{Agni}
Hati Agni mencelos ketika melihat air mata turun dari pipi Bundanya. Dadanya terasa sesak, karena Agni tidak tahu bagaimana harus bertindak. Dia sedih ketika bundanya menangis, tapi Agni juga tidak punya kekuatan untuk menghibur, menenangkan.
"Maafkan Bunda sayang." mendengar ibunya meminta maaf berulang ditengah isak tangisnya, tangis Agni ikut pecah meski mulutnya masih tertutup rapat. Agni tidak bisa menjawab apapun.
Luka yang sudah terlanjur parah, membuat Agni sulit bahkan untuk menerima kenyataan kalau ternyata bundanya mulai merasa bersalah. Agni lebih memilih dia kembali diperlakukan jahat, karena dia sudah terbiasa dengan semua itu. Perubahan ini membuat Agni kebingungan sendiri.
"Bunda minta maaf, karena selama ini belum bisa jadi Ibu yang baik untuk Agni." Aurin berkata lirih. Berharap Agni mau memberinya kesempatan.
