Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

RAHEL : IN MY LIFE

Aji_Aizen
--
chs / week
--
NOT RATINGS
12k
Views
Synopsis
Sebuah Organisasi Baru terlahir di era Global. Dengan adanya seorang jenius sebagai Leader. Organisasi itu menjadi Salah satu organisasi terkaya di Dunia. Rahel, putra seorang Leader terlahir dengan kekayaan di atas rata-rata. Karena sebuah konflik internal Rahel di asingkan ke sebuah tempat. Di tempat itu Rahel bertemu dengan seorang gadis Cina bernama Yuan Li. Cinta sejati mulai bersemi. DenganPertemuan antara orang-orang dari tiga negara, Cina, Jepang, dan Indonesia. Romansa cinta dan perebutan kekuasaan terus berlangsung.
VIEW MORE

Chapter 1 - PERTEMUAN

Yuan li salah satu wanita keturunan Tionghoa yang tinggal di Indonesia. Rambut terurai, Kulit putih dan mata sipitnya melambangkan kecantikan alami wanita cina seperti di film holywood.

Sejak kedatangan Yuan li. Orang pertama yang di kenal Yuan adalah Rahel. Tentu saja karna Rahel adalah tetangga Yuan li. Rumah mereka saling berhimpitan dengan hanya di batasi sehelai tembok dan sedikit pagar besi. Perkotaan memang begitu, selalu saja padat penduduk.

Kehadirnan Rahel dalam kehidupan Yuan tidak berlangsung baik. Rahel di kenal sebagai brandalan oleh masyarakat sekitar. Si tukang berkelahi dan pembuat onar. Orang tua Yuan selalu memperingati agar tidak bergaul dengan Rahel.

Namun bagi Yuan kali pertama melihat Rahel sungguh berbeda dari kebanyakan orang mengira. Rahel terlihat pendiam dan sopan kepada orang tua. Di tambah lagi Rahel selalu membantu pekerjaan ibunya setiap pagi.

Keesokan hari, kala mentari mulai bersemi di atas gunung-gunung pulau candi. Waktunya Yuan li pergi ke sekolah baru. Dia pergi bersama Ayahnya menggunakan mobil mewah. Sedang tak sengaja dari jendela kaca mobil itu dilihatnya seorang Rahel sedang berjalan kaki menuju sekolah. Dengan perasaan takut kepada Ayah. Yuan li hanya terdiam. Karena tau Ayahnya akan menolak jika Yuan mengajak Rahel juga di dalam mobil itu.

Sesampainya di sekolah, Yuan li bergegas mencari kantin untuk membeli permen mint. Karena sudah menjadi kebiasaan Yuan di sekolahnya yg dulu. Kebiasaan itupun sampai di sekolah barunya. Benar saja ketika murid laki-laki datang bergerombol menuju kantin. Tidak sedikit murid yang menggodanya. Lantas Yuan li hanya terdiam karena dia benci lelaki buaya.

Di antara gerombolan murid laki-laki Yuan melihat ada sosok Rahel. Sungguh kebetulan yang tidak di sengaja. Tetangga sekaligus teman sekolah. Pagi itu Yuan li terus memperhatikan Rahel karena di sekolah Rahel terlihat berbeda. Rahel tidak segan-segan memperbudak siswa lain. Di sana Yuan mendapati Rahel merokok dan di kelilingi banyak murid bak raja yang sedang duduk di atas singgasana.

"Kring-Kring "

Bel berbunyi, menandakan kegiatan belajar-mengajar akan segera di mulai.

Ibu guru Elen membawa Yuan li ke dalam kelas 12 A1. Di dalam ruang kelas itu Yuan li memperkenalkan diri layaknya murid baru. Respon dari murid lain sangat menggemparkan seperti perang Dunia ke dua di masa lalu. Tapi tidak dengan beberapa murid perempuan. Nampaknya ada beberapa murid yang cemburu dengan kehadiran Yuan li di dalam kelas.Kemudian Yuan li di persilahkan untuk duduk di bangku yang telah di sediakan. Lalu beberapa menit kemudian masuklah sosok Rahel bersama gengnya ke dalam ruang kelas. Sontak tatapan semua murid di dalam kelas berubah seketika. Suasana berisik yang tidak karuan berubah menjadi keheningan. Dalam hati Yuan terheran-heran dengan apa yang barusan di lihatnya. Bahkan bu guru Elen sendiri tidak sanggup berkata apa-apa.

Seusai pelajaran di dalam kelas. Tiba-Tiba datanglah seorang murid dari kelas lain menghampiri Rahel. Murid itu menantang Rahel berduel. Tidak butuh waktu lama, terjadilah perkelahian antar murid lelaki di dalam kelas itu. Sudah tidak diragukan lagi siapa pemenangnya, tentu saja Rahel. Melihat murid lelaki yang di hajar oleh Rahel sudah tidak berdaya, Yuan li mencoba menghentikan Rahel.

"Udah Rahel, udah! Please jangan mukul lagi," pinta Yuan li. Rahel pun mendengar ucapan Yuan li Kemudian pergi dengan acuh. Seluruh murid yang melihat kejadian itu terheran-heran dengan sosok Rahel yang luluh terhadap Yuan li. Sebelumnya Rahel dikenal sebagai orang yang ganas. Tidak punya belas kasih dan rasa ampun terhadap musuh.

