Chereads / Ana Uhibbuka Fillah / Chapter 49 - 49. Fikri : Saling Berjauhan

Chapter 49 - 49. Fikri : Saling Berjauhan

Bandar Udara Internasional Tokyo, Jepang. Pukul 08.00 Pagi.

Pesawat pribadiku akhirnya tiba di Bandar Udara Internasional Tokyo tepat pada pukul 08.00 pagi. Aku menuruni anak tangga pesawat satu persatu. Dibelakangku ada Rezki yang menjadi asisten pribadiku dalam urusan pekerjaan seperti biasanya.

"Jam berapa kita ketemu Pak Hidekiyoshi?"

"Siang ini Pak."

"Oke." Aku mengangguk. Aku baru saja selesai menuruni anak tangga pesawat milikku.

Dari jarak beberapa meter, sebuah mobil hitam dengan satu pria berpakaian jas formal dengan kaca mata hitam yang terpasang dikedua matanya sudah menungguku dengan siap.

"Proposalnya sudah kamu siapkan?"

"Sudah Pak. Tenang, saya tidak lupa kok."

Aku sudah tidak bertanya lagi ketika pria yang memakai jas formal tadi membuka pintu mobil untukku kemudian aku memasukinya.

Mobil sudah berjalan dan keluar dari bandara dengan lancar. Didepanku ada Rezki dan asistenku yang tadi.

"Mas."

"Ya?"

"Bunga sakuranya cantik ya?"

"Gak, biasa saja."

"Ih, kok gitu? Cantik Mas, coba lihat deh postingan ini di akun traveling. Afrah itu suka warna-warni cerah dan indah. Bunga sakura itu cantik. Warnanya saja warna pink."

"Kamu suka lihat itu?"

"Iya Mas. Mas tidak suka ya?"

"Mas suka lihat kamu. Lebih indah lebih cantik lebih nyata dan.."

"Dan apa?"

"Dan bisa dicubit gini."

"Aw, ish, Mas ini nyebelin."

"Ayo tangkap aku, weeee.."

"Mas Fikriiiiiii!!!"

Aku terdiam sesaat. Hanya melihat bunga sakura sepanjang jalan kota Tokyo kali ini membuatku teringat Reva. Ah tidak maksudku, Afrah.

Aku sudah janji tidak menganggapnya Reva meskipun sebenarnya sulit untuk dilakukan. Tak hanya itu, bayangan dia saja datang silih berganti setiap waktu dan detiknya mengalahkan tentang pikiranku mengenai pekerjaan.

Saat ini Tokyo sedang musim semi, salah satu musim yang paling di tunggu-tunggu oleh masyarakat kota Jepang. Pagi ini suhunya begitu rendah dengan 5 derajat celcius.

Aku mengecek ponselku. Sudah beberapa jam yang lalu, tidak ada satupun panggilan tak terjawab dari Afrah. Biasanya dia itu paling sering menghubungiku kalau aku berada diluar kota.

Tapi tidak untuk kali ini. Aku hanya menemukan satu pesan singkat dari Afrah. Aku pun membuka isi pesan tersebut dan membacanya.

Sayang : "Mas sudah sampai?"

Aku langsung membalasnya. Setidaknya dia tahu kalau aku sudah sampai. Setelah membalasnya aku kembali terdiam. Dan lagi, wajah Afrah kembali membayang di pikiranku.

Ponselku bergetar. Sebuah notif pesan chat masuk. Itu pasti Afrah. Cepat sekali Afrah balasnya. Padahal perbedaan waktu di Jepang dan Jakarta hanya 2 jam lebih cepat dari kota Jakarta. Berarti saat ini disana pukul 06.00 pagi. Jamnya Afrah sibuk memasak. Lalu aku terdiam.  Bukan Afrah yang balas.

Fara : "Mas, aku sudah di Samarinda. Ada Papa, Mama, dan Pamanku."

Fikri : "Oke. Tunggu aku ya. Aku masih kerja disini."

Fara : "Mas sudah

sarapan?"

Fikri : "Sudah dipesawat.

Kamu?"

Fara : "Alhamdulillah sudah Mas. Jaga kesehatan ya.

Jangan sampai lelah. Fara khawatir."

Fara : "😘"

🚫 Pesan telah dihapus.

Aku hanya bisa diam begitu melihat tanda emot barusan lalu dia menghapusnya dalam hitungan detik.

Waktu memang terus berjalan. Lusa aku kembali menuju Samarinda setelah semuanya selesai di sini. Fara bersedia aku nikahi secara tertutup. Dua hari lagi.

🥀🥀🥀🥀

Hotel Luxury Ritz. Tokyo, Jepang.

Pukul 14.00 siang.

Perbincangan kami begitu lancar. Didepan mataku sudah ada Mr. Hidekiyoshi. Pria paruh baya berusia 46 tahun yang sukses dan mapan. Disebelahnya ada asisten pribadinya yang berusia kisaran 30 tahun.

