Chereads / Sayap Hitam / Chapter 41 - Mengetahui 2

Chapter 41 - Mengetahui 2

"Kamu menginginkannya juga? Ingin ini masuk ke dalamku?"

Ravi bergidik mendengar suaranya sendiri, jika ini memang yang Raymond inginkan. Tangan Ravi menyusup masuk ke dalam celana basah itu, merasakan ketegangan yang mengalir dari tubuh Raymond. "Apakah kamu ingin tahu apa yang kami lakukan?"

Raymond cepat-cepat menggeleng, tangannya telah dilingkari oleh jemari kokoh Raymond yang menahannya untuk bergerak lebih jauh lagi. "Tidak, Ravi. Aku tidak ingin tahu."

Ravi melepaskan genggaman tangan Raymond, sangat menyakitkan apalagi itu bekas cengkeraman erat Adrian sebelumnya. "Jadi, apa yang kamu inginkan sekarang?"

"Aku tidak ingin Ravi menjadi sedih, aku ingin Ravi baik-baik saja." Suara Raymond semakin rendah, pria itu lagi-lagi tidak berani untuk langsung menatap mata Ravi dan justru menunduk memperhatikan lantai yang berada di bawah kakinya.

"Naif." Ravi mendengus, dia memilih untuk tidak jadi untuk mengenakan pakaiannya, Ravi langsung naik ke atas ranjang dan tenggelam di dalam selimut tebal mengabaikan rambut basah yang membasahi bantal.

Ketika Ravi mendengar langkah kaki dari Raymond yang mendekat, Ravi segera memperingatkan. "Bajumu basah."

Kemudian suara-suara berisik yang Raymond hasilkan mengganggu ketenangan Ravi, tetapi Ravi sekali lagi mengabaikannya. Dia ingin sebuah ketenangan di antara kegaduhan dari isi kepalanya yang terus memberontak.

"Ravi bolehkah aku tidur di sebelah Ravi?"

Ravi membuka matanya, tetapi tidak mencoba untuk melihat ke arah Raymond yang bergerak mendekat di sebelahnya. Sejak mereka tinggal di sini memang Ravi juga Raymond berbagi tempat tidur yang sama, tetapi tidak pernah dia merasakan perasaan aneh ini sebelumnya. Rasa bersalah dan perasaan lainnya menyeret Ravi untuk melakukan sesuatu pada Raymond. Ravi tahu bahwa dia tidak memiliki kewajiban untuk merasa begitu bersalah pada Raymond tentang apa yang dia lakukan bersama Adrian, tetapi hatinya menjadi gelisah.

"Maaf." Hanya itu yang mampu keluar dari mulut Ravi saat ini.

Menutup matanya hanya untuk menemukan sebuah tangan bergerak melingkari pinggang Ravi dari belakang. Suara Raymond bergetar di tengah malam yang sepi. "Ravi tidak pernah bersalah. Itu bukan kesalahan Ravi."

Bagaimanapun, Raymond akan tetap membela dirinya. Adrian tidak mungkin hanya berakhir seperti ini, dia ingin membalas dendam dan Ravi adalah batu loncatan. Seharusnya mengingat tentang itu sebelum dia mengambil keputusan dengan tawaran dari pria itu.

"Dia membawaku ke sebuah tempat yang luas di kamarnya dan aku tahu itu bukan di sini. Maksudku bukan di mana tempat kita tinggal ini, semua berbeda. Aku tahu dia sangat membenci manusia, tetapi jika dia memang membenci mengapa dia melakukan ini semua?" Ravi mengatakannya di tengah hening. Dia hanya berdua dengan Raymond sekarang, setelah dia berpikir mungkin dia memang harus menceritakannya pada pria yang tengah memeluknya dari belakang ini.

"Ravi, dia jahat. Dia hanya ingin melakukan sesuai tujuannya." Ravi bergidik mendengar suara Raymond yang berat tiba-tiba datang pada perpotongan lehernya. Dia tanpa sengaja bergerak menjauh yang langsung ditarik Raymond mendekat kembali hingga punggung Ravi membentur dada bidang Raymond.

"Apa? Apa tujuannya?"

Ravi menunggu jawaban yang dia harapkan dari Raymond, Ravi berpikir bahwa Raymond mungkin tidak akan mengatakan padanya seperti apa yang pria itu katakan mengenai janji atau Raymond akan kesakitan jika dia berusaha untuk memberitahunya pada Ravi.

"Dia ingin aku mati." Suara Raymond yang pelan, tetapi dalam sekali lagi mampu untuk membuat Ravi terkejut sekaligus membawa suasana menjadi hening kembali.

Tidak ada yang bersuara di antara mereka dan Ravi pun tidak ingin memulai. Hari ini sangat melelahkan bagi dirinya dan Ravi tak akan melakukan kebodohan yang sama lagi.

"Aku melakukan banyak kesalahan di masa lalu." Ravi masih tetap diam dan tak menanggapi apapun setelah Raymond mengatakan itu. Dia merasakan Raymond bergerak mendekat padanya hingga dia baru menyadari bahwa mereka saling menyentuh dari kulit ke kulit. Hingga Raymond kembali berbicara mengalihkan pikiran dari Ravi sebelumnya. "Jika Ravi tahu, mungkin Ravi akan membenciku."

Ravi tidak tahu apa yang harus dilakukan sebagai tanggapan yang akan dia berikan pada Raymond, tetapi apapun yang Raymond lakukan di masa lalu entah mengapa Ravi yakin dia akan menerima balasan apapun atas dosa-dosa itu.

"Aku tidak ingin Ravi membenciku." Bibir Raymond tiba-tiba saja telah mendarat pada tengkuk Ravi sementara tangannya makin melingkar erat di pinggang Ravi, sehingga dia tidak bisa diam saja, maka Ravi berbalik. Raymond yang sebelumnya menutup matanya kini terbuka dan ekspresi itu cepat berubah dengan sesuatu seperti dia telah kehilangan sesuatu.

"Raymond, mengapa kamu tidak mengenakan pakaianmu?" tanya Ravi perlahan sambil bergeser membuat jarak di antara mereka.

"Ravi juga tidak. Aku ingin seperti Ravi," ucap Raymond dengan nada bangga.

Ravi hanya mendengus. "Raymond, kamu tidak bisa melakukan seperti itu jika kamu belum bertanya lebih dahulu untuk meminta izin. Jika kamu melakukan secara tiba-tiba, itu bukan perbuatan yang benar."

"Maaf Ravi. Aku sangat suka menyentuh Ravi," kata Raymond yang matanya sekarang menatap Ravi, sebelah bola mata emasnya perlahan mulai bersinar disusul dengan aroma cokelat seolah Ravi tidak pernah mencium bau itu bertahun-tahun lamanya.

"Seberapa kamu menyukai sesuatu kamu tetap tidak boleh melakukan hal yang berhubungan dengan orang lain, membuat mereka tidak nyaman, pemaksaan, atau sesuatu lainnya. Apapun kontak fisik yang dilakukan, kamu tidak bisa melakukannya jika kamu tidak meminta izin terlebih dahulu, jika tidak diizinkan maka jangan lakukan."

"Baik, Ravi. Aku tidak akan melakukan kesalahan lagi. Aku minta maaf." Mata Ravi tertunduk dengan penyesalan di dalamnya.

Ravi memejamkan matanya lelah, tiba-tiba dia memikirkan sesuatu kemudian bergumam pada dirinya sendiri. "Aku hanya berharap kesalahanmu di masa lalu tidak berhubungan dengan menghilangkan nyawa seseorang."

"T-tapi, aku melakukannya."