Jantungku berdegup kencang hingga tulang rusukku sakit karena benturan saat dia perlahan mengangkatnya ke bibirku dan mengoleskan deposit terkecil di mulutku, noda seperti lip gloss. Tanpa sadar, bibirku terbuka saat ditekan, tapi dia sudah menarik tangannya kembali melalui pintu, mendorongnya perlahan tapi tertutup rapat.
"Sogni d'oro," gumamnya tepat sebelum menutup pintu di depan wajahku dengan senyum tipis yang rahasia. "Mimpi indah tentangku, Lina."
Saat aku sendirian di aula yang gelap, lidahku mengintip dari mulutku untuk mengetuk garam yang licin di bibirku. Rasa asin dan musk meledak di lidah aku, lebih lezat untuk keintiman memiliki beberapa Donal di mulut aku daripada untuk rasa yang sebenarnya.
Aku berjalan kembali ke tempat tidur dengan kaki goyah seperti orang mabuk, membanting meja, tersandung di tangga kembali ke kamarku. Aku jauh dari asap pertemuan kami, dari rasa samudera yang tersisa darinya di belakang lidahku.
