Lia menjalani harinya yang membosankan. Selain gohanya rebahan dan berburu makanan kaki lima, dia juga sering menghabiskan waktu di perpustakaan kota.
Satu per satu orang yang hadir dalam hidupnya dan memberikan warna tersendiri sudah pergi. Mereka sudah menemukan jalan hidup masing-masing. Lia tampak tidak pernah aktif dengan handphonenya lagi semenjak diputus Erik.
Dia merasa, cinta hanya akan membuat tawa seseorang redup, seperti dirinya.
Tengah hari begini, gadis itu sedang menanak nasi. Rencananya akan membuat nasi ala-ala anak kosan seperti biasa. Nasi dengan cita rasa sederhana yang dulu mampu membuat Erik ketagihan.
Haa … Lia selalu mengenang masa-masa itu. Dia rindu Erik, meski tak akan mungkin terulang cerita indah mereka. Dia rindu ibu, walaupun tak akan pernah lagi bertemu. Zea dan Kahfi pun tak luput hadir dalam kenangannya, dua sosok anak imut dan lucu yang sudah membuat Lia tertawa beberapa waktu.