Chereads / Anti Romantic / Chapter 9 - 9. Siapa Lagi Wanita Ini?

Chapter 9 - 9. Siapa Lagi Wanita Ini?

Aletha berusaha menghirup napasnya dalam-dalam, ia berusaha mengenyahkan segala pemikiran aneh yang tiba-tiba merasuki benaknya. Sesuatu yang sangat tidak berguna, namun mampu mengusik akal sehatnya.

Seperti, meremat wajah pria sok tampan yang selalu dikerumuni oleh para wanita cantik. Tadi Karina, sekarang Michelle, nanti siapa lagi?

Oh ya, sepertinya Jasmine yang belum datang untuk berkunjung, seperti yang biasa wanita itu lakukan.

Aletha menggelengkan kepalanya kuat, mengurusi kisah percintaan General Manager tidak masuk ke dalam tanggungjawabnya. Jadi tidak usah dihiraukan.

Itu dia pointnya Aletha, tidak usah pedulikan.

Tetapi mengapa dari tadi manik matanya terus melirik ke arah jam kecil yang ada di sudut komputernya?

Ini sudah pukul 5 sore, itu artinya wanita tersebut sudah menghabiskan 2 jam lebih berada di ruangan yang kedap suara bersama Ryshaka.

Aletha merutuki ruangan itu hingga ia tidak dapat mengetahui apa yang keduanya tengah lakukan di dalam sana.

Aletha mendengar suara kasak kusuk yang berada di sebelahnya.

"Apa pekerjaanmu masih banyak Aletha?" Tanya Dashi.

"Aku sudah selesai, Dashi. Tapi dari tadi Pak Ryshaka masih belum menunjukkan batang hidungnya, rasanya sedikit sungkan kalau aku pulang terlebih dahulu." Jawab Aletha.

"Benar juga. Tapi bukankah dia menghabiskan waktu yang terlalu lama di dalam sana? Tidakkah kau ingin melihatnya sekedar untuk mengecek keadaannya?" Tanya Dashi.

Aletha melepaskan tawanya mendengar perkataan Dashi, atasannya sudah terlalu dewasa untuk di jenguk keadaannya.

"Tapi kurasa ia sudah terlalu dewasa untuk di khawatirkan seperti itu."

"Kau jelas tahu kecemasan apa yang dimaksud." Ucap Dashi, berusaha memprovokasi pikiran Aletha.

Dashi melihat gelagat aneh Aletha yang sedari tadi mencuri lihat ke arah ruangan Ryshaka.

"Seperti menerapkan teori reproduksi?!" Seru Aletha sembari membelakkan bola matanya, ia sendiri kaget dengan pemikirannya yang bisa sampai ke arah sana.

"Bukan bermaksud untuk menyangkal atau membenarkan tuduhan mu. Tapi Ryshaka adalah seorang pria dewasa, aku tak akan terkejut bila dugaan mu ternyata benar," Jawab Dashi.

"Kalau begitu aku pulang dulu Alettha, sampai jumpa!" Sambung Dashi. Meninggalkan Aletha dengan segudang pemikiran yang sedang berkecamuk dalam otaknya.

Aletha menoleh pada area sekitar ruang kerjanya, beberapa lampu telah dimatikan karena jam kerja memang telah usai.

Buka?

Tidak?

Buka?

Tidak?

Aletha menghitung dengan jemari lentiknya atas keputusan yang harus ia ambil.

Kalau ia tiba-tiba membuka ruangan tersebut dan ternyata mendapati Ryshaka sedang berbuat asusila seperti yang ia bayangkan, bukankah akan terasa canggung.

Lalu kau akan membiarkan pria flamboyan itu menanam benihnya di dalam sana Aletha?

Tentu saja tidak.

Aletha melangkahkan kakinya perlahan menuju ruangan yang tengah tertutup rapat dihadapannya.

Menolehkan sekilas pandangannya pada area sekitar, sekedar memastikannya aman.

Aletha sontak menepuk keningnya atas tindakan absurd yang ia lakukan.

Untuk apa ia bertindak seperti maling, ia adalah seorang asisten dan memasuki ruang kerja atasan adalah tindakan yang sangat wajar.

Setelah memasukkan kata sandi yang sengaja dipasang pada pintu-yang hanya dirinya dan si empunya yang tahu, ia mendapati ruangan itu begitu hening, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan disana.

Aletha menyusuri ruangan tersebut dengan seksama. Dan ia melihat Ryshaka sedang meringkuk pada sofa yang tidak bisa dibilang cukup untuk menampung tubuh jangkungnya.

Lalu kemana perginya wanita itu?

