Bangkok tersenyum tipis. "Biarkan saja. Sekali-kali melihatnya terlihat lemah seperti ini, membuatku merasa nyaman karen akhirnya aku bisa membantu dirinya yang kerap kali merasakan kesulitan.
"Cih … kau sudah seperti menjadi ibunya saja. Apa kau merasa sebahagia itu karena bisa membantunya? Padahal terlihat sangat jelas tadi dia meragukan arti pertemanan itu sendiri," ujar Manila ketus.
"Kau bicara seperti itu, hanya untuk menutupi rasa cemasmu bukan?" Bangkok yang paham dengan keadaan Manila sekarang ini, kemudian merangkul temannya tersebut dan mencoba untuk menenangkannya.
"Aku tahu … untuk saat ini memang tidak mudah untuk membuatnya percaya pada kita. Tapi bukan berarti hubungan yang selama ini kita bertiga jalani menjadi sia-sia. Aku, Bandung dan kau kita bertiga adalah sahabat. Jangan hanya karena masalah sepele seperti ini, persahabatan kita menjadi rusak." Bangkok memberi kata-kata bijak untuk teman dekatnya tersebut.