Setelah Mirah menceritakan semuanya, Agni duduk diam seorang diri tanpa niat mengejar Hara seperti tadi. Dia tidak tahu kalau keadaan Hara sangatlah menyedihkan sampai-sampai Agni tidak tahu bagaimana cara mengatasi perasaan tidak nyaman yang besarang di dadanya.
Hara dipaksa mundur dari mimpinya hanya untuk memuaskan hati para orang tua dan juga ambisi yang mereka punya. Padahal mimpi setiap orang, adalah milik mereka masing-masing.
Agni memijat pelipisnya pelan. Tiba-tiba dilanda pusing luar biasa. Kenapa harus datang disaat seperti ini. Baru Agni akan berjalan ke dapur untuk meminta obat pereda sakit, Hara yang sejak tadi sibuk mengurung diri— kini berdiri tepat di depannya.
"Bisa kita bicara?" menagngkap raut menyesal pada air muka Hara, Agni mengangguk cepat. Pusingnya masih bisa dia tahan sementara.
Hara duduk disampimgnya dengan posisi agak miring, dia melakukan itu agar lebih mudah melakukan kontak mata dengan Agni.
