Melvin terus memandang wajah cantik Aleanna. Ia sudah tidur tadi namun terbangun karena panggilan alam. Kini Melvin tidur miring disebelah istrinya itu. Kepalanya dialasi tangan. Sejak tadi dengan tak rela melepas tatapannya dari wajah Aleanna.
Mungkin Aleanna yang sudah terlelap dan tidak sadar jika dirinya tidur ditempat yang sama dengan Melvin. Ia mulai menggerakkan tubuhnya, mencari posisi nyaman. Aleanna berbalik kearah kiri,lalu kembali lagi kearah kanan membuat wajahnya semakin dekat dengan Melvin.
Dengan posisi seperti ini, Melvin semakin dapat melihat kecantikan wanita dihadapannya ini. Ia menyingkirkan anakan rambut yang menutupi wajah Aleanna. Tersenyum melihat wajah polos sang istri ketika tidur.
Rasanya ia sangat mengenali wanita yang tidur disebelahnya ini. Namun dari sekian banyak gadis yang dijumpainya, Melvin tak ingat barang sedikitpun tentang Aleanna.
Setelah merapikan rambut, tangan Melvin tak kunjung pergi dari wajah cantik itu. Melvin membelai pipi Aleanna dengan jari telunjuknya. Sangat mulus dan lembut. Tidak ada noda sedikitpun. Semuanya sempurna. Jari Melvin turun membelai bibir Aleanna yang merah merona.
Ditelan salivanya ketika membelai bibir itu. Jantungnya berdegup tak beraturan. Nafasnya mulai memburu. Meski ia tak menyetujui pernikahan ini, namun Melvin juga lelaki biasa yang memiliki nafsu pada lawan jenisnya dan Melvin tak bisa menghindari itu.
Perlahan Melvin mendekatkan wajahnya pada Aleanna dan mengecup bibir itu singkat. Benar-benar singkat karena Melvin takut jika Aleanna terbangun. Namun, justru kecupan singkat itu membuat Melvin semakin ketagihan ingin terus mengecup bibir yang sangat menggoda itu.
Kembali mendekatkan bibirnya pada bibir Aleanna, kecupannya semakin lama semakin dalam. Bahkan ketika Aleanna merasa tak nyaman dan berganti posisi, Melvin masih saja melumat bibir itu. Ia tak bisa menghentikan hasratnya ketika berada disebelah wanita cantik nan sexi ini. Belum lagi selimut yang menutupi tubuh Aleanna tersibak karena gerakan Aleanna saat berganti posisi, semakin memperlihatkan tubuhnya yang sintal itu.
Setelah puas menjamah bibir Aleanna, Melvin mulai mencumbu leher sang istri yang masih saja tertidur lelap. Seperti drakula yang kehausan darah, Melvin juga seperti itu. Terus menghisap leher Aleanna sampai meninggalkan beberapa jejak merah disana dan meski sedang tertidur, Aleanna merespon sentuhan Melvin dengan desahan-desahan kecil keluar dari mulutnya. Hal itu semakin membuat Melvin tidak bisa menghentikan aksinya.
Namun, Melvin kembali tersadar dan menarik diri dari sisi Aleanna. Melvin ingin melakukannya ketika Aleanna dalam keadaan sadar dan sudah siap menerima dirinya. Ia melihat karyanya ditubuh Aleanna dan menyeringai. Melvin tau pasti, besok saat Aleanna melihat tanda jejak itu, gadis cantik dihadapannya itu pasti akan mengamuk.
Senyuman tak pernah lekang dari bibir Melvin, mengusap pipi Aleanna dengan sayang. "Kamu terlihat cantik saat marah, tapi lebih cantik jika diam seperti ini. Direngkuhnya tubuh Aleanna dan tak melepaskannya bahkan sampai pagi menjelang.
***
Aleanna meregangkan tubuhnya. Malam ini ia tidur sangat nyenyak. Seharian berdiri dipelaminan membuatnya benar-benar kelelahan. Tangan Aleanna meraba sekeliling tempat tidurnya.
Mata Aleanna langsung terbuka ketika tangannya menyentuh sesuatu. Padahal ia ingat betul semalam dirinya tidur dibawah. Dan kini ia dapat merasakan tubuhnya berada diatas kasur yang empuk dan tidur beralskan lengan seseorang ada disampingnya. Tanpa tedeng aling aling, Aleanna langsung menendang orang yang ada disampingnya.
Bruuuukkk ...
"Aaaawwwww," terdengar suara keluhan yang cukup keras.
"Siapa kamu? Apa yang sudah kamu lakukan?" tanya Aleanna sambil menarik selimut sampai batas dada.
"Kamu lupa ingatan atau bagaimana? Aku suamimu!" ucap Melvin kesal sambil mengusap perutnya yang ditendang Aleanna tadi.
