Chereads / Anti Romantic / Chapter 10 - 10. Berkunjung ke Apartemen

Chapter 10 - 10. Berkunjung ke Apartemen

Sepeninggal Michelle dari ruangan tersebut, suasana mendadak hening. Aura canggung begitu terasa menyelimuti keduanya.

"Ada perlu apa kamu datang kemari Aletha?" Tanya Ryshaka.

Aletha menggertakkan giginya karena kesal.

Oh...jadi seperti itu permainan liciknya?

Kalau dirinya yang datang kemari harus disertai dengan berbagai alasan yang jelas. Tapi bagaimana dengan para wanita cantik yang suka tiba-tiba datang serta menghabiskan waktu berdua dengannya selama berjam-jam?

Yang bahkan Aletha-selaku asisten pribadinya, tak tahu mereka semua punya kepentingan apa.

Ia merasa tidak terima atas perlakuan tidak adil yang ia terima dari Ryshaka.

"Saya bermaksud ijin kepada Bapak untuk pulang terlebih dahulu." Jawab Aletha, ia berusaha menormalkan mimik wajahnya agar tak terlihat kesal.

"Lalu?" Tanya Ryshaka, kedua alisnya mengerut bingung.

"Karena Bapak adalah atasan saya secara langsung dan akan terasa tidak sopan jika saya pulang lebih dulu, sedangkan anda sendiri malah mengurung diri berdua dengan wanita yang entah untuk kepentingan apa!" Napas Aletha tersenggal setelah mengucapkan serentetan kalimat itu.

"Oke...easy girl, mau aku ambilkan minum?" Tanya Ryshaka sembari berjalan ke arah lemari pendingin yang berada di ruangannya.

"Tidak usah Pak, Terima kasih. Kedatangan saya kemari hanya untuk mengatakan itu." Cegah Aletha saat dilihatnya Ryshaka ingin mengambilkannya minuman.

"Baiklah."

Aletha tidak suka melihat senyum tipis yang tersemat di bibir Ryshaka.

Ia sedang marah, reaksi Ryshaka yang benar adalah menenangkannya, bukannya malah menertawakan dirinya. Ia merasa telah diolok-olok.

"Kalau boleh saya tahu punya urusan apa Ibu Michelle datang kemari?" Tanya Aletha, manik matanya melirik ke arah lain, ia merasa kikuk sendiri atas pertanyaannya.

"Tapi kalau itu memang ranah pribadi Bapak, saya tidak memaksa anda untuk menjawabnya." Sambung Aletha setelah tiada satupun kata yang terlontar dari bibir Ryshaka. Kali ini ia benar-benar canggung.

"Saya memilih opsi yang kedua kalau begitu. Saya tidak harus menjawabnya, 'kan?" Jawab Ryshaka seraya menaikkan sebelah alisnya. Ternyata menggoda Aletha bisa semenyenangkan ini.

Manik mata Aletha menatap Ryshaka dengan sengit.

Ia memang tak ada keterikatan apapun dengan atasannya, namun ketika mendapati Ryshaka sedang berduaan dengan wanita lain ia merasa kesal sendiri. Terlebih lagi pria tersebut seperti berbelit-belit saat menjawab pertanyaannya.

"Terserah Bapak saja, saya pulang dulu, kalau Bapak masih merasa lelah silahkan istirahat lagi." Jawab Aletha ketus, ia kesal karena rasa penasarannya tak mendapatkan jawaban.

"Saya yang akan mengantar kamu!" Ucap Ryshaka final, tak ingin perkataannya di ganggu gugat.

"Saya sudah pesan ojol, jadi terima kasih banyak atas tawarannya." Sahut Aletha seraya menunjukkan layar handphonenya kepada Ryshaka.

Ryshaka yang mengetahuinya hal tersebut langsung merampasnya.

" Itu bukan penawaran melainkan perintah dari saya!" Ucap Ryshaka sembari menekan tombol cancel pada aplikasi ojol tersebut.

Aletha membelakkan matanya melihat itu.

"Otoriter sekali pria ini!" Dumel Alettha dalam hati.

"Ayo!" Seru Ryshaka, ia menarik pergelangan tangan Aletha.

Untung saja suasana kantor kini begitu sepi, karena jam kerja telah usai beberapa saat yang lalu.

Namun tetap saja pemandangan Ryshaka yang menggandeng Aletha tak luput dari perhatian seorang wanita yang kebetulan masih berada di kantor tersebut.

"Seekor kupu-kupu mana lagi yang kini menghinggapimu Ryshaka?" Ucapnya retoris. Senyum sinis tersemat di bibirnya yang dipoles gincu berwarna merah darah.

