"Kamu siapa?"
"Saya sopir pribadinya Miss Alana."
"Majikan kamu telah membawa barang terlarang ke tempat perhelatan akbar seperti ini."
"Tidak mungkin, saya sangat mengenalnya, lagipula dia sedang hamil, untuk apa?"
Didit mencoba membela Alana dengan tegas, membuat ia sangat berbeda dari biasanya.
"Kamu tidak perlu membelanya karena kami telah menemukan bukti di dalam tasnya."
Saat petugas itu berbicara, seseorang telah mengangkat sekantong narkoba untuk ditunjukkan padanya, ekspresi Didit berubah.
Didit menatap ke arah Alana yang sudah berlinang air mata dan Alana menggelengkan kepala pada sopir pribadinya itu dengan putus asa.
"Didit, aku sudah dijebak, tolong aku!" pinta Alana memelas.
Didit semakin tidak tega, ia kemudian berinisiatif untuk menghubungi Sean, Didit berpikir hanya Sean lah yang dapat membantu Alana saat ini karena ia yakin jika dirinya yang mencegah dan membela sekuat apapun, itu tidak akan menghentikan petugas.