Chereads / Kaylee's Journal / Chapter 5 - Chapter 5

Chapter 5 - Chapter 5

Kay duduk di bangku taman, tatapannya lurus namun kosong. Pekerjaannya memang telah usai, sehingga sore ini bisa bersantai menikmati indahnya matahari yang telah berjalan ke arah barat.

Dunia lamunannya lebih indah dibandingkan dengan dunia nyata, sehingga Kay lebih senang berlama-lama melamun dalam kesendiriannya.

Sesekali tersenyum dan sesekali tertawa renyah, itu adalah bukti jika dunia lamunan Kay memang benar-benar indah dan menyenangkan.

Taman mansion yang cukup luas dengan berbagai tanaman dan bunga-bunga memberikan warna pada mansion tersebut. Tidak hanya warna bagi mansion, namun juga dapat memberikan warna bagi Kay.

Kay bebas melamun membayangkan kebahagiannya yang sudah lama tidak didapatkan. Bahagia bersama kedua orang tuanya, bercanda dan bermain bersama. Berlarian di taman dan memetik bunga. Hal yang dulu biasa dia lakukan bersama orang tuanya.

Meskipun hanya memiliki satu foto orang tuanya yang sudah usang dan disembuyikan di antara pakaian di lemarinya, namun wajah kedua orang tuanya masih terus teringat dalam dirinya. Kay sangat merindukan mereka, merindukan hangat pelukan dan kasih sayang mereka.

Kay masih beruntung karena masih bisa memimpikan orang tuanya, selain itu dia juga masih bisa membayangkan mereka. Karena hanya itulah cara Jes mengobati kerinduannya selama 13 tahun ini.

"Mom, dad." Ucapnya lirih sambil tersenyum. "Aku sangat merindukan kalian. Aku sangat lelah, bawa aku pergi dari tempat ini." Lanjutnya lagi.

Oh, astaga. Kay sudah merasa seputus asa ini sehingga memilih untuk menghilang dari dunia. Tapi itu tidak mungkin terjadi karena Tuhan masih memberikannya umur panjang. Masih banyak rintangan dan cobaan yang harus di hadapi. Tidak semudah itu menghilang, Kay harus menghadapi semuanya jika ingin hidup bahagia.

Meski sedang melamun, tangan Jes tidak berhenti beraktivitas. Tangan kanannya memijat tangan kirinya dan sebaliknya. Tubuhnya terasa remuk redam karena setiap hari bekerja berat.

"Apa sudah puas melamun di tempat ini?" Ucap seorang perempuan yang mengagetkan Kay.

Kay buru-buru menoleh ke arah sumber suara, tatapannya pertama kali tertuju pada heels berwarna hitam. Semakin keatas menunjukkan kulit eksotis dan rok hitam. Semakin keatas nampak dengan jelas tubuh gempal perempuan yang sangat dikenalinya. Dan dia adalah Alicia, berdiri di belakang Kay duduk. Kedua tangannya dilipat di atas perut.

"Apa sudah puas melamun di tempat ini?" Tanya Alicia lagi. Tersenyum tipis dan sinis. Make up boldnya semakin menambah kesan menyeramkan.

Susah payah Kay meneguk salivanya, sebuah petaka besar jika Alicia datang menghamipirinya.

Kay menggelengkan kepala. "Maaf, pekerjaanku sudah selesai. Aku pikir kau akan pulang hingga larut." Ucap Kay sambil menundukkan kepala. Menganggap bahwa lawan bicaranya adalah seorang majikan.

Alicia tidak merespon apapun, ternyata bukan itu jawaban yang diinginkan oleh Alicia. Dia berjalan mendekati Kay dan duduk di samping Jes. Wajahnya nampak tenang, seolah hari ini tidak aka nada kemarahan dalam dirinya.

Mulanya Kay sedikit terkejut, pasalnya ini adalah kali pertamanya Alicia duduk di sampingnya. Namun kemudian berusaha untuk menyesuaikan diri. Pikirannya selalu positif, tidak pernah menyangka jika Alicia akan melakukan hal buruk padanya. Sebab Kay selalu yakin jika pada saatnya Alicia akan berubah menjadi baik hati padanya.

Alicia tersenyum, senyuman yang penuh arti. Namun senyuman tersebut bukan dilemparkan kepada Kaylee, Alicia lebih menatap bunga-bunga indah yang sedang bermekaran. "Bunga itu sangat indah bukan?" Tanya Alicia pada Kay. Dia kini melemparkan senyuman pada Kay. Kay tidak bereaksi apapun selain hanya mengangguk. "Bunga itu sangat indah. Semua orang akan menikmati keindahan bunga itu." Lanjutnya lagi.

