"Nyonya, ada Tuan Sean di bawah, mau bertemu apa tidak?"
"Ya Bi, nanti aku ke bawah."
"Baik Nyonya."
Alana mencuci muka dan menutupi mata sembabnya dengan touch up make up.
"Sean!"
"Jadi kan ke dokternya?"
Alana mengangguk karena ia takut terjadi sesuatu pada janinnya karena sejak kemarin mengalami rasa syok yang luar biasa.
Mereka pergi berdua dan selama di perjalanan Alana lebih memilih diam, kepalanya rasanya mau pecah, memikirkan beberapa kejadian sejak tadi malam hingga sekarang, hingga ia memilih untuk bersandar di jendela dan mengalihkan pandangannya ke luar.
Sean berdehem dan memecah keheningan.
"Tadi malam, Papi kamu menelfonku."
"Lalu?"
"Beliau sangat khawatir padamu."
"Aku sampai lupa mengabari mereka, Sean. Aku masih menonaktifkan data ponselku dan sepertinya mereka tidak tahu nomorku yang non WA, berbeda soalnya. Aku belum berani aktif karena sosmed pasti akan sangat heboh dengan kejadian tadi malam."
"Kata siapa?"
"Bukannya harusnya memang begitu?"