Karina mendudukkan pantatnya pada sebuah kursi kerja yang ada di ruangan tersebut.
"Tidak biasanya kamu datang padaku tanpa appointment terlebih dahulu."
"Aku ingin menuntut penjelasan padamu. Kau tahu berkaitan dengan apa?" Karina menaikkan alisnya tinggi-tinggi tak ada lagi raut mimik menggoda pada wajahnya.
Ryshaka menyunggar rambutnya, kebiasaan yang suka ia lakukan saat sedang dilanda pemikiran yang terasa berat.
"Perekonomian perusahaan sekarang tidak bisa dikatakan baik, mencari investor yang bisa menyuntikkan dananya pun tak semudah membalikan telapak tangan, dan kamu membiarkan mereka pergi begitu saja? Sebenarnya apa yang ada dibenak mu?"
Bibir Ryshaka terlalu kelu sekedar untuk membuat kalimat sanggahan. Ini murni kelalaiannya.
"Apa kamu tidak berpikir panjang, apa yang bisa mereka lakukan dengan perlakuan abaimu?"
"Aku sudah memikirkan masalah ini, tidak ada cara lain yang bisa dilakukan selain membujuk mereka kembali." Sahut Ryshaka.
Sudut bibir Karina tersenyum mendengar itu.
"Inilah saatnya kepiawaianmu dalam melobi seseorang diuji, aku dengar Pak Felix mempunyai seorang putri."
Ryshaka tahu kemana arah pembicaraan ini.
"Namanya Caramella, usianya masih cukup muda, 22 tahun."
Ryshaka mendengarnya dengan seksama.
"Tapi ada satu masalah. Tidak ada yang tahu keberadaannya."
Informasi yang Ryshaka dapat sudah lebih dari cukup, selanjutnya tinggal detektifnya yang akan mengurus masalah ini.
"Baiklah informasi yang kamu berikan sudah cukup, aku tahu apa yang harus dilakukan."
"Good Boy!" Sahut Karina dengan senyum cerianya, inilah yang ia suka dari Ryshaka. Ia tak akan segan untuk menggunakan cara yang licik agar tujuannya bisa tercapai.
Karina bangkit dari duduknya, ia berjalan melewati belakang tubuh Ryshaka dan menumpukan jemari lentiknya pada pundak Ryshaka yang terasa tegang.
"Buat dirimu senyaman mungkin, jangan berpikir terlalu keras."
Ryshaka berusaha merilekskan tubuhnya, pijatan lembut Karina pada pundaknya cukup membuatnya tenang.
"Apa kau juga bisa melakukan pijatan lembut pada kepalaku?"
"Sure!" Sahut Karina cepat.
Ryshaka memejamkan matanya sejenak, berusaha mengosongkan isi pikirannya yang terlalu penuh.
"Do you need something more relaxing?" Ucap Karina pelan ke arah telinga Ryshaka. Sebuah kalimat seductive yang bisa Ryshaka pahami apa maksud di baliknya.
Ryshaka menegakan kembali tubuhnya mendengar itu.
"Jangan membuat spekulasi yang bisa memperburuk citraku!"
"Benar juga, aku mendengar kabar sepintas lewat dalam pendengaranku, bahwa perusahaan ini mempunyai General Manager seorang Casanova." Ucap Karina.
Ryshaka memutar bola matanya malas.
"Kau tahu sendiri, aku tak pernah melarang seseorang untuk berpikir buruk tentangku, menutup telinga jauh lebih mudah dilakukan, daripada menarik urat untuk sebuah kalimat penyangkalan."
Sikap acuh Ryshaka terkadang memang berlebihan.
"Aku juga tidak tahu dari mana berita menjijikkan seperti itu menyebar."
Ryshaka mengedikan bahunya acuh. Itu bukan sesuatu yang layak untuk dibahas.
"Tapi kau tahu apa yang sebenarnya terjadi, mereka terlalu melebih-lebihkan." Ucap Ryshaka.
"Benar sekali, bagaimana mungkin seseorang yang dijuluki Casanova tetap abai saat ada wanita yang terang-terangan berusaha menggodanya?"
"Aku punya pengendalian diri yang cukup baik."
"Tapi tidak sebelum ini." Ucap Karina.
"Jangan membuat perkataan yang memancing rasa penyesalanku!"
Kirana menggelakan tawanya mendengar itu.
"Sampai kapanpun kau harus tetap diingatkan."
Ryshaka mengatupkan bibirnya, ia tak ada niat untuk menimpali ucapan Karina, karena pasti akan berbuntut panjang.
