Beijing menatap kosong ke arah sekitarnya, tidak seperti biasanya. Akhir-akhir ini suasana hati anak laki-laki tersebut jauh lebih memburuk dari sebelumnya. Terutama saat ia bersama dengan Berlin sebelumnya.
Mengapa ia bertahan sampai sejauh ini? tanya Beijing dalam pikirannya.
Ada banyak anak-anak dengan latar belakang yang buruk, berkumpul di SMA Algea. Dan kebanyakan anak-anak tersebut tampaknya sama sekali tidak membereskan masa lalu mereka yang kotor, bahkan ketika mereka meninggalkan tempat kelahiran mereka sebelumnya.
Beijing yang berpikir bahwa dirinya selama ini, melihat dari sisi luar sadar bahwa dirinya sendiri juga ikut terjebak di dalam sisi tersebut.
Namun alih-alih menerima kenyataan tersebut, Beijing memilih untuk tetap menutup mata mengenai soal itu. Dia tidak ingin berpikir bahwa dirinya, berada di sisi sana, dia justru berusaha menyakinkan dirinya sendiri. Bahwa ia hidup di luar bayang-bayang persepsinya tersebut.