Chereads / Books of Evil / Chapter 5 - The First Talisman - Nana dan Azazel

Chapter 5 - The First Talisman - Nana dan Azazel

Azazel melepaskan Nana dari pelukannya. Dia tidak bisa sakit kepala jika terus-terusan mendengar rengekan Nana yang tidak ada habisnya. Nana memang pandai membuat seseorang bingung dan sakit kepala. Tidak bisa dipungkiri lagi.

Nana tersenyum puas lantaran Azazel akhirnya melepaskan dirinya. Kamu akan menyesal karena telah mengabaikan instingku, Tuan Iblis, pikirnya.

"Kau tahu, Nona? Kau adalah manusia pertama yang membuatku tertarik," kata Azazel sebelum Nana yang menggenggam setelan terusan ala Abad Pertengahan keluar dari kamar untuk mandi. Nana tidak peduli dengan perkataan Iblis dan membanting pintu kamar.

Azazel hanya bisa menatap dengan dingin dalam diam. Seorang perempuan yang sangat sensitif ..., pikirnya.

Sepanjang perjalanan menuju ke kamar mandi, Nana menggerutu panjang kepada dirinya sendiri dengan bahasa aneh yang hanya dimengerti olehnya sendiri. Dia mengerang keras karena kesal dengan Azazel yang bertingkah seenaknya.

Nana menghela napas panjang karena tidak kunjung menemukan kamar mandinya. Mansion tua itu sangat luas dengan pintu-pintu yang tak terhitung jumlahnya. Dia sedikit menyesal karena dia membiarkan dirinya terjebak dalam kegilaan yang membuatnya sakit kepala. Seharusnya aku tidak pernah menerima pekerjaan gila ini walau aku harus dikirimkan ke Neraka! pikirnya.

Kemudian, Nana melihat sosok Azazel yang berdiri di dekat pintu ruangan paling pojok. Entah dia harus berterima kasih atau harus merasa kesal kepada Azazel. Namun Nana tetap mengucapkan terima kasih karena Iblis itu telah menunjukkan tempat yang diinginkannya.

"Makan ini." Azazel ingin menjejali sesuatu ke dalam mulut Nana lagi sebelum gadis itu masuk ke dalam kamar mandi. Tentu saja Nana tidak mau dan mengatup mulutnya rapat-rapat. "Ini bukan obat tidur."

Nana tidak akan percaya lagi dengan perkataan Azazel. Lagipula, Azazel adalah Iblis dan penuh dengan tipu daya yang mematikan. Bisa jadi itu adalah permen racun atau sesuatu mengerikan lainnya.

Azazel menghela napas panjang. Dia menjadi tidak sabar dan memaksa Nana untuk memakannya. Dia berhasil memasukkan permen aneh itu ke dalam mulut Nana. Sayang sekali, Nana tidak bisa meludah permen itu karena mulutnya ditutup oleh Azazel.

Apa yang sebenarnya dia pikirkan sih?! seru Nana dalam hati dengan kesal. Mau tak mau, lagi, dia menelan permen itu. Namun kali itu berbeda, dia tidak merasa mengantuk sama sekali walau sudah menunggu selama beberapa saat.

Azazel langsung pergi tanpa menjelaskan apa efek permen yang diberikannya kepada Nana. Nana sendiri hanya bisa mengembuskan napas dengan kesal.

"Azazel! Lihat kamu nanti!" Nana berteriak karena rasa kesal yang sudah mencapai ubun-ubunnya. Teriakannya mungkin terdengar sampai satu mansion. Dia tidak peduli. Sedangkan Azazel mengabaikan teriakan itu dan berjalan-jalan di sekitar luar mansion sambil menunggu acara mandi gadis remaja selesai.

Di dalam kamar mandi, Nana bisa melihat kalau sepertinya Azazel telah menyediakan tong mandi dari kayu yang sangat besar ala Jepang yang di dalamnya berisi susu dan mungkin madu. Nana tahu kalau di Abad Pertengahan para bangsawan wanita di Eropa suka sekali memanjakan diri dengan susu dan madu. Katanya untuk melembutkan kulit dan menjaga tetap awet muda.

Daripada susu dan madu, aku lebih suka dengan air panas yang dipenuhi citrus atau bunga Peony, pikir Nana.

Kemudian, susu dan madu di dalam tong berubah menjadi seperti yang ada di dalam pikirannya, air panas yang dipenuhi citrus. Nana tentu saja kaget karena takut kalau Azazel sedang mengintip dari suatu tempat. Namun dia tidak menemukan siapa pun di sana.

