"Ternyata kejadian di masa lampau tetap tidak bisa membuatmu berubah menjadi pribadi yang lebih baik." Ucap Ryshaka dengan miris.
Pandangan matanya begitu dingin setelah menemukan fakta baru yang terpampang nyata di depan wajahnya.
"Aku bertanya-tanya siapa yang beraninya memasukkan bajingan tengik sepertimu ke dalam perusahaan ini?!" Ryshaka mengusap tangan pada dagunya, otaknya berpikir keras.
Pertanyaan Ryshaka di sambut oleh keheningan ruang, tak ada seorang pun dari mereka berdua yang berinisiatif untuk menjawabnya.
"Kau bisa keluar dari sini!" Ucap Ryshaka pada wanita tersebut, isak tangisnya membuat fokus Ryshaka terpecah.
Wanita itu sekilas mengalihkan pandangan matanya pada pria di sebelahnya, sepertinya ia tak rela membiarkannya hanya berdua dengan manusia yang memiliki aura seperti pembunuh.
"Kau tidak mendengar perkataanku?!"
Tanya Ryshaka dengan nada yang lebih keras karena perkataannya telah diabaikan.
"Pergi ke ruang HRD untuk mengambil surat pemutusan kerjamu!" Ucap Ryshaka
"Tapi..." Wajah wanita itu menampilkan ekspresi memelas atas keputusan sepihak Ryshaka.
"Sekarang!" Ucap Ryshaka tak ingin keputusannya di ganggu gugat.
Wanita itu bergegas lari keluar dari ruangan, tak ingin mencari masalah lebih jauh lagi dengannya.
Untuk pertama kali dalam hidupnya Ryshaka kehilangan kendali diri.
Ia memukul kuat wajah pria yang kini berada di hadapannya hingga darah kental mengalir di satu sisi hidungnya.
Bugh!
"Itu untuk kejadian 2 tahun yang lalu dan belum sempat ku lakukan!"
Bugh!
"Ini untuk kelakuan menjijikan mu karena telah berbuat asusila di perusahaan ini!"
Bugh!
"Ini untuk Aletha yang telah melihat kelakuan bejatmu!"
Ryshaka meninggalkan ruangan tersebut setelah puas sudah melampiaskan rasa amarahnya pada Calvin- seorang pria yang baru saja ia hajar habis-habisan. Tangannya terasa kebas akibat kerasnya pukulan yang telah ia layangkan pada wajah pria itu.
Satu masalah baru muncul dalam hidup Ryshaka. Ia sebelumnya telah mem-blacklist nama Calvin agar tidak bisa menginjakkan kakinya di perusahaan ini lagi.
Namun tadi ia melihat ada sebuah ID card yang tergantung di lehernya yang bertuliskan IT Dept. Itu artinya Calvin memiliki koneksi orang dalam yang bisa mengantarkan dirinya menuju perusahaan ini.
Menarik.
Karena sepertinya ada orang yang ingin mencoba bermain-main dengan seorang Ryshaka.
Sudut bibir Ryshaka terangkat membentuk seringai sinis.
Ryshaka berjalan lurus menuju ruang kerjanya dan ia harus melewati sekumpulan manusia yang serba ingin tahu dengan tindak tanduknya.
Kepalan tangan yang berlumuran darah pun tidak luput dari perhatian mereka. Menambah kasak kusuk yang awalnya samar menjadi terdengar jelas.
Sebuah tanda tanya besar hinggap di pikiran mereka, bagaimana bisa atasan mereka yang biasanya bersikap Flamboyan kini bertransformasi menjadi titisan Lucifer?
Ada apakah gerangan?
Disaat beberapa orang merasa bulu kuduknya meremang melihat kemarahan yang terlihat jelas dari wajah pria tampan berusia 36 tahun itu, namun ada juga yang semakin terpesona dengan aura maskulinitas-nya.
"Apa kau melihat itu? Kenapa wajah bengisnya malah semakin membuatku bergetar?" Ucap salah satu suara wanita pada temannya yang entah berasal dari mana.
"Menjijikkan!" Gumam Ryshaka.
Apakah wanita itu tidak sadar ia telah melontarkan suara yang bisa dikatakan keras. Semurah itukah?
Aletha bangkit dari tempat duduknya ketika dilihatnya Ryshaka hendak masuk ke ruang kerjanya. Ia ingin memberikan informasi bahwa ia sudah mengatur schedule berkaitan dengan rapat temu para pemegang saham, namun saat wajah itu menampilkan mimik bengis, ia jadi urung melakukannya.
Dashi yang duduk bersebelahan dengan Aletha pun menyadari itu.
