JANGAN LUPA FOLLOW DULU Web novel LiaRezaVahlefi sebelum lanjut membaca.ย
PRIVATE PART AKAN DI ACAK
๐ฆ๐ฆ๐ฆ๐ฆ
Suara alarm berbunyi. Tapi Aifa mengabaikannya. Aifa lebih memilih bergelung dengan selimut empuk dan lembutnya saat ini. Hari sudah benar-benar cerah. Matahari mulai meninggi. Jam menunjukan pukul 06.00 pagi. Aifa.. si wanita cantik nan manja itu memang kelewat manja kalau tidak di obrak-abrik oleh Mommy Ayesha. Jika tidak di obrak-abrik, Aifa tidak akan bangun.
Lihatlah sekarang. Saat ini Ayesha menatap putrinya dengan jengah. Kalau bukan pemilik perusahaan tempat Aifa bekerja itu milik sahabat dekat keluarga mereka, mungkin Aifa akan di tendang oleh Presdir perusahaan tersebut yang bernama Fayezza atau kerap dipanggil Fay.
"Aifa!"
"Aifa!"
"Aifaaaaa!!!" Dengan kesal Ayesha berjalan cepat lalu menyibak selimut putrinya. Aifa terkejut. Ia terbangun dan langsung duduk tegak. Tapi kedua matanya masih terpejam rapat.
"Aifa!"
"Hm."
"Bangun nak bangun!!!! Sudah pagi dan kamu bisa telat!"
"Iya Mom iya iya.."
"Seorang princess itu tidak ada yang pemalas. Kalau pemalas bagaimana bisa menjadi istri yang baik suatu saat?!"
Dan akhirnya Aifa kembali terbaring. Bahkan memeluk boneka teddybear kesayangannya sejak kecil. Percuma saja membahas tentang pernikahan selagi Rex belum ada didepan matanya
"Aifa!!!!"
"Sebentar Mom. 1 jam lagi."
Ayesha membulatkan kedua matanya tak percaya. "Aifa! 1 jam itu kebangetan!"
"Sudahlah Mom. Mom kan cantik. Jangan marah-marah. Nanti Daddy berpaling sama tante-tante diluar sana."
Ini tidak bisa di biarkan! Itu yang Ayesha pikirkan saat ini. Akhirnya ia pun kembali menyibak kasar selimutnya lalu menarik paksa pergelangan tangan Aifa sehingga membuat Aifa meringis kesakitan bahkan nyaris terseret-seret saat menuju wastafel mewah di kamar Aifa.
"Cepat cuci wajahmu! Kamu ini anak perawan. Anak perempuan! Jangan malas. Gimana jodoh mau datang kalau kamu letoy gini!"
Aifa mendengus kesal. "Jodoh datang bukan dari kecantikan wajahku Mom. Tapi dari doaku kepada Allah."
"Iya Mom tahu. Tapi kamu harus berusaha juga Aifaaaaa. Cepat sana siap-siap atau Mom akan menghubungi Fayezza dan menyuruhnya untuk memberhentikanmu saat ini-"
"Jangan Mom jangan!" Aifa memasang raut wajah panik.
"Aku belum bertemu dengan Rex setelah 4 tahun lamanya. Kali aja hari ini adalah hari keberuntunganku bertemu kembali dengannya."
"Terserah. Makanya cepat mandi!" Setelah mengatakan itu, Ayesha pergi meninggalkan putrinya yang kekanakan. Hampir setiap hari Aifa memang membuat kepalanya pening. Padahal dia sudah dewasa. Tapi sifatnya benar-benar menyebalkan! Aifa menatap wajahnya yang baru saja bangun dari bobo manjanya didepan cermin mewahnya.
"Oh Aifania Hamilton.. si princess yang mulai terbentuk di Korea 33 tahun yang lalu." gumam Aifa dengan songong. "Kamu itu cantik. Manis. Menggemaskan. Tapi kenapa sang pangeran Rex tidak kunjung mendatangimu?"