Mr Hidekiyoshi adalah Presdir dari salah satu perusahaan penyiaran JBS di kota Tokyo ini. Sudah 2 menit berlalu dengan seksama dia membaca proposal pengajuan yang sudah di persiapkan Pak Amran sewaktu di Samarinda.

"Diproposal tersebut sudah kami jelaskan bahwa keuntungan saham yang akan di peroleh perusahaan Mr. Hidekiyoshi sebanyak 50%."

Dia mengangguk. "Baiklah. Saya akan mempertimbangkan. Saya akan mengabarinya dua hari lagi."

Aku hanya tersenyum ramah. Kami pun berbicara seperlunya saja. Karena Mr Hidekiyoshi pimpinan perusahaan yang begitu sibuk.

"Kami permisi dulu."

Aku pun berjabat tangan dengan beliau yang memiliki aura kharismatik. Dengan ramah Rezki mengantarnya hingga menuju pintu luar.

Aku pun menyenderkan tubuhku di sofa yang berada diruang tamu kamar hotelku. Kamar hotel terbilang luas dan berada di lantai ketinggian 14 yang langsung menghadap pemandangan kota Tokyo.

Aku mengecek ponselku. Dan lagi, tidak ada satupun balasan dari Afrah. Aku mencoba menghubunginya namun tidak aktip. Aku berusaha berpikir positif, mungkin ponselnya sedang di charge atau lowbat.

"Apakah kamu tidak waras Fik? Afrah itu istri yang baik. Bisa-bisanya kamu berniat menduakannya? Bunda tidak setuju!"

"Kenapa Bunda tidak setuju? Secara syariat aku bisa saja menikahi 2 sampai 3 istri. Bukankah sejak awal Bunda menginginkan diriku bersama Fara? Bagaimana mungkin aku bisa mencintai Reva saat ini?"

"Kamu!-"

"Jangan mentang-mentang kamu mampu dan sukses dengan seenaknya jidat kamu berlaku seperti itu Fik! Ayah tidak pernah mendidikmu sebagai anak laki-laki yang tidak baik! Kamu bisa sukses dan mapan itu karena Allah. Jangan jadi pria yang sombong kamu ya!"

"Ayah, Bunda, istighfar. Tenanglah, Jangan sampai tekanan darah Ayah dan Bunda naik. Arvino khawatir."

"Tapi Vin, Bunda-"

"Pergi dari sini Fik! Pergi! Kamu benar-benar adik yang egois! Kamu pria bodoh dan brengsek!"

"Ayo Ayah, Bunda. Biarkan saja dia. Penyesalan itu pasti datangnya belakang. Biarkan saja dia menjadi si pecundang yang tidak bisa melupakan masalalu. Ada Vino disini yang siap melawan putra kedua kalian itu yang kurang ajar!"

"PERGI DARI SINI! AFRAH, BAWA SUAMIMU ITU PULANG KERUMAH! JANGAN SAMPAI DIA MENGINJAKKAN KAKINYA KE RUMAH INI LAGI!"

"I-iya Kak Arvino, kami, kami akan pulang. Insya Allah besok malam."

🥀🥀🥀🥀

Tokyo, Pukul 22.00 Malam

Dua hari kemudian..

"Mas."

"Hm?"

"Ayo masuk. Jangan berdiri didepan balkon malam-malam. Nanti masuk angin."

"Nanti saja Afrah. Aku suka udara malam."

"Tapi nanti Mas sakit."

"Sini sebentar.."

"Kenap- aaaaaaa. Ih, Mas nyebelin!"

"Biarin. Ah, sekarang aku hangat."

"Tapi-"

"Biarkan sejenak. Aku suka kalau pelukan begini.."

"Mas."

"Hm?"

"Coba lihat deh bulannya. Indah kan?"

"Iya. Kayak kamu."

"Ih Mas gombal. Em tapi Afrah suka digombalin sama Mas, gemes kalau bercanda begitu."

"Ah masa?"

"Iya Mas. Besok Mas lembur lagi kan? Hm, padahal Afrah itu kangen sama Mas. Setiap malam pengen dipeluk gini."

"Ini buktinya kita pelukan."

"Afrah tidak ingin pelukan sesaat. Tapi selamanya. Afrah akan selalu merindukan Mas disaat kita saling berjauhan."

Aku menatap layar ponselku. Sudah tiga hari. Kenapa dia tidak menghubungiku?

Kenapa ponselnya tidak aktip?

Lalu kenapa mertuaku juga tidak bisa di hubungi?

🥀🥀🥀🥀

Mulai gelisah,

Sok-sokan sih dia 😑

🤣🤣🤣🤣

Makasih sudah nunggu ya. Sehat selalu buat kalian

With Love 💋

LiaRezaVahlefi

Instagram

lia_rezaa_vahlefii