{Agni}
Mata Agni masih sibuk memandang ke sekeliling. Entah ke arah sudut dimana ada satu pot bunga besar yang berdiam di sana. Atau kearah figura yang memperlihatakan potret Luna bersama orang tuanya. Atau ke arah pintu yang terbuka lebar.
Kemana saja, berulang kali, sebab sejak dia dan yang lain duduk sesuai keinginan ibu Luna, orang dewasa itu sama sekali belum membuka percakapan setelah terkahir meminta memreka menikmati minuman dan kudapan yang disajikan.
Sama halnya dengan dirinya, ketika Agni mencoba melirik ke arah kawannya yang lain, mereka juga tampak kikuk dengan mulut tekunci rapat. Bahkan Fey yang biasanya bisa membuat suasana terasa tidak canggung, ikut larut dalam keheningan dengan pandangan kosong menatap kemarik yang dia pijaki.
Suasana ini membuat Agni tercekat. Dia benci ketika harus terjebak dalam situasi seperti ini, dan semakin benci ketika tahu bahwa tidak ada yang bisa dilakukan, kecuali menunggu.