Joshua tidak memberi aku waktu untuk khawatir. Dia meraih ke atas nakas dan dipompa pelumas ke tangannya sebelum meluncur di atas kemaluannya. Kemudian, dia memposisikan dirinya di belakangku di tempat tidur. Madun mencengkeram pipi pantatku yang menyengat di kedua tangan, membentangkanku lebar-lebar dan menawarkanku kepada Joshua.
Lenganku bergetar, nyaris tidak bisa menyeimbangkan tubuhku di atas tubuh Madun. Aku menatapnya, tertangkap dalam tatapannya yang dalam dan gelap.
"Apakah kamu siap, akung?" dia bergumam, sangat lembut meskipun cengkeramannya yang tak kenal ampun di pantatku.
"Iya ayah." Aku gugup, tapi aku siap. Aku ingin kedua orang ini masuk kedalamku.
Madun berdenyut di dalam diriku, dan Joshua menekan bajinganku. Aku menegang karena insting, dan jari-jari Madun mengencang di pantatku.
"Bukalah, putri. Biarkan Joshua masuk."