Begitu ia kembali ke kamar, Nayfa sedang duduk di tepi tempat tidur seraya menundukkan wajah. Dani datang, duduk di sampingnya, lalu berdehem pelan sebelum membicarakan sesuatu.
"Masih sakit?" tanyanya.
"Masih," jawab Nayfa lirih.
"Jadi, mau periksa atau beli tes kehamilan aja?" tawar laki-laki itu.
"Seberapa yakin Mas Dani kalau saya hamil?" Nayfa menatapnya dengan binar bening di matanya.
"Nggak tahu pasti, tapi kita pernah melakukannya. Mungkin saja itu terjadi. Aku beli alat tes kehamilan saja, ya," ujarnya.
"Tapi, bagaimana kalau saya benar-benar hamil?" tanya Nayfa sambil memeluk lengan laki-laki di sampingnya.
"Semoga tidak. Jujur, saya belum siap, Nay," kata Dani dan helaan berat napasnya mewakilkan kecemasan yang sedang dirasakan.