Chereads / Mystery of My Husband / Chapter 7 - Berkunjung ke perusahaan

Chapter 7 - Berkunjung ke perusahaan

Dinda bergegas menjelaskan: "Bu, Romeo Dodi adalah seorang bajingan yang tidak tahu malu, dia tidak hanya tidak pernah berpikir ingin meminjamkan uang kepada kita, dia juga memiliki niat buruk padaku, sekarang dia sudah di penjara, dan tidak akan pernah bisa keluar lagi seumur hidupnya. "

Setelah itu, Dinda berkata lagi: "Ini berkat Andi, jika bukan dia yang mendapatkan uang pinjaman 20 miliar ini, aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa."

Setelah mendengar perkataan Dinda, ekspresi Tiara menjadi sangat terkejut, orang yang tidak berguna yang selama ini selalu diremehkan olehnya ternyata adalah orang yang membantu mereka, sebaliknya, Tuan muda Romeo yang dianggap sebagai penyelamat, malah berakhir seperti itu.

Mengingat perkataan sindiran yang tadi dia katakan pada Andi, Tiara tiba-tiba merasa malu.

Tono tersenyum menyanjung dan berkata: "Tidak peduli siapa pun yang meminjamnya, pokoknya uangnya sudah didapatkan, itu bagus."

Tiara memelototinya: "Apanya yang bagus? Dinda masih harus membayarnya, kamu lihat masalah apa yang telah kamu buat ini, saat pulang nanti akau akan memperhitungkannya denganmu."

Wajah Tono memerah: "Oke, oke."

Pada saat ini, manajer Mustang Antik bergegas datang setelah mendengar suara mereka, dan berkata dengan dingin: "Tuan Tono, apakah kamu sudah mendapatkan uangnya?"

Tono bergegas berkata: "Sudah, sudah, uangnya dalam bentuk cek."

Setelah itu, Tono menoleh dan melihat ke manajer Mustang Antik: "Itu? Apakah aku sudah boleh pergi sekarang?"

Manajer Mustang Antik melambaikan tangannya: "Tentu saja."

...

Setelah pulang.

Tiara berkata dengan marah kepada Andi: "Mengapa kamu masih tertegun? Buatkan semangkuk mie untuk ayah."

Andi berkata sambil tersenyum: "Oke, aku akan pergi sekarang."

Tono menatap istrinya dengan cemas dan berkata dengan tersenyum menyanjung: "Istriku, kali ini untung ada kamu dan Dinda, kalau tidak aku tidak tahu bagaimana keadaanku sekarang."

Ketika Tono tidak mengatakannya itu masih baik-baik saja, begitu dia mengatakan itu Tiara langsung menjadi semakin marah.

"Kamu masih enak mengatakannya, jika kamu tidak memecahkan vas di Mustang Antik, apakah kamu perlu memberikan uang 20 miliar kepada mereka?"

"Ini semua salah Andi, jika dia tidak memarkir mobil di Antique Street, aku tidak mungkin melihat vas itu, apalagi memecahkannya."

Tono segera melepaskan tanggung jawab dan melemparkannya pada Andi.

Namun, Tiara menjadi lebih marah dan berkata: "Sekarang keluarga kita berhutang begitu banyak uang kepada orang, apa yang harus kita lakukan?"

Tono tersenyum menyanjung dan berkata: "Istriku, aku tahu aku salah."

Ketika Dinda melihat kedua orang tuanya, dia mengerutkan kening, dan berpikir dalam hati: Meskipun teman Andi tidak terburu-buru meminta mengembalikan uang itu, namun keluarga mereka masih memiliki 4 miliar sekarang, jadi lebih baik dibayarkan dulu.

Pada saat ini, Andi berjalan datang dan meletakkan mangkuk di depan Tono.

Melihat ini, Dinda tidak lagi ragu-ragu, dan dia berkata kepada Tiara: "Bu, uang 4 miliar kita berikan saja pada Andi dulu, suruh dia mengembalikannya kepada temannya."

Tiara mengerutkan kening, dan berkata dengan nada tidak puas: "4 miliar diberikan semua? Jika demikian bagaimana keluarga kita bisa bertahan hidup."

Setelah itu, Tiara melirik Andi lagi, dia berkata sambil tersenyum: "Andi, bisakah kamu katakan pada teman kayamu untuk memberikan sedikit waktu."

Andi tersenyum dan berkata: "Tentu saja tidak masalah."

"Apanya yang tidak masalah?" Dinda memelototi Andi, dia menoleh dan berkata kepada Tiara: "Bu, jangan dengarkan dia, transfer dulu uangnya ke Andi."

Tiara masih ingin menunda waktu: "Tapi ..."

