Kay hanya terdiam, nampak sendu dan berusaha menahan air mata yang hendak keluar. Kaylee memilih untuk menunduk karena terlalu malu berpakaian seperti ini di hadapan banyak orang. Dress lengan pendek yang panjangnya tepat di atas lutut, bagian atas berwarna putih. Sementara lengannya berwana hitam dan bagian bawah atau rok berwarna hitam. Apron putih yang diikat dibagian pinggang dan rambut dicepol. Penampilan Kaylee khas seperti layaknya seorang maid.
Ini adalah pertama kalinya Kaylee mengenakan pakaian seorang maid dan dia harus mengenakannya di hadapan orang banyak. Kaylee sangat yakin jika ini semua adalah rencana Alicia untuk mempermalukannya.
Sean menatap nanar kekasihnya, namun dia tidak bisa melakukan apapun karena Paul dan Sarah sedang ada di dekatnya. Jika mereka tidak ada pasti Sean akan membela Kay dan memarahi Alicia.
Padahal sebenarnya Sean telah menyiapkan gaun mewah untuk Kay, namun gaun tersebut sudah diambil oleh Alicia. Dia pikir itu adalah gaun untuknya.
Sean mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, dia sungguh tidak rela melihat Kay menggunakan pakaian pelayan. Apalagi rok tersebut terlalu pendek sehingga memperlihatkan kaki jenjang milik Kaylee.
Sarah tersenyum melihat Sean yang nampak kesal. Dia menepuk bahu Sean menyadarkan lamunannya.
Sean hanya menoleh dan tersenyum kaku, mana mungkin dia bisa bertindak lebih di hadapan ibunya. "Jemputlah calon istrimu!"
Sean mengangguk dan tersenyum, senyuman tulus yang sebenarnya itu hanya senyuman palsu. "Tentu saja, aku akan menjemputnya." Ucapnya segera berlalu menghampiri Alicia.
Wajahnya datar dan pandangannya tidak beralih dari Kaylee, meski langkah kakinya menghampiri Alicia namun tetap saja hati dan pikirannya hanya tertuju pada Kaylee seorang.
Sean mengulurkan tangannya kepada Alicia, tentu saja Alicia menerimanya dengan senang hati. Sebelum pergi tidak lupa menyapa Kaylee. "Jangan melupakan tugasmu, Kaylee." Ucapnya diiringi dengan seringai.
Kaylee hanya diam, enggan menjawab Alicia. Dia segera belalu, mendekati meja tempat meletakkan minuman.
Sementara itu Alicia tidak berhenti menegakkan kepalanya, dia sangat bangga karena banyak mata yang memandang dirinya. Namun semakin Alicia mendekat ke arah para tamu, mereka hanya menganggap remeh pada Alicia dan menghiraukan Alicia begitu saja.
Pandangan mereka beralih pada Kaylee yang sedang asyik menata minuman. Alicia yang menyadari hal tersebut nampak kesal. Menghentakkan heelsnya dan wajahnya sudah menampakkan kemarahan.
"Kenapa seorang maid cantik sekali. Bahkan lebih cantik dari anak perempuan Mr. Jackson." Ucap lirih seorang tamu namun masih terdengar di telinga Alicia.
"Sial, kenapa dia menjadi pusat perhatian. Seharusnya aku yang menjadi pusat perhatian malam ini." Alicia bergumam lirih.
"Apa yang terjadi?" Tanya Sean. Dia sempat mendengarkan ucapan Alicia, namun hanya samar-samar tidak begitu mendengarnya. "Apa karena Kaylee lagi?" Tanyanya lagi.
Alicia memberi tatapan tajam kepada Sean. "Jangan menyebut namanya lagi dihadapanku, aku tidak suka!" Ucapnya kesal.
Sean mendengus kesal. "Aku tidak akan memulai jika kau tidak memulai."
"Apa kita akan terus bertengkar hanya karena perempuan jalang itu?"
Sean mengepalkan tangannya, menahan emosi yang bergejolak. Mungkin jika tidak ada orang lain di ruangan tersebut dia akan melayangkan tangannya menampar Alicia.
"Sean," Sarah menepuk bahu Sean.
Dia datang seperti penyelamat untuk Alicia karena dia tahu jika Sean nampak marah terhadaa Alicia. Sehingga Sarah datang menghampiri Sean, meredakan amarah Sean yang sudah mulai memuncak.