Raut wajah Aifa berubah muram. "Ya Allah sampai kapan hamba menunggu? Selama ini hamba tidak pernah menyerah untuk berdoa. Selama ini hamba juga tidak pernah menyerah untuk bertanya sama Aulia, sama Fay, sama Tante Luna bahkan sama siapapun yang dekat sama Rex. Tapi kenapa Rex tidak pernah hadir lagi Ya Allah?"
"Aifaaaaa!!!!! Cepat!" Suara teriakan Ayesha di balik pintu terdengar. Aifa mendengus kesal hingga akhirnya ia pun segera membersihkan diri. Berendam dengan air buthup yang sudah berisi bodysoap aroma lavender kesukaannya.
Setelah itu, Aifa memakai wardrobenya menuju walk in closet. Aifa mulai memilih pakaian untuk berangkat bekerja hingga akhirnya, Salma sebagai salah satu asisten rumah tangga milik keluarga besar Hamilton itu datang melayani Aifa.ย ย
"Maaf nona. Butuh bantuan?"
Aifa menoleh ke samping. Salma tersenyum ramah. Aifa pun mengangguk. "Tolong ya keringkan rambutku." Salma hanya mengangguk patuh. Lalu segera meraih hairdryer didalam laci meja rias. Dengan santai Aifa duduk dengan nyaman. Aifa memegang ponselnya. Aktivitas yang pertama kali ia lakukan adalah menstalker akun sosial media milik Rex.
Aifa mencelos. Lagi-lagi wajahnya lesu. Sudah 4 tahun Aifa memfollow akun Instagram Rex tapi sayangnya pria itu tidak menerimanya. Tak hanya itu saja, Aifa mencoba add Facebook, Line, Follow Twitter dan hasilnya tetap sama. Tidak ada tanda-tanda bahwa Rex pernah aktip di sosial medianya.
Salma masih mengerjakan tugasnya dengan mengeringkan rambut Aifa. Tak lama kemudian dua asisten pribadi Aifa datang kemudian duduk didepan Aifa sambil membersihkan dan merawat kuku kaki Aifa agar tetap sehat dan tidak mudah rapuh. Satu asistennya lagi bertugas mulai mempoles wajah Aifa secara natural.
Semua perlengkapan make up Aifa memang banyak dan tertata rapi dengan warna-warna smokey yang menjadi favoritnya sejak dulu. Terlihat sederhana dan fresh baginya.
Sekarang Aifa sudah beres. Ia begitu cantik natural hari ini untuk mengawali harinya.
Aifasegera menuruni anak tangga dan menuju ruang makan ketika semuanya sudahmenunggu Aifa. Ada Daddy dan Mommynya. Si adik kembar Frankie dan Franklinbeserta istri Frankie yang kebetulan semalam menginap
"Mama lihat! Kakak Aifa datang!"
Semuanya menoleh kearah Aifa. Istri Frankie yang sejak tadi menyuapkan sarapan pagi pada putranya bernama Franz pun menegur sang putra.
"Nak. Sudah Mama bilang, dia itu Tante kamu. Panggilnya Tante Aifa. Jangan kakak ya."
Franz menatap Feby dan menggelengkan kepalanya. "Tapi Ma.. Kakak Aifa pernah bilang kalau dia belum punya pangeran. Jadi belum tua. Belum punya anak. Artinya masih seorang princess muda."
"Tapi tetap saja sayang.. dia itu Tante kamu. Panggil Tante. Jangan kakak. Oke?"
"Mama.. mama.. mama!!"
"Iya nak apa? Aduhhh kalau lagi makan jangan banyak bicara dulu. Nanti kamu bisa tersedak sayang."
"Huaaaaa keponakanku pintaaarrrr." Dengan gemas Aifa mengeluarkan uang Rp.5000 lalu menyerahkannya pada Franz. Franz tersenyum ceria lalu memasukannya kedalam celengan miliknya.