Akhirnya senja datang. Sore hari di sebuah persimpangan Yuan li melihat Rahel sedang duduk bersama gengnya. Di tempat tongkrongan itu, sekali lagi Yuan li melihat Rahel merokok. Karena merasa ada yang salah dengan teman sekolahnya. Yuan li mencoba menghampiri Rahel, bermaksud memberi nasehat.

"Rahel, boleh gabung nggak?," tanya Yuan Li pada Rahel.

"Boleh," jawab Rahel pada Yuan li.

"Bisa nggak rokonya dimatiin dulu!" titah Yuan li.

Rahel mematikan rokoknya hingga tidak berasap lagi. Melihat kancing baju Rahel yang terbuka. Yuan li memasang kancing baju itu dengan kedua tangannya.

"Kamu mau ngapain?" tanya Rahel keheranan.

"Udah kamu diem aja!" seru Yuan li dengan lembut.

Kemudian menyisir rambut Rahel dengan kedua tangannya lagi. Rahel hanya terdiam dengan perlakuan Yuan li. Kejadian itu membuat iri teman-teman Rahel yang duduk tak jauh dari mereka berdua.

"Kenapa diem?" Yuan li bertanya.

"Emang harus ngomong apa?" Rahel berbalik tanya.

Sore itu adalah sebuah momen ketika Yuan li dan Rahel memiliki waktu untuk berbicara panjang lebar untuk pertama kalinya. Sebagai teman yang baik Yuan meminta Rahel untuk tidak berkelahi dan berbuat rusuh lagi. Melihat tatapan polos Yuan li Rahel lagi-lagi terdiam. "Yuan li ternyata orangnya cerewet." Mungkin seperti itu yang sedang di fikirkan Rahel.

Waktu berlalu terlalu cepat. Sebentar lagi petang akan melahap dunia ini. Semua orang di persimpangan itupun perlahan mengasingkan diri. Jalan pulang satu arah membuat Yuan li berjalan berdua bersama Rahel, teman sekaligus tetangganya. Baru kali pertama bagi Rahel merasa grogi berada di dekat Yuan li. Sepertinya mulai ada rasa yang berbeda. Perasaan itu tumbuh tanpa di kehendaki oleh pemiliknya.

Tiba-tiba...

Rahel menghentikan langkah kaki dan berkata "Pulanglah lebih dulu!"

Tetapi Yuan li enggan mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Rahel. Yuan li lantas menggelengkan kepala kemudian menggenggam tangan Rahel dan mengajaknya pulang bersama. Sengatan listrik pun muncul di sekujur tubuh Rahel. Perasaan waktu itu melebihi rasa grogi. Dengan perasaan cemas di selimuti bubuk kebahagiaan. Rahel akhirnya menurut saja.

"Tunggu!" Rahel menyeru.

Di pertengahan jalan pulang ada sebuah minimarket. Rahel pun bergegas menuju mini market itu dan menyuruh Yuan li menunggu di luar.

Antrian panjang membuat Yuan li bosan dan ikut masuk ke dalam mini market. Yuan li berdiri agak jauh dari Rahel. melihat Rahel membeli sebungkus rokok langganan nya. Yuan li merasa kesal pada Rahel. kira Yuan li Rahel melupakan sesuatu, ternyata hanya mampir membeli sebungkus rokok.

Di kasir minimarket, Rahel merogoh dompet dan hendak membayar rokok yang telah di pesannya. Langsung saja Yuan li memarahi Rahel dan menyuruhnya membatalkan membeli rokok itu. Tapi Rahel sengaja diam. Yuan li segera bertindak. Tetapi pelayan kasir itu berkata, "Mohon maaf barangnya sudah terinput di komputer, sudah tidak bisa di batalkan mbak." Alhasil terbelilah rokok yang di pesan Rahel.

"Kenapa sih, nggak dengerin kata-kata aku, Hel?" Yuan li merasa geram.

"Emang kamu siapanya aku harus di dengerin." Rahel menimpali pertanyaan Yuan li denga pertanyaan balik.

Yuan li hanya menundukan kepala. Mereka berduapun melanjutkan perjalanan pulang. Di perjalanan itu Rahel menyalahkan rokok nya. Sedang Yuan li hanya terdiam. Suasana itu berlangsung hingga keduanya tiba di depan rumah mereka masing-masing. Beberapa langkah dari rumah. Terdengar suara Yuan li memanggil Rahel lagi.

"Pulang sana! Cewek baik kaya kamu nggak cocok temenan sama aku." Rahel memperingati Yuan li.

"Kok kasar ngomongnya, Hel?" Yuan li bertanya dengan lembut.

"Kenyataannya emang gitu 'kan? Tidak usah bersimpati sama aku lah!" Rahel berusaha meyakinkan.

"Aku tulus kok Hel, cuma mau bilang gelang kamu jatuh!" Yuan li memberi penjelasan.

Rahel pun tersipu malu atas tindakannya. Dan mengheningkan diri seraya meraih gelang miliknya dari tangan Yuan li.

Awal dari pertemuan Rahel dan Yuan li ibarat seperti Kegelapan Yin dan Cahaya Yang. Dua orang yang memiliki kepribadian terbalik.

Bersambung ...