"Kau tahu apa yang terjadi?" Tanya Dashi, karena yang ia tahu Aletha adalah orang yang terakhir berinteraksi dengannya.
Aletha menggigit bibirnya cemas.
Apakah Ryshaka marah padanya karena ia terlalu lama mengambil berkas seperti yang pria itu minta?
Tapi jika memang benar seperti itu, apakah rasanya tidak terlalu berlebihan?
"Sepertinya aku sudah membuat kesalahan." Bibir Aletha bergetar saat mengucapkannya.
"Sudah kuduga karena kau adalah orang yang terakhir bertemu dengannya." Dashi membenarkan ucapan Aletha.
"Tadi Pak Ryshaka memintaku untuk mengambil berkas di ruang arsip, mungkin ia berpikir bahwa aku mengambilnya terlalu lama hingga ia mengikutiku ke sana." Aletha menjelaskan kronologi kejadian tersebut minus ketika ia melihat sepasang kekasih sedang bercinta.
Mungkin ia sedang halusinasi saja saat itu.
"Bukan sebuah kesalahan yang fatal hingga membuatnya semarah itu." Gumam Dashi seraya menopang kepala dengan tangannya.
"Bisa saja, suasana hati pria itu sukar sekali untuk di tebak, layaknya cuaca. Suatu ketika pria itu bisa sangat menjengkelkan hingga aku ingin mengumpatnya sepanjang hari, kemudian saat suasana hatinya membaik perlakuannya bisa begitu manis." Aletha tanpa sadar menyuarakan isi hatinya.
"Ryshaka? Manis?" Kening Dashi berkerut mendengarnya.
"Don Juan sepertinya memang selalu bersikap manis, tapi itu hanya berlaku untuk para wanita cantik yang bisa memuaskan hasratnya, tentu saja tidak bagi kita." Sambung Dashi.
Aletha menepuk pelan bibirnya, bagaimana bisa ia kelepasan bicara.
"Ya, itu dia maksudnya." Timpal Aletha.
Di tengah percakapan Aletha dan Dashi yang sedang menggosipkan atasan mereka, datanglah seorang wanita cantik. Ia mengenakan gaun yang begitu ketat dan minim hingga tidak bisa menutupi tubuhnya dengan semestinya. Belahan dadanya yang terlalu rendah hingga menampilkan sedikit payudaranya. Semua aset yang ada pada dirinya terlihat berlekuk dengan indah.
"Bisa bertemu dengan Ryshaka?" Tanya wanita tersebut dengan suara yang dibuat mendayu-dayu.
Aletha segera bangkit dari tempat duduknya.
"Ibu sudah membuat appointment sebelumnya?" Tanya Aletha dengan formal.
Aletha tidak tahu apakah ia salah dalam berucap, hingga wanita cantik tersebut menampilkan mimik wajah yang sinis.
"Apakah harus?"
"Tentu saja, itu adalah prosedur yang telah diterapkan dalam perusahaan ini." Jawab Aletha.
"Persetan dengan semua SOP yang diberlakukan perusahaan ini, aku hanya ingin bertemu dengan kekasihku!"
Sesaat setelah mengucapkan kalimatnya, wanita tersebut meraih handle pintu untuk masuk ke dalamnya.
Aletha memutar matanya jengah, selalu saja ada wanita yang ingin bertemu dengan GM-nya, dan lucunya mereka semua menggunakan alasan yang sama yaitu, bertemu dengan kekasih.
Jika dihitung dengan jari maka tak akan cukup dengan banyaknya wanita yang berusaha untuk bertemu dengan atasannya.
"Kenapa tidak bisa di buka!" Wajahnya sudah semerah tomat, menghadapi kendala yang muncul hingga memperlambat langkahnya bertemu dengan sang pujaan hati.
"Saya sebelumnya sudah bertanya, apakah Ibu sudah membuat janji atau belum, karena anda tidak bisa memasuki ruangan itu sesuka hati Ibu." Ucap Aletha.
"Hubungi Ryshaka, aku ingin mendengar kalimat itu langsung dari bibirnya!"
"Baik, Ibu bisa tunggu di sebelah sana terlebih dahulu.''
Ucapan Aletha di abaikan oleh wanita tersebut.
"Mohon maaf sebelumnya, anda dengan Ibu siapa?" Tanya Aletha.
"Michelle!" Ucapnya singkat.
Aletha menghubungi Ryshaka lewat interkom yang ada di meja kerjanya, menganggukkan kepalanya singkat ketika atasannya memperbolehkan wanita cantik yang bernama Michelle itu masuk.