Sejak dulu jika keponakan Aifa menginap dirumahnya, Franz selalu membawa celengan yang bertuliskan "5000 untuk pujian dari kakak Aifa" Sudah 3 tahun berlalu dan sudah bisa di pastikan bahwa celengan Franz saat ini sudah penuh uang 5000 akibat pujian-pujian yang diucapkan oleh Franz pada Aifa.
"Tentu saja dia anak pintar kak." Frankie terkekeh geli. "Tidak tertarik untuk segera memiliki anak? Apalagi- aaarggh!" Frankie meringis ketika sang istri mencubit lengannya.
"Ada apa?"
"Jangan mengajari kak Aifa yang tidak-tidak!" Feby merasa malu dan tidak enak hati karena Frankie selalu saja menggoda Aifa dengan candaan yang menyebalkan. Feby pun akhirnya beralih menatap Aifa.
"Em kak. Kakak mau tahu rahasia supaya suatu saat bisa dapat jodoh?"
"Oh ya? Apa?" Aifa mulai mengambil roti tawar lalu mengoleskannya dengan selai blueberry.
"Kakak rajin sholat. Banyak berdoa. Usaha dan tidak mudah putus asa."
"Aku sudah melakukannya Feby."
"Tapi ada satu hal lagi yang belum."
"Apa?" Aifa mengerutkan dahinya.
"Tentu saja memasak." Dan wajah Aifa bermuram. Itu benar. Memasak adalah kewajiban seorang wanita. Ia sudah dewasa. Sudah berusia 33 tahun. Menimpali hal itu, Aifa hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Feby pun kembali menyuapkan sereal kesukaan Franz.
Sekali lagi Aifa memperhatikan disekitar dirinya. Ada Daddy dan Mommynya yang saling melempar senyum. Lalu Mommynya dengan senang hati mengambilkan lauk pauk untuk suami tercinta ke piringnya.
Ada Frankie yang kini dengan tatapan cintanya mengusap sisa makanan di ujung bibir Feby yang belepotan. Mungkin Feby terlalu sibuk menyuapkan sarapan untuk putranya sehingga ia sendiri tidak memperhatikan cara makannya.
Lalu Aifa memandang Franklin yang tetap tenang sejak tadi. Untuk Franklin sendiri Aifa sudah biasa melihat hal itu karena adiknya tipikal yang suka menyendiri dan pendiam.
Sekali lagi, Aifa memperhatikan semua hidangan di meja makan. Hayalan tentang ia bisa masak pun terlintas begitu saja. Bagaimana ia bisa masak sementara menyalakan kompor saja takut?
Aifa menggelengkan kepalanya. Ia tidak bisa terus menerus begini. Ia harus bisa! Ia tidak boleh menyerah. Dengan tekad yang kuat Aifa pun memilih beranjak dari sana dan menuju dapur.
Dilihatnya saat ini dapur sedang sepi. Tidak ada asisten rumah tangga yang berlalu lalang. Aifa pun menatap sebuah kompor yang ada didepan matanya. Aifa mengecek jam di pergelangan tangannya. Masih ada waktu satu jam untuk menuju perusahaan tempat ia bekerja.
Sebuah pemikiran mengenai belajar memasak pun terlintas. Aifa pun segera memulainya saat ini juga. Mengabaikan rasa takut demi menjadi calon istri Rex yang pintar memasak dimasa depan.
"Bagaimana semua pekerjaan di HM Corporation Franklin? Apakah semuanya berjalan dengan lancar."
Franklin sudah selesai dengan sarapannya. Ia meraih tisu untuk mengelap bibirnya. Lalu beralih menatap Daddynya yang kini serius bertanya padanya.
"Alhamdulillah lancar."
"Daddy dengar RD Corporation sekarang menjadi anak perusahaan dari WK Group."
"Itu benar." ucap Franklin lagi. "Karena Om Ronald mewarisinya pada Ray. Ray masih awam dalam menghandle perusaahan sehingga Rex pun membantunya. Itu alasan Om Ronald menyatukan RD Corporation menjadi anak perusahaan WK Group."
Fandi terdiam. Ia tidak pernah melupakan bagaimana sosok Rex yang menjadi mantan putrinya dimasalalu. "Daddy ada saran buat kalian berdua."