Alettha bertanya-tanya.

Sesaat kemudian pintu toilet terbuka, menampilkan sosok yang sedari tadi sedang ia cari.

Michelle memicingkan sebelah matanya melihat keberadaan Aletha.

Dagunya terangkat tinggi, membuat gestur bahwa ia merendahkan wanita di depannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Michelle.

"Aku sedang bertanya-tanya apa yang sedang kalian lakukan hingga menghabiskan waktu begitu lama." Ucap Aletha.

"Apakah masih perlu diuraikan pertanyaanmu itu?" Ucap Michelle sembari menolehkan netranya pada pria yang sedang tertidur nyenyak.

Aletha bukan wanita dungu, ia bisa menangkap arti dari gesture tubuh Michelle.

"Anda pasti sedang mengada-ngada!" Sangkal Aletha.

"Sstt... Jangan berbicara terlalu keras, Ryshaka sudah banyak kehilangan tenaganya, jadi tolong jangan ganggu waktu istirahatnya!" Ucap Michelle.

Dari sekian banyak wanita yang berada di sekitar Ryshaka, Michelle adalah yang nomor satu, yang bisa memancing rasa amarahnya sampai kepalanya terasa mendidih.

"Ryshaka bukan pria yang seperti itu!" Sangkal Aletha.

"Kau terdengar yakin sekali saat mengucapkannya, heh?" Tanya Michelle.

"Ryshaka pernah berkata padaku, mereka semua berucap tanpa tahu fakta yang sebenarnya serta menambahkan segala opini yang ada di benak mereka." Ucap Aletha.

"Terdengar seperti ucapan seekor pejantan yang berusaha menjerat mangsanya." Sahut Michelle sembari menarik sudut bibirnya, ia terlihat meremehkan argumen Aletha.

Segala perkataan yang kedua lontarkan membuat Ryshaka terbangun dari tidurnya nyenyaknya. Ia menggosok matanya dan berusaha memfokuskan pandangan matanya pada sosok yang sudah mengganggu waktu istirahatnya.

"Kau masih disini Michelle?" Tanya Ryshaka.

Michelle yang mendengar hal tersebut pun merasa senang, karena ternyata eksistensinya jauh disadari daripada kehadiran Aletha.

"Aku sedang menunggumu bangun dari tidurmu terlebih dahulu, baru aku bisa meninggalkan ruangan ini, Darl." Ucap Michelle dengan suara yang dibuat mendayu-dayu, kemana perginya suara penuh intimidasi yang sebelumnya telah ditujukan padanya?

Dan apa itu Darl?

Yang Alettha tahu adalah dadar gulung atau dadar jagung.

Skip Aletha, itu tidak penting!

"Aku sudah bangun dan sekarang kau bisa pergi dari sini!" Ucap Ryshaka sarat akan nada pengusiran.

"Dan juga Aletha?" Ucap Michelle, ia tidak terima bahwa kehadiran dirinya tidak diinginkan oleh lelaki itu.

"Tanpa Aletha!" Sahut Ryshaka singkat.

"Kenapa bisa seperti itu, Darl. Mengapa hanya kehadiranku saja yang tak kau inginkan?" Ucap Michelle merajuk, ia menghentakkan sebelah kakinya karena merasa kesal.

"Bukan seperti itu maksudku Michelle, aku masih ada sedikit urusan dengan Aletha dan aku tak ingin membuatmu menunggu dengan kebosanan." Ucap Ryshaka penuh nada kelembutan, mirip seperti suara pria yang sedang membujuk kekasihnya yang sedang merajuk.

Perut Aletha terasa mual melihat drama picisan yang tersaji di hadapannya. Ia mengalihkan pandangannya netranya ke arah lain, ia merasa muak.

"Maafkan aku Darling, aku tidak tahu kalau kau mengkhawatirkan diriku." Ucap Michelle.

Telinga Aletha terasa pengang mendengar drama picisan yang kini telah menjadi-jadi.

"Kalau begitu aku pergi dulu ya Darling, sampai nanti." Pamit Michelle yang disusul oleh bunyi kecupan, entah itu di pipi atau di bibir, Aletha sudah tak peduli lagi.

Anggap saja ia seorang mannequin, yang tak dapat mendengar ataupun melihat tingkah laku keduanya.

Aletha membalikkan tubuhnya setelah memastikan wanita tersebut sudah enyah dari ruangan ini, meninggalkan ruangan dengan bunyi pintu yang ditutup pelan.

Kini dirinya hanya berdua dengan pria yang sudah Aletha cap sebagai Don Juan, pecinta wanita sejati.