"Ada orang disini? Hai!"
Seolah diberi isyarat, jeritan keras bernada tinggi memanggilnya, dan dia membuka matanya lebar-lebar, melaju di lorong menuju suara itu.
"Aku tidak bisa keluar! Pintunya terbakar," teriak seseorang yang mungkin dia kenal, tetapi dengan deru api, mustahil untuk mengatakannya.
Indra Jaka sangat waspada, dan begitu dia menemukan pintu masuk yang tepat, dia membanting pintu yang terbakar dengan bahunya. Meskipun otaknya terus mengatakan kepadanya bahwa dia tidak akan terluka oleh api, masih sulit untuk melawan naluri mundur. Jeritan di dalam membuatnya mendorong tubuhnya ke kayu sekali lagi bahkan ketika lengan bajunya terbakar.
"Tunggu! Aku punya kamu!" Jaka berteriak beberapa detik sebelum dia berhasil mendobrak pintu.
Dia meledak ke dalam dan hendak meraih wanita yang menangis untuk membawanya pergi, tetapi api di lengan bajunya melebar setiap detik. Jaka bersumpah dan menepuknya dengan marah. Waktu hampir habis.