Fandi pun berdiri dari duduknya. Lalu segera meninggalkan ruang makanan di ikuti dengan Frankie dan Franklin menuju ruang kerja Daddynya di lantai atas. Sesampainya di ruang kerja, Fandi mulai memasang raut wajah serius.
"Ada apa Dad?" tanya Frankie.
"Bagaimana kabar Rex saat ini?"
"Dia masih di Los Angeles." ucap Frankie.
"Sudah 4 tahun dia disana semenjak kejadian itu. Kejadian ketika Daddy memintanya untuk segera melamar Aifa. Tapi sayangnya pria itu malah menolak dengan alasan sibuk berkarir dengan kabatannya."
"Daddy menyimpulkan bahwa Rex adalah pria yang tidak serius dan tidak berkomitmen. Daddy minta tolong salah satu dari kalian hubungi Fay. Katakan padanya untuk memindahkan Aifa ke Jerman."
"Apa?" Frankie terkejut. "Ma-maksud Daddy kakak tinggal disana?"
"Iya. Tinggal disana. Ah atau kamu saja yang memberitahu Fay. Dan Franklin.." Fandi beralih menetap Franklin. "Tugasmu menjaga kakak mu disana. Pastikan dia aman sekalipun ada bodyguard yang mengikutinya kemanapun dia pergi."
"Kenapa Daddy melakukan hal ini?" tanya Frankie yang sepertinya tidak setuju.
"Bulan depan Rex akan tiba di Indonesia. dia akan kembali tinggal disini. Cepat atau lambat kakakmu akan bertemu dengannya. Daddy tidak akan pernah menyutujui hubungan mereka karena Rex pria yang tidak serius dengan kakakmu. Sebagai orang tua, Daddy tidak ingin membuat Kakakmu itu dipermainkan oleh pria seperti dia.."
"Tapi-"
"Ini sudah keputusan Daddy dan tidak bisa dibantah. Kamu sudah berkeluarga. Lebih baik kamu yang menjalankan HM Corporation disini. Biar Franklin yang akan menjaga Kakakmu disana."
Franklin yang sejak tadi banyak diam pun akhirnya mengerutkan dahinya. "Ada yang sadar kalau sekarang rumah ini bau hangus?"
Fandi dan Frankie pun menghirup aroma ruangan lalu keduanya terbelalak.
"Kakak! Itu pasti dari kakak!" panik Frankie
Fandi pun berlari keluar ruangan. "Aifa!!!!!!"
Mereka pun segera keluar menuruni anak tangga lalu menuju dapur. Sesampainya disana suasana begitu tegang. Seorang pria paruh baya yang menjadi salah satu asisten rumah tangga pun baru saja memadamkan api menggunakan tabung karbondioksida. Di pojokan ruangan ada Aifa yang syok. Semuanya mendekati Aifa yang lagi-lagi hampir saja membakar rumah karena tidak bisa menyalakan kompor.
"Aifa! Kamu baik-baik saja kan?"
"Apakah ada yang terluka?"
"Ini sudah kesekian kalinya kamu hampir membakar rumah." Rentetan ucapan orang-orang disekitarnya membuat Aifa pening dan masih syok. Sebuah genggaman mungil di punggung tangan Aifa membuatnya menatap kebawah. Aifa menatap Franz yang peduli padanya.
"Kakak. Kakak sabar ya. Kakak Aifa perempuan hebat. Suatu saat bisa jadi koki handal buat suami kakak! Kan kakak cantik. Jadi jangan bersedih ya."
๐ฆ๐ฆ๐ฆ๐ฆ
Kalau gitu caranya author mau ah jadi Franz. Biar banyak duit isi celengannya. Mayan buat jajan ๐๐คฃ
Terimakasih yang sudah baca. Terima kasih yang masih setia ikuti karya author. Sehat selalu buat kalian ya.. ๐ค๐ค๐ค
With Love
LiaRezaVahlefi
lia_rezaa_vahlefii