"A...aku sudah punya suami?" tanya Aleanna memastikan. Ingatannya belum benar-benar kembali setelah tidur, sehingga harus sedikit diam dan kembali mengingat kejadian apa saja yang sudah terjadi kemarin.
"Ya, kamu sudah menikah. Bahkan gaun pengantinmu saja belum kamu lepas. Bisa-bisanya kamu lupa ingatan secepat ini. Cchhh." Melvin berdiri dan kembali duduk disamping tempat tidur. Tak menyangka pula dihari pertamanya sebagai suami harus merasakan sebuah tendangan yang membuat perutnya sakit.
"Lalu apa yang sudah kamu lakukan?" Aleanna melirik bagian dalam selimut dan bernapas lega ketika gaun yang ia kenakan masih melekat sempurna ditubuhnya.
"Kamu juga lupa apa yang sudah kita lakukan? Bahkan kamu meminta tambah lagi semalam," goda Melvin dengan seringaian dibibirnya. Ia ingin mengerjai Aleanna.
Tentu saja Aleanna tak dapat mengingatnya. Gadis itu mengerutkan dahi, tak percaya jika dirinya benar-benar tak merasakan apapun semalam. Bahkan ketika tubuhnyapun berpindah tempat, dirinya tetap saja terlelap. "Hah, minta lagi? Minta apa?"
"Kamu lupa? Atau mau lagi?" Melvin mulai naik keatas ranjang dan mendekati tubuh Aleanna.
Tanpa gerakan aba-aba, Melvin melumat bibir Aleanna dengan kasar.
Sudah pasti Aleanna terkejut dan tak siap mendapat serangan mendadak dari pria yang begitu mendominasinya itu. "Hei, ma...u a...pa ka...mu?"
Aleanna mencoba berbicara disela ciuman Melvin yang membabi buta. Ia terus memberontak dan usahanya berhasil. Melvin kembali tersungkur karena aset berharganya terkena tendangan maut Aleanna."Dasar otak mesum,"
"Itu pelajaran buat kamu yang keras kepala." Melvin berlalu begitu saja menuju kamar mandi tanpa merasa bersalah. Tak perduli pula dengan raut majah Aleanna yang saat ini kelihatan bingung dan nelangsa.
Masih termenung ditempatnya, Aleanna terus menerus memegangi bibir yang saat ini terlihat bengkak karena ulah Melvin. "Barusan dia menciumku? Aaarrgghhh sialan.." Tanpa bisa direm, Aleanna memaki Melvin yang bertindak sembarangan terhadapnya.
Untuk memastikan keadaan bibirnya, Aleanna kemudian bangkit dari tempat tidur nan empuk itu dan mulai berdiri didepan cermin. Memastikan bibirnya baik-baik saja. Namun Aleanna semakin membulatkan matanya ketika mendapati ada dua tanda di leher kanan dan kirinya.
Walau masih utuh, gaun yang dikenakannya semalam sedikit molorot bagian atasnya. Tampak kedua gunung kembarnya yang hampir menyembul sempurna. Aleanna bernafas gusar dan dengan segera menarik gaunnya kembali ke posisi semula.
Tak lama, terdengar suara pintu kamar mandi terbuka. Melvin sudah terlihat segar dengan rambut yang basah dan tubuh yang hanya dililit handuk putih di pinggangnya. Tampak dengan jelas dadanya yang bidang dan perutnya yang sixpack. Aleanna yang sejak tadi berdiri didepan cermin, kini menatap Melvin dengan tatapan terpana.
Awalnya gadis itu melongo dengan sempurna. Namun ia segera menyadarkan diri dan menggeleng-gelengkan kepala. Kini Aleanna dalam mode sadar sepenuhnya. Menatap Melvin tajam seperti ingin melahap pria yang ada dihadapannya itu.
"Kenapa melihatku seperti itu?"
"Apa yang kamu lakukan padaku?" tanya Aleanna sambil menunjuk kedua tanda di lehernya. Tentu saja gadis itu langsung menuduh Melvin karena Aleanna dapat memastikan tak ada tanda keunguan sebelum dirinya tidur.
Melvin hanya mengendikkan bahunya seraya terkekeh pelan. "Kamu harus mengingatnya, Aleanna. Semalam itu kamu luar biasa," goda pria yang kini menyandarkan punggungnya dengan nyaman disandaran tempat tidur.
"Lu-luar biasa? Apanya yang luar biasa? Katakan dengan jelas."
"Status kita ini sudah sah suami istri. Memangnya apa lagi yang mau di perjelas."
"Tapi kita punya perjanjian."
"Dan disana tidak ada larangan skinship," jawab Melvin cuek.
