ikutin kata hati lu ! karena saat lu lebih mengikuti pikiran lu, rasa penyesalan bakal lebih besar dibandingkan saat lu ngikutin kata hati itu, okke !" ucap Mina yang kembali dengan kata bijaknya membuat Arin terdiam heran dengan perasaan hangat dan juga sedikir terkejut dengan Mina yang belakangan ini sangat bijak.
" emm .. siap Ibu Bos !" ucap Arin dengan semangat sambil mengambil posisi hormat pada Mina yang tertawa melihat Arin yang selalu saja bercanda saat dirinya serius tapi hal itu tak membuatnya kesal.
" dasar !!".
" tapi Mina ...".
" emm ..?".
Arin terdiam beberapa saat sambil memandang Mina yang tampak binggung dengan tatapannya.
" nggak jadi .. ! lupakan aja " ucap Arin yang langsung mengalihkan tatapanya yang sentak membuat Mina kesal karena penasaran.
" ihh, nggak boleh setengah-setengah, ayo cepat ! apa ?" pasal Mina.
Arin kembali terdiam sambil tersenyum tanggung menatap Mina yang terlihat serius menunggu. Tanpa pikir panjang Arin langsung memeluk Mina dengan erat tanpa kata membuat Mina terdiam binggung dan hanya membalas pelukan Arin.
" I love you .." ucap Arin yang sentak membuta Mina terkejut tanpa bisa berkata-kata hanya bisa merasakan geli dikuping dan perutnya saat Arin mengatakan hal yang pertama kalinya ia dengar.
" hahaha .. apaan sih ! tumben banget .." ledek Mina sambil tertawa karena tinggak kikuk Arin.
" yah .. cuman pengen bilang aja, love you ... dan juga makasih .." ucap Arin.
" iyaa .. love you to .. cihh, dasar !!".
' Sejak aku mengenal Mina dia adalah orang yang selalu tersenyum dan menebarkan aura positif pada semua orang disekitarnya, dia selalu berusaha agar semua orang disekitarnya melihatnya selalu menjadi orang yang bahagia seakan dia orang yang paling bahagia didunia ini, Selalu memberikan nasehat ataupun perkataan bijak pada semua orang yang sedang sedih dihadapannya '
' Tapi ... aku baru tersadar, apa Mina pernah merasakan hal sama seperti aku ? '
***