Dinda berkata dengan tegas: "Bu, tidak ada tapi, uang itu harus diberikan kepada Andi."

Tiara tidak punya pilihan selain menyerahkan ponselnya kepada Dinda, dia selalu mengontrol uang keluarga dan menyimpannya di bank ponselnya.

Dinda mengambil ponsel dan langsung mentransfer 4 miliar ke rekening Andi.

Terdengar suara "ding".

Andi menerima pemberitahuan pesan teks dari bank bahwa saldo rekeningnya telah bertambah 4 miliar.

"Istriku, aku sudah menerimanya."

Dinda mengiyakannya dan berkata: "Kamu segera tranfer ke temanmu, jangan lupa bantu aku ucapkan terima kasih padanya."

Andi mengangguk dan berkata: "Jangan khawatir, istriku, aku pasti akan melakukannya."

Tiara melihat gerak-gerik mereka, dan dia menjadi lebih tidak puas dengan Tono, dia menatapnya dan berkata: "Makan, makan, kamu hanya tahu makan, hanya bisa membuat masalah saja."

Tono menciut dan tidak berani berbicara, dia meninggalkan ruang tamu dengan membawa mangkuk.

Malam hari, setelah makan malam.

Andi sedang membersihkan panci dan peralatan makan di dapur, tiba-tiba ponselnya berdering.

Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat bahwa itu adalah panggilan telepon dari Heri, CEO Perusahaan Morning Group yang baru diangkat.

Andi melihat sekeliling, ketika melihat tidak ada orang lain di sana, dia menekan tombol jawab.

Heri yang di ujung telepon sana berkata dengan hormat: "Tuan muda, surat perjanjian pengangkatan Perusahaan Morning Group harus langsung ditanda tangani oleh Anda sendiri, kapan Anda ada waktu?"

Andi menepuk kepalanya, dia teringat, sepertinya Radit pernah menyebutkan padanya bahwa sebagai CEO Perusahaan Morning Group yang sebenarnya, tanpa tanda tangannya, banyak hal tidak dapat dilakukan Heri.

Memikirkan hal ini, Andi berkata: "Besok aku punya waktu, kamu tunggu saja aku di perusahaan."

Nada bicara Heri tetap tidak berubah, dia berkata dengan hormat: "Baik, Tuan muda, aku akan menunggu kedatangan Anda besok."

Andi mengiyakannya dan menutup telepon.

Pada saat ini, istrinya Dinda datang dengan mengenakan piyama dan bertanya dengan heran: "Siapa yang meneleponmu? Sudah waktunya istirahat."

Andi tertawa dan berkata: "Sales yang mempromosikan barang, aku akan pergi tidur sekarang."

Dinda tidak mencurigainya, setelah kembali ke kamar, dia masuk ke dalam selimut.

Andi meletakkan tikar, berselimut, dan tertidur.

Keesokan paginya, setelah memasak di rumah, Andi mengendarai sepeda listriknya ke Perusahaan Morning Group.

Heri meneleponnya dan berkata kepadanya dengan nada hormat: "Tuan muda, aku membawa semua staf eksekutif perusahaan untuk berbaris di lobi Perusahaan Morning Group untuk menyambut Anda, kapan Anda akan tiba?"

Andi berkata dengan datar: "Suruh semua orang bubar, aku tidak ingin mengungkapkan identitasku, jika tidak, mengapa aku menyuruhmu menjadi CEO?"

Heri langsung mengerti maksud Andi, dia gugup hingga berkeringat dingin.

Dia hampir melakukan kesalahan, tetapi untungnya, dia menelepon terlebih dahulu untuk menanyakan hal itu, jika tidak, jika Tuan muda datang, dan melihat barisan yang diaturnya untuk menyambutnya, begitu Tuan muda marah, mungkin dia akan dipecat.

Lalu dia bergegas berkata: "Tuan muda, aku akan segera membubarkan mereka!"

"Ya." Andi berkata: "Kamu kembali ke kantormu, dan aku akan langsung pergi menemuimu ketika aku tiba."

"Baik, Tuan muda!"

Andi menutup telepon dan memarkir sepeda listrik di tempat parkir Perusahaan Morning Group.

Begitu sepeda listrik telah dikunci di area parkir, sebuah mobil Bentley hitam perlahan diparkir di tempat parkir seberang.

Andi tidak sengaja mendongak dan melihat sepasang pria dan wanita muda berjalan turun dari mobil.

Pria itu mengenakan setelan jas kualitas tinggi, dia terlihat sangat elegan, dan wanita itu berdandan dengan mencolok, meskipun sedikit norak, namun dia juga bisa dibilang cantik.

Andi mengenal wanita ini, dia adalah sepupu Dinda, namanya Nona.

bersambung...