Aleanna terdiam mendengar penjelasan Melvin dengan kening berkerut. Otaknya masih mencerna apa yang dikatakan Melvin tadi. Ya, tentu saja Aleanna dapat mengingat dengan jelas bahwa dirinya sudah menikah dengan Melvin, tapi Aleanna tidak membenarkan tindakan Melvin yang sudah kelewat batas seperti ini.
"Apa kamu hanya mau berdiri disana? Tidak kah kamu tahu bahwa disurat perjanjian itu juga tertulis bahwa kamu harus melayaniku. Dan sekarang aku mau kamu melayaniku. Pilihkan pakaianku. Dan bantu aku mengenakannya."
"Hah? Kenapa isinya merugikanku semua?"
"Tidak ada yang dirugikan, Aleanna. Setiap hari kamu akan melihat tubuh sexiku. Bukankah itu menyenangkan!" ucap Melvin menyeringai sambil berkacak pinggang. "Cepatlah, ambilkan bajuku."
Dengan wajah bersungut-sungut, Aleanna berjalan ke arah lemari dan mengambil kemeja Melvin yang sudah tergantung rapi disana. Kemudian mendekati Melvin dan mulai membantu pria itu memakai kemejanya. Aleanna dapat mencium aroma woody dari tubuh Melvin, apalagi dengan posisi sedekat ini. Wanginya membuat Aleanna terbang melayang. Tak ingin pergi dari hadapan pria dingin berotak mesum ini.
Rasanya sekali saja ingin merengkuh lelaki itu dan menikmatinya. Memanjakan hasratnya yang mulai bergejolah sejak berada didekat pria yang begitu mendominasinya. Tapi cepat-cepat Aleanna menggelengkan kepala, tak mau terjebak dengan pesona lelaki menyebalkan ini.
Lamunannya buyar ketika suara Melvin terdengar ditelinganya.
"Dalamannya mana? Kalau aku minta pasangkan tandanya kamu harus menyediakan semuanya. Bukan hanya baju saja." Bisikan yang tepat mengenai telingan Aleanna itu langsung membuat bulu kuduknya berdiri. Dipejamkan matanya selagi masih menikmati sensasi dingin dari hembusan napas Melvin.
"Jadi aku harus memasangkan dalamanmu juga?" tanya Aleanna masih dengan memejamkan matanya.
"Tentu saja. Kamu istriku sekarang. Seorang istri tentu harus melayani suami." Melvin senang melihat betapa Aleanna gugup karena keberadaannya. Ia tak sedikitpun melangkah pergi dan tetap berada dijarak yang dekat dengan Aleanna.
'Aaarrrgghhh sial sekali hidupku harus berjumpa denganmu Melvin mesum, licik dan menyebalkan,' umpat Aleanna dalam hati. Namun tetap menuruti permintaan Melvin. Ia mulai berbalik dan mengambil sisa pakaian yang belum dikenakan oleh lelaki itu.
"Lepaskan dulu handuknya, baru kamu pasang dalamannya. Apakah seperti itu harus aku ajari?" ucap Melvin dingin, namun tak bisa pula ia menahan senyum melihat wajah Aleanna yang merah merona.
"Aaahh, sudah lah. Pasang saja sendiri. Aku mau mandi." Aleanna melemparkan dalaman Melvin yang sudah dipegangnya, kemudian pergi kekamar mandi dengan terburu-buru supaya Melvin tidak terus melihat wajahnya yang merona.
"Hei tugasmu belum selesai.." teriak Melvin sembari mengangkat dalamanya keudara.
Namun Aleanna pura-pura tidak mendengar dan terus berjalan kekamar mandi. Ia melepas gaun pengantinnya dan menggantungnya disamping pintu. Diputar kran shower, semburan air mengenai tubuhnya seketika. Memejamkan mata sesekali mengusap sisi lengannya satu sama lain. "Kenapa aku bisa terjebak perjodohan dengan orang gila. Mama... Tolong aku.. hiks.."
Baru saja Aleanna merasakan sedikit kenyamanan berada dibawah guyuran air hangat, tiba-tiba gangguan kembali datang. Ketukan pintu yang berulang kali membuatnya langsung menatap tajam kesana.
Tok tok tok...
"Jangan lama-lama. Aku sudah lapar." Terdengar suara Melvin yang menggema dibalik pintu.
Aleanna memutar bola matanya dengan malas. "Kalau lapar, makan saja sendiri. Mengganggu saja. Aku kalau mandi mana bisa cepat." Aleanna sengaja mengeraskan suaranya supaya Melvin dapat mendengarnya.
Demi apa Aleanna tidak mengunci pintu kamar mandi. Dan tiba-tiba Melvin masuk begitu saja.
"MELVIN... KENAPA KAMU MASUK? KELUAAAR!"
To Be Continue