"Ada banyak pekerjaan yang harus kulakukan." Sebuah sindiran halus agar Karina segera enyah dari ruangan kerjanya.
Karina memutar bola matanya, ia merasa jengkel.
"Baiklah Mr. Cool box, jangan lupa nanti malam kita ada janji!"
"Aku tidak ingat pernah berkata seperti itu?" Ryshaka mengerutkan alisnya bingung.
"Memang tidak." Sahut Karina enteng.
"Tapi apakah kau tidak ada niat untuk menghabiskan malam dengan ku?" Ucap Karina dengan gaya menggoda.
Lama-lama Ryshaka habis kesabaran mendengar kalimat menggoda yang keluar dari bibir Karina. Ryshaka hanya memandang Karina dengan tatapan kosong.
"Baiklah aku tahu, jangan menampilkan ekspresi jengah seperti itu!" Karina mengangkat kedua tangannya ke atas, membuat gestur bahwa ia kalah.
"Good bye, My man!" Karina mengecupkan bibirnya di pipi tirus Ryshaka bertepatan dengan Aletha mengetuk pintu dan kemudian membukanya.
Pemandangan itu tak luput dari perhatian Aletha.
Aletha dari awal sudah bisa menebak, bahwa membiarkan dua orang dewasa pada ruangan yang sama bukanlah hal yang bagus.
Ryshaka mengangkat sebelah alisnya melihat kemunculan Aletha yang secara tiba-tiba.
"Ada apa Aletha?"
"Ah..Eh! saya baru ingat belum membuatkan minuman untuk Ibu Karina." Dari nada bicaranya saja Karina bisa menebak bahwa wanita di hadapannya ini sedang membual. Lagipula ia sudah hampir satu jam berada di ruangan ini dan ia baru menyadari itu?
Drama yang mereka berdua perankan terlihat menarik di mata Karina, apakah ini semacam tarik ulur?
"Aku sudah akan pergi dari sini, jadi kamu tidak perlu repot-repot." Ucap Karina.
Sedangkan Alettha tetap berdiri di tempatnya mendengar perkataan Karina.
"Ada apa lagi Aletha?" Tanya Ryshaka yang melihat Aletha tetap diam mematung di tempatnya.
"Ada beberapa hal yang ingin saya diskusikan dengan Bapak." Ucap Aletha dengan nada yang terlalu pelan untuk didengar, seolah tak yakin dengan ucapannya sendiri.
"Tapi kamu sepertinya tidak membawa berkas apapun?" Karina bertanya pada Aletha.
"Email, semua data-data sudah berada di sana!" Sahut Alettha cepat.
Karina rasanya ingin menyemburkan tawanya mendengar itu, ucapannya saat sedang gugup terasa menggelitik baginya.
"Kalau begitu silahkan masuk Aletha, dan Karina, apa kau sudah bisa enyah dari sini?"
Aletha mengerutkan alisnya, ia tak suka mendengar ucapan yang ditujukan pada Karina. Sebuah kalimat yang tersirat bahwa hubungan keduanya sudah dekat.
Aletha memijat kepalanya pening, bukankan kemarin sang atasan masih mempunyai affair dengan perempuan bernama Jasmine dan hanya selang beberapa saat ia sudah menjalin hubungan dengan yang lainnya. Aletha hanya bisa menggelengkan kepalanya mengetahui fakta tersebut.
"Aku memang sudah akan pergi dari sini." Ucap Karina seraya pergi dari ruangan dan meninggalkan aroma parfum semerbak bunga yang tetap membuat Aletha pusing.
Aletha melangkahkan kakinya menuju Ryshaka, dan duduk berhadapan dengannya.
"Sebelum ini saya mendapat email dari beberapa investor, mereka ingin diadakan rapat temu." Ucap Aletha.
"Sepertinya ini berkaitan dengan mereka yang ingin menarik kembali saham mereka." Imbuh Aletha.
Ryshaka sudah bisa menebak bahwa kejadian ini akan berbuntut panjang.
"Segera atur schedule untuk rapat pertemuan." Sahut Ryshaka singkat.
"Baik Pak."
"Dan saya ingin laporan cash flow 3 bulan ke belakang ada di meja saya."
Aletha tidak langsung meninggalkan ruangan mendengar perintah itu.
Ia meneliti dengan seksama penampilan Ryshaka. Baguslah rupa pria itu masih sama dengan terakhir ia menginjakkan kakinya di ruangan ini dan di lihat dari gelagatnya mereka tidak berbuat sesuatu seperti yang ada dalam benaknya.