Dia meletakkan saya ke bawah lantai. Meninggalkan tanda di mana-mana, terutama di leher saya. Dia meraih seluar dalam saya dan menyentuh ke kawasan intim dengan jari-jarinya. Dia memberi saya pandangan semula jadi dan saya memejamkan mata dengan ketat. Ketika dia hendak menurunkan seluar dalam, telefon bimbitnya tiba-tiba berbunyi berdering dengan kuat.
Saya merasakan tangannya berundur, dia berdiri dan pergi. Setelah saya merasakan dia sudah tiada, saya meringkuk di lantai dengan mata yang masih terpejam. Hati saya berdegup kencang
Dia mengatakan dia tidak akan melakukannya tapi dia tetap melakukannya, dia mengatakan dia tidak akan!
Tapi... Adakah saya bergurau?
Saya hanya hamba, saya bukan siapa-siapa.
Saya mengengam tangan saya di atas dada. Rasa kosong, tidak ada yang membuat saya merasa selamat. Saya tidak mempunyai cincin yang saya pakai sebagai rantai.
Itu selalu bersama saya, sehingga saya habis dijual.
Saya tertanya-tanya adakah ia masih ada di rumah anak yatim.
Saya sangat berharap dapat memilikinya sekarang.
Saya akhirnya membuka mata dan duduk melihat pakaian yang koyak di sebelah lalu mengambilnya. la terkoyak dengan cara yang pelik. Saya membiarkan rambut jatuh kedepan untuk menutupi dada.
Adakah dia akan kembali?
Adakah saya dibenarkan bergerak?
Saya tidak memahaminya, apa yang membuatnya marah?
Yang saya mahukan hanyalah kek. Adakah saya terlalu tamak?
Saya rasa saya....saya mendahului diri saya.
Saya tegang apabila mendengar langkah kaki turun dari tangga.
"Adakah itu penting?" Dia masih bercakap dengan seseorang. Dia menghela nafas, "Baiklah kalau begitu." Dia menutup telefon dan memandang saya, saya merenung lantai. Untuk beberapa saat dia tidak bergerak. Kemudian berjalan ke arah saya dan membongkok. Ketika dia menghulurkan tangannya ke pipiku, saya secara naluri mengundur dengan ketakutan dan membanting dinding dan tanpa menyedarinya saya menggigil.
"Adakah itu penting?" Dia masih bercakap dengan seseorang dan dia menghela nafas. " Baiklah kalau begitu" dia menutup telefon dan memandang saya merenung lantai. Beberapa saat tidak bergerak, dia kemudian berjalan ke arah saya dan meringkuk. Dia menghulurkan tangannya ke pipi saya, secara naluri saya mengundur dalam ketakutan dan tanpa menyedarinya saya menggigil.
Melalui sudut mata, sata melihat dia terkaku, tanggannya masih di udara. Dia mengundurkan tangannya dalam beberapa saat.
"Saya tidak akan mengulangi kata-kata saya berikan kepada anda." Dia berkata.
Saya meneguk, masih tidak menatapnya, "K-kamu akan pergi."
"Saya tidak." Dia berkata, suaranya sedikit putus asa, "Saya tidak. Saya tidak akan."
".." Saya menarik nafas panjang.
"Cakaplah." Dia mengetap giginya.
" saya membuat teman seb-buruk itu?"
Dia menghela nafas, "Ya. Kamu Hamba."
Saya memandangnya dengan mata dipenuhi dengan air mata panas yanga banyak dan saya menahannya. " Maafkan saya, saya tidak akan tamak lagi"
"Tamak?"
"..." suara saya berubah menjadi bisikan, saya merasa malu untuk mengatakan, tapi itu adalah kebenaran. " Saya tergoda dengan sepotong kek, dia berkata dia akan membelikan saya seberapa." saya memandang kaki dengan perasaan malu. Saya tahu itu bukan salah saya ketika dia menawarkan sepotong kek. Saya teringat ketika waktu saya masih kecil. saya akan menatap ke luar tingkap, itu perkara indah yang tidak pernah saya dapat.
Saya merasakan jarinya di pipi saya, sentuhannya membuat saya terkaku. Dia berhenti tanpa berbuat apa-apa lagi.
"Ada apa-apa yang anda mahukan sekarang?" dia bertanya dan saya memandangnya dengan keadaan bingung. "saya akan mendengarkan satu permintaan."
"Kalau begitu, mengapa kamu memberi saya banyak tanda"
"Kolar tidak akan menandakan harta benda saya." Dia memandang saya, "Apa yang anda mahukan?"
Tanpa berfikir banyak, saya menjawab tanpa sedar. " Cincin saya.." saya menyentuh dada saya, tempat di mana saya mempunyai cincin itu.
"Cincin?
"Saya mempunyai sebentuk cincin. Saya memakai di sekeliling leher saya sejak kecil dan tidak sesuai dipakai di jari saya"
"Adakah cincin yang kamu mahukan?"
"Ia penting, itu bukan hanya sekadar cincin. Cincin itu mempunyai ukiran di atasnya. Ibu saya memberikannya kepada saya"
"Ukiran apa?"
"Mi tesoro."
Saya melihat wajah Lexus berubah, dia kelihatan binggung. Saya tidak dapat membaca wajahnya dengan tepat. Dia nampak bercanggah?.
"Adakah itu penting kerana ibumu memberikannya kepadamu?"
"Tidak..."
"Tidak?"
"Ini penting kerana ini adalah satu-satunya perkara yang selalu ada bersama saya. Ini membuat saya berasa ... Selamat."
Lexus tersenyum, senyuman yang ikhlas.
Saya tertanya-tanya apa yang membuatnya tersenyum?
"Perkara penting ya ..." Dia berbisik dengan lembut, saya ragu seseorang dapat mendengar apa yang dia katakan.
"Sejak saya mengatakan saya akan menerima satu permintaan, saya akan menerima satu ini." Dia kemudian mengeluarkan telefonnya dan mengirim SMS kepada seseorang, "Bangunlah dan beristirahat, kita ada penerbangan untuk besok malam."
Apa? Kami? Penerbangan? Dia membawa saya ke suatu tempat? Kenapa? Dia tidak akan membuang saya, bukan? tapi dia mengatakan kita, jadi dia pergi ke suatu tempat dengan saya, mungkin dia tidak akan membuang saya.
"Penerbangan .. Di mana?"
"Ke Paris."