Wanita tersebut masih mengawasi gerak-gerik keduanya hingga mereka hilang dari pandangannya.

"Kita lihat saja berapa lama ia bertahan berada di sisimu." Ucapnya seraya meninggalkan tempat tersebut.

Di lain tempat Aletha menggerutu kesal karena sedari tadi Ryshaka seperti tak ada niatan sama sekali untuk membuka percakapan. Ia kan penasaran setengah mati!.

Karena merasa kebosanan Aletha pun memejamkan matanya, secara perlahan ia terbuai ke alam mimpi.

Ryshaka menyunggingkan senyum tipisnya mengetahui Aletha tertidur, ia bukannya tidak tahu jika Aletha sedang merajuk kepadanya karena ia yang enggan memberikan penjelasan apapun, ia sangat tahu itu.

"Belum waktunya kamu tahu, Baby girl," Ucapnya seraya mengelus pelan surai halus Aletha.

"Aku belum siap ditinggalkan lagi jika kamu mengetahui lebih banyak fakta mengenai diriku." Sambung Ryshaka.

Aletha berjengit kaget atas sentuhan pelan Ryshaka pada tidurnya, sebelah tangannya memukul pelan bahu Ryshaka sebelum ia memejamkan matanya kembali. Ryshaka meloloskan tawanya melihat itu.

"Dasar!"

Sudah 1 jam lamanya Ryshaka menyusuri jalanan ibukota tanpa tahu arah yang harus ia tuju, ingin rasanya hati membangunkan Aletha untuk menanyakan dimana tempat tinggalnya, namun ia enggan membangunkan wanita tersebut karena raut wajahnya yang kelelahan nampak begitu jelas.

Ryshaka menggaruk kepalanya bingung.

"Kenapa sebelum ia tertidur aku tak menanyakan tempat dimana terlebih ia tinggal terlebih dahulu?" Ucap Ryshaka retoris.

"Masih jam 6 sore, sepertinya tak masalah jika aku membawanya ke apartemen, sembari menunggu ia bangun." Ryshaka nampaknya mulai kehilangan akalnya karena sedari tadi berbicara pada dirinya sendiri.

Aletha adalah wanita pertama yang ia bawa menuju apartemen tempat ia tinggal. Meskipun dari luarnya ia terlihat seperti Don Juan dengan segudang wanita mengelilingi hidupnya, tapi ia belum pernah memasukkan mereka semua ke dalam kediamannya itu.

Ryshaka membopong tubuh Aletha yang terlihat mungil ketika berada dalam rengkuhannya.

Sepertinya wanita itu sangat kelelahan, karena hingga kini ia masih terbuai di alam mimpinya.

Secara perlahan Ryshaka menidurkan Aletha di ranjang empuk di kamarnya, sekaligus menjadi godaan terbesar bagi lelaki sepertinya.

Melihat seorang wanita yang tertidur pulas seolah pasrah atas apapun yang ia lakukan padanya.

Seolah masih belum cukup dengan semua itu, Aletha tiba-tiba merenggangkan tubuhnya disusul dengan bunyi lenguhan pelan yang berasal dari bibir manisnya. Menjadikan kemeja yang ia kenakan sedikit tersingkap.

"Oh, shit!" Ryshaka meraup wajahnya singkat, ia frustasi dengan keadaan yang dialaminya kini.

"Ryshaka bodoh, kau membuat keputusan yang menjadi bumerang bagi dirimu sendiri!" Rutuknya pelan, merujuk pada jiwa lelakinya yang terpancing oleh gerak sensual yang tak sadar telah dilakukan oleh Aletha.

Tangannya dengan cepat menarik ujung kemeja Aletha agar tertutup kembali, secepat itu pula ia menarik kembali tangannya.

Meski kulit telanjang Alettha hanya sekilas tersentuh oleh jemari Ryshaka, tapi itu sudah cukup untuk membuat lelaki tersebut kalang kabut.

"Dasar, Testosteron murahan!" Rutuk Ryshaka pada dirinya sendiri.

Lebih baik Ryshaka mencari jalan aman, ia pergi dari kamar tersebut untuk menghindari sesuatu yang sangat ia inginkan.

Ia melangkahkan kakinya menuju area dapur, mengambilnya sebotol red wine untuk menghangatkan tubuhnya.

Aroma wine yang menguar begitu memanjakan indra penciumannya, Ryshaka menghirup napasnya dalam-dalam, merasakan sensani memabukkan dari minuman tersebut.

Suara langkah kaki yang perlahan mendekat membuat Ryshaka mendongakkan wajahnya, ia mendapati Aletha berdiri dihadapannya. Upaya Ryshaka untuk menenangkan diri telah sia-sia ketika melihat penampilan Alettha yang telah bangun dari tidurnya.