Sean menoleh ke arah Sarah, mulai kembali mengatur emosinya agar stabil. "Daddymu menyuruhmu untuk ke sana." Ucapnya.
"Baik mom."
Sean berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Alicia, dia terlanjur kesal dengan ucapan Alicia yang selalu menghina Kaylee.
Alicia kini dapat bernafas dengan lega. "Thanks mom. Kau telah menyelamatkanku."
Sarah berdecak kesal, menatap anak perempuannya dengan jengah. "Jangan terus membuat masalah padanya, Alicia. Apa jadinya jika aku tadi tidak datang, kau pasti akan menjadi amukan Sean."
"Tapi dia yang membuat masalah, mom. Dia menyebut nama Kaylee di hadapanku. Aku sangat kesal dan aku tidak suka."
Sarah menarik tangan Alicia, memberi kode agar Alicia diam. Pasalnya banyak mata yang memandang kea rah mereka, para tamu undangan menatap ke arah mereka. Suara Alicia terlalu keras sehingga memancing perhatian mereka.
Sarah segera menarik Alicia menjauhi kerumunan para tamu, sangat memalukan jika bertingkah konyol di depan public.
"Jangan bersikap konyol, Alicia. Kita sekarang menjadi pusat perhatian. Jika kau tidak menjaga sikapmu maka semua akan memandang kita buruk." Mendengar nasihat dari ibunya Alicia hanya terdiam. "Jangan mempermalukan keluarga Jackson, Alicia." Sarah mempertegas ucapannya. "Kita ini bukan keluarga biasa. Kita adalah keluarga seorang pengusaha besar. Apa yang kita lakukan tidak akan luput dari sorotan media."
Alicia memutar bola mata malas. "Kau memang tidak pernah mengerti perasaanku, mom. Aku sangat kesal jika Sean terus menerus memperdulikan Kaylee."
"Alicia!" Sarah menekan intonasi bicaranya.
"Kenapa harus bertengkar dalam keadaan seperti ini?" Suara baritone itu mampu menghentikan perdebatan mereka.
Paul dan Sean tiba menghampiri Sarah dan Alicia. Alicia seketika terdiam, tidak ingin jika Sean mengetahuinya sedang berdebat tentang Kaylee.
"Oh, dad. Kami sedang tidak berdebat, hanya sedikit berbeda dalam pendapat." Alicia.
Alicia tersenyum ke arah Sean meskipun Sean hanya berwajah datar, sesekali matanya melirik Kaylee yang sedang bekerja. Alicia sebenarnya mengetahui hal tersebut, namun dia hanya mengacuhkan. Dia tahu betul jika Sean sudah berada di dekatnya tidak akan mungkin berani bertindak lebih, misalnya mendekati Kaylee.
Alicia segera menghampiri Sean, mengandeng lengan kekarnya. Bergelayut manja, menunjukkan pada seluruh tamu jika Sean adalah miliknya. Ya benar, hanya miliknya seorang.
Sean masih sama, masih bisa menahan dirinya untuk tetap menjaga ekspresi. Dalam raut wajahnya sama sekali tidak menunjukkan keberatan, Sean malah justru senang dan menikmati acara ini. Meskipun hatinya bertolak belakang.
Sean ikut membaur dengan orang tua asuhnya, mereka bersulam dan tertawa saling melontarkan candaan. Namun matanya juga masih tidak berhenti sesekali melirik ke arah Kaylee. Dia tetap mengawasi setiap gerak gerik yang dilakukan oleh Kaylee. Mana mungkin dia akan rela melihat kekasihnya memakai pakaian yang menyebalkan tersebut dan dilihat oleh banyak mata.
Selain itu Sean juga takut jika Kaylee berpaling darinya karena di tempat ini banyak laki-laki yang masih muda, tampan dan kaya melirik ke arah Kaylee. Dari tatapan mereka nampak jika tertarik pada Kaylee. Sean tidak akan pernah membiarkan hal tersebut terjadi. Baginya Kaylee hanya miliknya seorang dan selamanya hanya miliknya seorang. Tidak satu pun boleh merebut Kaylee dari sisinya.
"Hai cantik. Bolehkan aku berkenalan padamu?" Sapa seorang laki-laki tampan dan masih sangat muda pada Kaylee. Hal tersebut tidak luput dari pandangan Sean, Sean menyembunyikan tangannya yang mengepal erat kesal dengan seseorang yang menggoda Kaylee.
TBC.