Karena di Eropa sedang musim panas, air panas dengan citrus adalah yang terbaik. Wanginya sangat menenangkan. Aku penasaran, kenapa Tuan Iblis memilih madu dan daun mint. Mint memang terasa sangat maskulin. Tapi kalau madu ...? Bukankah itu terasa sangat feminim? Apakah dia sedang mencoba untuk terasa Hybrid? Nana berpikir panjang. Apa sih yang sedang kupikirkan? Lebih baik aku cepat-cepat mandi dan sarapan. Aku sangat lapar!

Azazel bisa mendengar suara pikiran Nana yang memenuhi kepalanya, walau Nana belum menjalin kontrak dengannya. Entah kenapa bisa seperti itu. Namun dia yakin pasti itu adalah ulah Malaikat. Tidak cukup dengan membuat mereka berdua tidur bersama hingga Nana salah paham, tapi juga menghubungkan pikiran Nana dengan kepalanya. Azazel sebenarnya sedikit berterima kasih. Nana adalah tipe yang sulit sekali untuk dimengerti.

Terasa maskulin juga feminim ya? Manusia memang makhluk yang menarik. Tapi, Aegeana Lidya ... dia tidak akan membuat orang merasa bosan dengan cepat, pikir Azazel.

Nana sudah selesai dengan acara mandinya. Dia juga sudah berpakaian rapi. Melihat dari kaca perunggu besar yang ada di dalam kamar mandi, terusan itu cocok untuk dipakainya. Karena suka membaca sejarah, Nana menjadi tahu kalau pada musim panas Abad Pertengahan di Eropa, para bangsawan wanita suka sekali memakai terusan tipis yang terlihat sederhana. Tentu saja untuk mengurangi panas dan membuat aura bangsawan tetap keluar.

Aku lebih suka pakaian para wanita tani di musim panas. Itu lebih baik dibandingkan dengan pakaian tipis seperti ini, pikir Nana.

"Eh?" Nana bisa melihat bayangan Azazel di cermin perunggu. Ketika melihat ke belakang dia menemukan Azazel. Namun ketika berbalik menatap ke cermin, Nana sudah tidak menemukan bayangan lagi di sana. Dan, dia tahu kalau Azazel masih ada di belakangnya.

"Apa yang kamu lihat?" Nana bertanya dengan ketus.

Azazel tidak menjawabnya, melainkan menyentuh rambut Nana yang panjang sepinggang. Nana langsung menepis tangan sang Iblis dan menatap tajam ke arahnya. "Jangan sentuh rambutku!" pekiknya.

Sesaat kemudian, Nana sadar kalau mereka berpindah ke kamar dan dia sedang terduduk di depan sebuah meja rias. Azazel menahan Nana agar tidak berdiri dari posisi duduknya. Dia memberikan sebuah spell pada Nana.

"Apa yang ingin kamu lakukan? Lepaskan aku, Tuan Iblis!" gerutu Nana. Dia tidak bisa bergerak sama sekali.

Azazel mengambil sisir kayu dan mulai menyisir rambut Nana yang sehalus bulu kucing. Tentu saja dia sedikit kaget. Rambut halus bak bulu kucing adalah salah satu akibat karena sering disisir oleh para peri. "Kau bisa melihat makhluk tak kasat mata?" tanyanya.

"Bisa. Juga, makhluk-makhluk dari Neraka sepertimu. Aku sudah melihatnya seumur hidupku dari aku kecil," jawab Nana. Itu sebabnya dia tidak terkejut ataupun takut dengan Azazel—walau Iblis itu berubah menjadi wujud aslinya sekali pun.

Tiba-tiba saja Nana merinding. Spell yang menahannya oleh Azazel terlepas. Dia langsung menatap ke segala arah. Namun tidak menemukan penyebabnya.

"Tidak perlu mencari. Makhluk itu tidak akan berani mendekat selama aku ada," kata Azazel yang mulai menggulung rambut Nana seperti menggulung sebuah kue bolu. Sebagai sentuhan terakhir, dia menambahkan aksesoris bunga Peony berwarna kuning cerah di gulungan rambut Nana.

"Kamu pandai menata rambut, ya, Tuan Iblis?" Nana terlihat senang dan sangat menyukai tataan rambut yang dibuat oleh Azazel untuknya.

"Tidak juga," kata Azazel.