Kay tidak tahu harus merespon apa, menatap Alicia penuh tanda tanya saja seolah hanya diabaikan oleh Alicia. Yang dilakukan cukup diam dan mendengarkan apa yang akan dibicarakan oleh Alicia.

"Memiliki seorang suami tampan dan kaya serta memiliki anak. Mengajak mereka bermain di taman dan berlarian sambil bercanda. Bukankah itu impian setiap orang? Termasuk kau bukan?"

Kay kembali mengangguk. Memang benar sejak tadi dia sedang membayangkan bersama dengan orang tuanya bermain dan bercanda di taman itu seperti layaknya keluarga bahagia.

Senyuman manis yang sejak tadi ditunjukkan oleh Alicia perlahan memudar, beganti hanya sebuah tarikan bibir dari sudut bibir kirinya. "Aku sudah tahu itu dan aku sudah menduganya sejak awal." Ucapnya.

Semua ucapan Alicia memang penuh teka-teki membuat Kay semakin kebingunan dan penasaran.

"Apa yang kau maksud?" Akhirnya Kay menyerah dan buka suara. Semakin diam dan mendengarkan Alicia maka sama dengan dia hanya membingungkan dirinya sendiri.

"Jangan pernah bermimpi bisa bersatu dengan Sean!" Ucap Alicia penuh penekanan.

Satu kalimat tersebut berhasil membuat jantung Kay berdetak kencang, bahkan hampir terlepas dari tempatnya. Sebelumnya dia tidak pernah menduga jika Alicia akan mengetahui perihal hubungannya selama ini bersama dengan Sean.

"Aku sama sekali tidak paham dengan ucapanmu." Kay hanya bisa mengelak.

Alicia bangun dari duduknya, berdiri di hadapan Kay dengan angkuh. Berkacak pinggang dan kini wajahnya kembali menyeramkan.

"Jangan kau pikir selama ini aku tidak tahu hubungan kalian. Aku tahu dan sangat tahu jika kau menjalin kasih bersama dengan Sean."

Kay menggeleng, dia masih saja mengelak karena tidak mungkin juga jika harus mengatakan yang sejujurnya. "Kau hanya salah paham, Alicia. Kami tidak memiliki hubungan apapun. Kami hanya sebatas seorang kakak laki-laki dan adik perempuan, tidak lebih."

Alicia tergelak, suara tawanya renyah dan terdengar keras. Rasanya seperti hendak memecahkan gendang telinga. "Apa kau pikir aku bodoh, hum?" Menatap Kay dengan tatapan yang tajam, Kay kembali menggeleng.

Kesal dengan semua pengelakan yang dilakukan oleh Kay, Alicia mencengkram wajah Kay dengan satu tangannya. Wajah Alicia tercengkram dengan kuat, memerah membentuk jari-jemarinya yang lentik. "Jangan berbohong, Kayle!" Alicia menekan ucapannya. "Aku tahu semuanya. Sebanyak apapun kau mengelak, tidak akan pernah menutupi kebusukanmu itu."

Alicia kemudian menghempaskan wajah Kay dengan kasar. Terhempas ke samping, tidak hanya wajahnya yang sakit namun lehernya juga sakit.

"Jangan pernah bermimpi untuk menikah dengan Sean karena Sean hanyalah milikku." Alicia mengangkat pakaian bagian bahu milik Kay dengan ibu jari dan telujuknya, seperti layaknya seseroang yang merasa jijik. "Lihatlah dirimu. Aku bukan siapa-siapa dan kau tidak akan pantas bersanding dengan Sean."

Kini kedua sudut air mata Kay mulai mengeluarkan air mata, bagaimana mungkin dia tidak bersedih dan menangis sementara Alicia menghina seenaknya.

"Dengar Kaylee. Ini adalah peringatan yang pertama dan terakhir. Aku tidak ingin lagi kau berhubungan dengan Sean. Jika aku masih melihatnya jangan salahkan jika aku bertindak lebih. Aku tidak akan segan menyiksa dirimu dan juga Sean."

Puas mengancam Kay, Alicia segera berlalu. Membiarkan Kay menangis tersendu. Dia memang tidak memiliki perasaan dan selalu ingin menang sendiri.

"Aku membencimu, Alicia dan aku sangat membencimu." Kaylee bergumam lirih.

TBC.